Oleh: Muhamad Plato
Sopan santun adalah kemunafikan. Sopan santun lebih banyak digunakan untuk menutupi diri sendiri agar tidak disangka orang jahat. Sopan santun banyak digunakan orang untuk tujuan kepentingan pribadi, kamuflase, pura-pura, lari dari tanggung jawab, lepas dari masalah. Prilaku munafik digambarkan sebagai sifat-sifat egositik yang dominan atau individualistik pada diri seseorang.
Potensi kemunafikan ada dalam setiap diri seseorang dan ada dalam setiap penganut agama. Hakikat kemunafikan yang sering dilakukan adalah kemunafikan kepada Tuhan yang ditampilkan dalam bahasa sopan santun, argumen ilmiah, dan penampilan.
"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." (Al Baqarah, 2:8). Inilah gambaran dari Al Quran, bahwa kemunafikan dikemas oleh mereka dalam bahasa sopan santun.
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al Baqarah, 2:11). Orang munafik bersembunyi dibalik bahasa sopan santun.
Ajaran Islam di dalam Al Quran, hampir dipastikan 100% tujuan utama untuk pendidikan karakter. Maka ada hadis mengabarkan karakter Nabi Muhammad sebagai Al Quran berjalan.
Al Quran adalah petunjuk bagi manusia agar tidak jadi orang-orang munfafik. Di dalam Al Quran dijelaskan, orang-orang munafik digambarkan sebagai orang-orang yang mengaku berprilaku baik dengan argumen-argumen yang baik.
Dalam dunia politik praktis, orang-orang yang tidak berpendidikan politik menggunakan sopan santun sebagai cara membangun citra diri. Sopan santun digunakan untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Sopan santun digunakan untuk menutup kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Sopan santun digunakan untuk meraih penghargaan.
Sopan santun yang baik dilakukan oleh orang-orang beriman. Sopan santun orang beriman bertujuan mewujudkan kebaikan untuk kehidupan orang banyak. Sopan santun orang beriman dinarasikan dengan niat baik untuk kepentingan orang banyak.
Sopan santun orang beriman dinarasikan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. Pendidik adalah orang beriman yang punya sopan santun dalam bernarasi. Sopan santun dinarasikan dengan fakta dan data untuk mengajarkan pengetahuan demi menemukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam hidup.***