Thursday, January 30, 2025

MENELITI LOGIKA KUMAILA

Oleh: Muhammad Plato

Kumaila adalah sosok kontroversi menurut pandangan saya. Statusnya sebagai penghafal Al Quran, dengan pandangan-pandangan yang cukup kontroversi tentang Al Quran, perlu kita teliti bagaimana sebenarnya pola pikir yang dia miliki.

Berdasarkan penelusuran di internet, Kumaila Hakimah adalah putri dari Prof. Achmad Mubarok, seorang alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof Mubarok adalah guru besar pertama di bidang psikologi Islam. 

Dalam sebuah podcast Kumaila mengakui bahwa apa yang dikemukakan sebatas pandangan pribadi apa yang dia pahami tentang agama, dan tidak bermaksud mengubah pandangan orang tentang agama. Namun hemat saya, meskipun apa yang dikemukakan bersifat pribadi karena dikonsumsi publik, pemikirannya akan berdampak pada publik.

Dengan posisi Kumaila sebagai penghafal Al Quran 30 Juz, tentu ini menjadi sihir bagi masyarakat untuk mengamini pendapat-pendapat pribadinya tentang agama. Ketika Kumaila berpendapat bahwa shalat kurang berdampak pada moralitas kehidupan masyarakat, saya berkomentar bahwa shalat perlu dibahas secara konsep. 

Jika konsep shalat hanya dibaca sebagai kegiatan ritual yang ditentukan waktu-waktunya, dapat dipahami shalat hanya sebatas kegiatan ritual tanpa berdampak pada moral dan sosial. Untuk itu saya menyarankan untuk membahas shalat dari konsep terutama yang bersumber dari Al Quran.

Saya menyimak, meskipun Kumaila seorang penghafal Al Quran 30 Juz, beliau belum menjadikan Al Quran sebagai sumber ilmu. Pandangan-pandangan Kumaila terhadap agama lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan materialis.

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Al Baqarah, 2:2).

Hemat saya, jika Al Quran dikatakan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, petunjuk dalam hal apa saja? Saya berpendapat termasuk petunjuk dalam berpikir. Dalam tulisan saya terdahulu https://www.logika-tuhan.com/2016/05/rasionalitas-generasi-ke-tiga.html, saya sudah membagi ada tiga rasionalitas. 

Pertama, rasionalitas empiris. Pandangan-pandangan seseorang yang menggunakan rasional empiris akan cenderung pada argumen-argumen yang berdasar fakta empiris (materialis). Pandangan materialis menafikan kebenaran-kebenaran dari sumber wahyu. 

Kedua, rasio rasionalitas (nalar). Pembenaran rasionalitas nalar tidak memerlukan kebenaran empiris. Di dalamnya termasuk pandangan-pandangan mistis, dan imajinasi, namun pandangan ini tidak mengakui kebenaran sumber wahyu. Pandangan rasionalis masih bisa berdamai dengan pandangan empiris.

Ketiga, rasionalitas religius. Pandangan-pandangan seseorang menggunakan sumber pengetahuan dari Tuhan yaitu wahyu. Wahyu dari Tuhan yang mencakup pengetahuan empiris, rasio, dan mistis. Pandangan rasionalitas religius kadang ditentang oleh rasionalitas empiris dan rasio, karena pandangan-pandangan orang yang dikata religius lebih banyak mengungkap hal-hal mistis. 

Hingga saat ini, umat Islam dengan jumlah penganut kurang lebih 2 Miliar dari 8 Miliar manusia di dunia, umat Islam belum mempunyai metode berpikir yang bersumber pada ajaran Islam. Hemat saya, umat Islam harus punya metode berpikir sendiri agar pemikirannya bisa mempengaruhi dunia.

Ketika Kumaila mengemukakan tidak ada agama yang rasional, beliau menggunakan argumen materialis dengan dia memposisikan pandangan semua manusia terhadap agama secara subyektif. Bagi orang Islam agama Islamlah yang rasional, demikian juga akan terjadi dari pengakuan umat agama lain. Itulah pandangan yang menempatkan materi sebagai subjek. 

Kumaila adalah tantangan bagi umat beragama agar dapat mengembangkan cara berpikir yang dapat mengungkapkan semua pemikiran yang ada. Rasionalitas religius yang bersumber pada kitab suci sebenarnya bisa menjelaskan semua pemikiran. 

Rasionalitas religius mencoba menjadikan wahyu Al Quran sebagai cara pandang terhadap suatu persoalan. Ini sesuai perintah Allah, “Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (Al 'Alaq, 96:1). Ini adalah perintah kepada orang-orang yang beriman pada Al Quran sebagai wahyu dari Allah, untuk menjadikan Al Quran sebagai sudut pandang terhadap berbagai kejadian di muka bumi.

Dengan latar belakang Kumaila cantik, anak profesor, sejak di sekolah juara olimpiade, kuliah di jurusan tafsir Al Quran, tetap saja kita harus berakal sehat dan tidak tersihir oleh materi tampilan. Kita harus tetap menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat dan harus terus membuka wawasan keilmuan sampai berakhir diliang lahat.*** 


No comments:

Post a Comment