Oleh: Muhammad Plato
Hukum sejarah bergerak secara melingkar (circular), semua peristiwa mengalami masa timbul tenggelam. Demikian juga kepemimpinan Amerika Serikat (AS) di panggung politik dunia tidak akan terus bertahan. Pada saatnya AS akan tenggelam. Peradaban akan bergeser kembali ke Timur. Perjalanan sejarah memberi pelajaran kepada kita, tidak ada kekuasaan abadi. Tidak sedikit negara yang tadinya adidaya sekarang menjadi negara kecil, bahkan negara kuat sekalipun punah ditelan zaman.
Sejumlah pengamat meyakini bahwa dalam dekade-dekade awal abad ke-21, AS akan mengalami masa redup dan negara adidaya baru akan muncul menggantikan kekuasaan AS. Sorotan dunia mengenai bangkitnya negara adidaya jatuh pada negara berpenduduk terbesar di dunia yaitu China. Negara besar ini sedang mengalami kebangkitan ekonomi dengan pertumbuhan ekonomi hampir 10 persen per tahun dan sekarang sedang sibuk melakukan modernisasi militernya.
Mohammad Shoelhi (2007) berpendapat kini AS sedang menghadapi situasi hampir sama seperti yang dihadapi Uni Sovyet menjelang keruntuhannya. Resesi ini ditandai dengan stangnasi ekonomi, inflasi, beban anggaran militer yang terlalu berat, neraca pendapatan dan belanja negara yang tidak seimbang, pertumbuhan ekonomi domestik negatif, perusahaan-perusahaan raksasa mengalami kebangkrutan, meningkatnya jumlah pengangguran dan merosotnya program kesejahteraan dan pengamanan sosial.
Dari luar, saat ini tidak sedikit negara-negara yang menolak proyek globalisasi. Penolakan terhadap globalisasi dibuktikan dengan lahirnya negara-negara nasional dengan dasar-dasar tradisi seperti agama, budaya lokal, dan etnis. Pemikir Amerika Charles A. Kupchan berpendapat turunnya pamor AS saat ini tidak dapat dielakkan dan dunia sedang melihat pergerakan China yang sedang jadi rival AS.
Uni Eropa memang sedang mengalami kebangkitan juga, tetapi Uni Eropa tidak punya keinginan untuk menjadi rival Amerika, karena mereka tidak memiliki prioritas anggaran untuk pembangunan militer. Selain itu, Uni Eropa mengalami beberapa kendala dalam melakukan integrasi kekuatannya. Negara-negara Uni Eropa memiliki perbedaan bahasa, budaya dan kemampuan. Perbedaan tersebut menyulitkan berfungsinya sistem politik dan hukum dengan baik. Akhinrya, mereka hanya bisa bergerak dalam bidang ekonomi dengan memberlakukan uang Euro sebagai mata uang internasional dan menjaga jarak dengan menolak kebijakan-kebijakan AS.
Namun diharapkan kebangkitan China sebagai negara adikuasa tidak akan menyulut konflik baru dalam percaturan politik dunia. Memang benar, dalam catatan sejarah konflik antar peradaban tidak dapat dihindari karena dalam kehidupan dunia selalu ada dua kekuatan yang saling bertentangan. Sejak abad sebelum masehi sampai sekarang tercatat ada beberapa pertentangan yang dapat kita ketahui seperti, pertentangan antara polis Sparta dan Athena, Romawi dengan Persia, Romawi dengan Islam, dan Amerika dengan Uni Sovyet. Masyarakat dunia berharap kemunculan China sebagai negara adikuasa bisa mengimbangi dominasi AS.
Keruntuhan Amerika sudah menjadi hukum alam yang harus terjadi sebagai gerak perubahan sejarah dalam pergantian peradaban. Fritjop Capra (2007) dalam bukunya The Turning Point, berpendapat ambang keruntuhan Amerika dikatakan sebagai masa senja kebudayaan Inderawi (rasional). Pemaksaan kehendak, tindak kekerasan, dan egoisme adalah ciri-ciri kebudayaan inderawi. Prilaku ini menjadi barang aneh, tidak populer dan sangat dibenci masyarakat dunia.
Perubahan akan terjadi secara alami seperti perubahan gerak yin dan yang. Pada saatnya yin mudur demi yang dan yang mundur demi yin. Gerakan ini oleh orang-orang China disebut sebagai Tao (jalan). Menurut mitos China, berita keruntuhan Amerika sepertinya sudah ditetapkan dari langit dan saatnya Amerika mundur untuk memberi kesempatan kepada negara adikuasa baru untuk memimpin peradaban, yaitu negara adikuasa yang lebih mengutamakan nilai-nilai, moral kemanusiaan dan nilai-nilai demokratis universal.
Abad XXI adalah abad moral, kemanusian, atau abad agama (age of religions) sebagai manifestasi dari kebudayaan yin. Mengikuti pola pikir Capra, dan mengamati gerak sejarah kebangkitan peradaban di dunia, skenario kebangkitan peradaban dapat kita temukan dalam kitab suci (Al-Qur’an). Diberitakan pada awal sejarah kebangkitan Islam, ada dua kekuatan yang saling bertentangan. Dua kekuatan bertentangan antara kerajaan Romawi Timur beragama Kristen dengan Persia penyembah matahari (Zoroaster). Kaum muslimin sangat berharap Romawi dapat memenangkan pertentangan. Harapan tersebut merupakan keberpihakan kaum muslimin terhadap agama Kristen yang sama-sama memiliki kitab suci sebagai agama samawi.
Ketika Romawi dikalahkan oleh Persia orang-orang muslim sangat sedih dan kecewa sedangkan orang-orang musyrikin Mekah bergembira. Dalam situasi itu, Nabi Muhammad SAW menerima wahyu yang memberitahukan kepada kaum Muslimin bahwa dalam beberapa tahun ke depan Romawi akan bangkit kembali dan mengalahkan Persia. “Telah dikalahkan bangsa Rumawi, di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang, dalam beberapa tahun (lagi). Bagi Allah-lah urusan sebelum dan sesudah (mereka menang), Dan di hari (kemenangan bangsa Rumawi) itu bergembiralah orang-orang yang beriman” (Ar-ruum:2-4). Tiga Belas tahun kemudian Romawi bangkit dan Persia berhasil dikalahkan.
Skenario langit sedang berulang. Sejak tahun 1942, Amerika Serikat dan Uni Sovyet terlibat Perang Dingin. Amerika membawa bendera demokrasi tampil sebagai negara kuat dan berhasil mengalahkan Uni Sovyet yang membawa bendera komunis. Alhasil, Amerika Serikat dengan demokrasinya tampil sebagai pemimpin dunia tanpa rival. Hukum Tuhan tetap berlaku bahwa gerak sejarah mengharuskan munculnya kekuatan baru. Saat ini dunia sedang menunggu kehadiran kekuatan baru untuk mengimbangi dan menggantikan kekuatan Amerika.
Menurut skenario langit kekuatan akan datang kembali dari kubu komunis (bentuk baru yang sudah mengadopsi nilai-nilai demokrasi). Realitanya kekuatan Amerika sedang mendapat tantang kembali dari kekuatan Komunis dan akan dikalahkan sebagaimana Persia dikalahkan kembali oleh Romawi. Sejak runtuhnya komunis Uni Sovyet tahun (1989), masyarakat dunia sebenarnya merasa khawatir karena Amerika menjadi negara adi daya tanpa rival.
Masyarakat dunia khawatir Amerika akan berbuat lebih semena-mena dalam mewujudkan ambisi politiknya. Oleh karenanya, seluruh negara di dunia berharap ada kekuatan baru untuk mengimbangi kekuatan Amerika. Sebagaimana janji Tuhan, ternyata kekuatan tersebut muncul kembali dari kekuatan Komunis. Chalmes Johnson seorang mantan Pejabat AS, memprediksi kemampuan AS untuk bertahan paling lama hanya satu dasawarsa (dalam beberapa tahun) terhitung sejak memasuki abad XXI. Sebagaimana dalam skenario langit, Romawi bangkit dalam satu dasawarsa (dalam beberapa tahun) dan berhasil mengalahkan Persia. Pergeseran peradaban terus berjalan dengan pasti. Suksesi pemimpin peradaban tinggal menunggu waktu dalam beberapa tahun lagi. Wallahu’alam.