Selain
murid-murid, para guru wajib membaca buku berjudul“Rahasia DNA”. Buku ini mengangkat informasi hasil
penelitian Kazuo Murakami (2015) tentang DNA. Hasil penelitiannya menyimpulkan jika DNA diibaratkan kitab suci, gen adalah
ayat-ayat dan genom adalah huruf-huruf yang terdapat di dalamnya.
Kazuo
Murakami memberi penjelasan bahwa kecerdasan
manusia ditetapkan oleh gen/naluri, tetapi
pengembangannya ditentukan oleh pembelajaran, pengalaman, dan usaha. Pengaruh
lingkungan yang bersifat pembelajaran sangatlah kuat. Sekalipun naluri unggul dimiliki,
jika tidak ada fasilitas untuk mengembangkannya atau malas, maka naluri unggul itu akan tetap tidur.
Hal
menarik dari hasil
penelitian Murakami adalah tentang pentingnya menyalakan GEN (NALURI) BERPIKIR OPTIMIS. Menurut Murakami, agar
tetap berpikir optimis, jangan memasukkan keraguan atau kecurigaan ke dalam
pikiran. Teruslah bertindak dengan pikiran sederhana tak peduli disebut bodoh
atau tidak tahu adat. Orang yang berpikir positif tidak memberikan waktu pada
dirinya untuk berpikir apakah negatif atau positif yang penting adalah
“melakukan”. Berpikir
optimis adalah gen/naluri unggul yang harus dijaga agar tetap menyala.
Gen atau naluri berpikir
optimis ternyata
menjadi perintah Allah swt dalam
kitab suci. “...jangan kamu berputus asa
dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan
kaum yang kafir". (yusuf:87).
“Ibrahim berkata:
"Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali
orang-orang yang sesat". (Al Hijr: 56).
Berputus
asa (pesimis) sama dengan penyakit yang mematikan gen/naluri
berpikir optimis dan
akan berdampak buruk pada kehidupan. Dari hasil riset, tingginya angka bunuh diri di Jepang, disumbang oleh oleh pola
pikir pesimis. Fakta ini jadi
pemahaman rasional mengapa Allah melarang manusia berputus asa dan menggolongkan
orang-orang putus asa sebagai perbuatan sesat.
Selain
gen/naluri
berpikir optimis menurut Murakami, SIKAP
DAN CARA HIDUP MEMENTINGKAN ORANG LAIN adalah cara hidup paling baik untuk dipelihara karena dapat menyalakan gen/naluri unggul. Ditegaskan oleh Murakami, “cara paling efektif lain untuk menyalakan
gen/naluri unggul adalah dengan berpikir berguna bagi orang lain”.
Orientasi
hidup ingin selalu menolong orang lain dan melakukan sesuatu untuk orang lain, adalah
keistimewaan bawaan lahir manusia yang ditetapkan dalam gen/naluri. Jadi secara alamiah manusia telah memiliki gen/naluri untuk
melakukan kebaikan demi orang lain.
Temuan Murakami dari hasil penelitian DNA, ternyata
ada kaitan dengan ajaran agama
Islam yang mengajarkan
bahwa “orang-orang yang paling
baik adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, yaitu orang-orang yang
selalu mementingkan kepentingan orang lain”.
Sesungguhnya Allah Maha Tahu, ternyata apa-apa yang
diperintahkan kepada manusia, bertujuan mengaktifkan gen/neluri unggul yang ada
dalam diri manusia. “Hendaklah orang
yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan
rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan”. (At Thalaaq:7).
Dari hasil penelitiannya, Murakami memberi kesaksian, “orang yang punya pemikiran
mendalam sangat paham bahwa dengan mengusahakan kepentingan orang lain,
keuntungan lebih besar akan kita dapatkan. Hidup bermanfaat bagi orang lain
adalah ketentuan bagi orang-orang yang ingin hidup bahagia. Melakukan sesuatu demi
orang lain atau demi masyarakat sama sekali bukanlah bekerja “tanpa pamrih”, tetapi akan berbalas dengan kegembiraan
pribadi, manfaat, arti hidup, dan kepuasan diri.”
Jadi dari penjelasan di atas, kita ambil kesimpulan bahwa tugas guru
dari masa ke masa adalah bekerja keras membentuk lingkungan pendidikan yang
dapat menyalakan GEN/NALURI OPTIMIS DAN MEMENTINGKAN
KEPENTINGAN ORANG LAIN. Faktor lingkungan yang paling dominan untuk menyalakan gen/naluri
unggul para murid adalah guru. Di tangan para guru cerdaslah,
generasi unggul yang selalu optimis
dan bermanfaat bagi sesama akan terus dilahirkan. Wallahu ‘alam.
Muhammad Plato, @logika_Tuhan.