Sunday, February 2, 2025

SOPAN SANTUN ADALAH KEMUNAFIKAN

Oleh: Muhamad Plato

Sopan santun adalah kemunafikan. Sopan santun lebih banyak digunakan untuk menutupi diri sendiri agar tidak disangka orang jahat. Sopan santun banyak digunakan orang untuk tujuan kepentingan pribadi, kamuflase, pura-pura, lari dari tanggung jawab, lepas dari masalah. Prilaku munafik digambarkan sebagai sifat-sifat egositik yang dominan atau individualistik pada diri seseorang.

Potensi kemunafikan ada dalam setiap diri seseorang dan ada dalam setiap penganut agama. Hakikat kemunafikan yang sering dilakukan adalah kemunafikan kepada Tuhan yang ditampilkan dalam bahasa sopan santun, argumen ilmiah, dan penampilan.

"Di antara manusia ada yang mengatakan: "Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian", padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman." (Al Baqarah, 2:8). Inilah gambaran dari Al Quran, bahwa kemunafikan dikemas oleh mereka dalam bahasa sopan santun. 

"Dan apabila dikatakan kepada mereka: Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan." (Al Baqarah, 2:11). Orang munafik bersembunyi dibalik bahasa sopan santun. 

Ajaran Islam di dalam Al Quran, hampir dipastikan 100% tujuan utama untuk pendidikan karakter. Maka ada hadis mengabarkan karakter Nabi Muhammad sebagai Al Quran berjalan. 

Al Quran adalah petunjuk bagi manusia agar tidak jadi orang-orang munfafik. Di dalam Al Quran dijelaskan, orang-orang munafik digambarkan sebagai orang-orang yang mengaku berprilaku baik dengan argumen-argumen yang baik. 

Dalam dunia politik praktis, orang-orang yang tidak berpendidikan politik menggunakan sopan santun sebagai cara membangun citra diri. Sopan santun digunakan untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Sopan santun digunakan untuk menutup kesalahan-kesalahan yang dilakukannya. Sopan santun digunakan untuk meraih penghargaan.

Sopan santun yang baik dilakukan oleh orang-orang beriman. Sopan santun orang beriman bertujuan mewujudkan kebaikan untuk kehidupan orang banyak. Sopan santun orang beriman dinarasikan dengan niat baik untuk kepentingan orang banyak.

Sopan santun orang beriman dinarasikan untuk menciptakan perdamaian dan kesejahteraan masyarakat. Pendidik adalah orang beriman yang punya sopan santun dalam bernarasi. Sopan santun dinarasikan dengan fakta dan data untuk mengajarkan pengetahuan demi menemukan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam hidup.***  


Saturday, February 1, 2025

TRANSFORMASI DAN TEKNOLOGI DALAM PERISTIWA ISRA MI'RAJ

Oleh: Muhammad Plato

Ada khas peringatan Isra Mi'raj era presiden Prabowo Subianto, yaitu Ilham Akbar Habibie tampil menarasikan peristiwa Isra Mi'raj dari sudut pandang sains. Jika ilmuwan, ulama, guru, dosen, ustad, cerdas, seharusnya bisa menangkap apa pesan dari pemerintah pada para ilmuwan dan ulama. 

Narasi Ilham Akbar Habibie membawa pesan pemerintah bahwa umat beragama jangan stagnan memahami agama sebatas ritual dan seremonial. Tampilnya Ilham Akbar Habibie adalah kode umat Islam ketingalan, selalu ribut berbeda pendapat dalam hal-hal ritual yang tidak secara langsung menyelesaikan masalah sosial.

Secara pribadi saya mengakui bahwa umat beragama sangat tertinggal sekali dalam berbagai hal. Pola pikir, karakter, ilmu pengetahuan, teknologi, kita akui umat beragama sangat tertinggal. Isra Mi'raj hendaknya menjadi momen kabangkitan umat Islam dalam mengembangkan sain dan teknologi.

Perisitwa Isra Mi'raj jika kita baca dari sudut pandang sains, mengandung pesan-pesan mendalam tentang keharusan umat beragama untuk selalu melakukan transformasi dalam kehidupan bermasyarakat. Transformasi yang harus dilakukan adalah menyederhanakan ritual dan mengembangkan kehidupan yang lebih cerdas dan sejahtera. 

Agama tidak lagi sebatas narasi tentang kewajiban-kewajiban manusia mengabdi kepada Tuhan melalui ritual. Agama adalah solusi, petunjuk, pedoman, hidup dari Tuhan agar hidup manusia sejahtera di dunia dan akhirat. Ritual-ritual agama diambil ajaran yang sesuai tuntutan Nabi Muhammad, tidak diada-adakan yang pada akhirnya jadi pemborosan dan tidak produktif.

Shalat, puasa, adalah ritual ajaran agama Islam yang sederhana sesuai tuntunan Nabi Muhammad. Di luar itu, ritual-ritual keagamaan tidak penting dilakukan. Ajaran ibadah amaliah yang perlu dikembangkan adalah sedekah. Umat beragama didongkrak harus produktif melalui konsep ahli sedekah.

Konsep sedekah menaungi seluruh kehidupan termasuk dalam pemikiran, prilaku, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Peristiwa Isra Mi'raj pada saat itu diluar kemampuan rasio manusia, tetapi melalui perkembangan teknologi, persitiwa Isra Mi'raj adalah peristiwa tranformasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang harus dikembangkan oleh umat beragama. 

Banyak pesan-pesan ilmu pengetahuan yang dapat digali dari kisah para nabi, tongkat menjadi ular, tongkat membelah laut, bahasa burung, bahasa semut, obat penyakit, kendaraan supercepat, pesawat luar angkasa, piring terbang, dan lain-lain. Jika pesan-pesan ini berhasil ditangkap oleh umat beragama, setiap peristiwa Isra Mi'raj kita akan mengemukakan lompatan-lompatan ilmu pengetahuan yang telah berhasil dikembangkan oleh umat beragama.

Prof. Bagus Muljadi mengatakan peneliti Amerika berhasil menemukan sumber geothermal dari mitos orang Yogyakarta melalui informasi dari para spiritualis, mengapa tidak kita jadikan objek penelitian ilmiah dari kejadian-kejadian yang ada dalam sumber ajaran agama. Prof Fahmi Basya telah memulainya dengan mengembangkan konstruksi piring terbang bersumber dari Al Quran. Sayang sekali ilmuwan dan ulama kita, tidak memahami Isra Mi'raj sebagai peristiwa transformasi umat beragama.?***   

Thursday, January 30, 2025

MENELITI LOGIKA KUMAILA

Oleh: Muhammad Plato

Kumaila adalah sosok kontroversi menurut pandangan saya. Statusnya sebagai penghafal Al Quran, dengan pandangan-pandangan yang cukup kontroversi tentang Al Quran, perlu kita teliti bagaimana sebenarnya pola pikir yang dia miliki.

Berdasarkan penelusuran di internet, Kumaila Hakimah adalah putri dari Prof. Achmad Mubarok, seorang alumni Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Prof Mubarok adalah guru besar pertama di bidang psikologi Islam. 

Dalam sebuah podcast Kumaila mengakui bahwa apa yang dikemukakan sebatas pandangan pribadi apa yang dia pahami tentang agama, dan tidak bermaksud mengubah pandangan orang tentang agama. Namun hemat saya, meskipun apa yang dikemukakan bersifat pribadi karena dikonsumsi publik, pemikirannya akan berdampak pada publik.

Dengan posisi Kumaila sebagai penghafal Al Quran 30 Juz, tentu ini menjadi sihir bagi masyarakat untuk mengamini pendapat-pendapat pribadinya tentang agama. Ketika Kumaila berpendapat bahwa shalat kurang berdampak pada moralitas kehidupan masyarakat, saya berkomentar bahwa shalat perlu dibahas secara konsep. 

Jika konsep shalat hanya dibaca sebagai kegiatan ritual yang ditentukan waktu-waktunya, dapat dipahami shalat hanya sebatas kegiatan ritual tanpa berdampak pada moral dan sosial. Untuk itu saya menyarankan untuk membahas shalat dari konsep terutama yang bersumber dari Al Quran.

Saya menyimak, meskipun Kumaila seorang penghafal Al Quran 30 Juz, beliau belum menjadikan Al Quran sebagai sumber ilmu. Pandangan-pandangan Kumaila terhadap agama lebih banyak menggunakan pendekatan-pendekatan materialis.

Kitab (Al Qur'an) ini tidak ada keraguan di dalamnya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (Al Baqarah, 2:2).

Hemat saya, jika Al Quran dikatakan sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa, petunjuk dalam hal apa saja? Saya berpendapat termasuk petunjuk dalam berpikir. Dalam tulisan saya terdahulu https://www.logika-tuhan.com/2016/05/rasionalitas-generasi-ke-tiga.html, saya sudah membagi ada tiga rasionalitas. 

Pertama, rasionalitas empiris. Pandangan-pandangan seseorang yang menggunakan rasional empiris akan cenderung pada argumen-argumen yang berdasar fakta empiris (materialis). Pandangan materialis menafikan kebenaran-kebenaran dari sumber wahyu. 

Kedua, rasio rasionalitas (nalar). Pembenaran rasionalitas nalar tidak memerlukan kebenaran empiris. Di dalamnya termasuk pandangan-pandangan mistis, dan imajinasi, namun pandangan ini tidak mengakui kebenaran sumber wahyu. Pandangan rasionalis masih bisa berdamai dengan pandangan empiris.

Ketiga, rasionalitas religius. Pandangan-pandangan seseorang menggunakan sumber pengetahuan dari Tuhan yaitu wahyu. Wahyu dari Tuhan yang mencakup pengetahuan empiris, rasio, dan mistis. Pandangan rasionalitas religius kadang ditentang oleh rasionalitas empiris dan rasio, karena pandangan-pandangan orang yang dikata religius lebih banyak mengungkap hal-hal mistis. 

Hingga saat ini, umat Islam dengan jumlah penganut kurang lebih 2 Miliar dari 8 Miliar manusia di dunia, umat Islam belum mempunyai metode berpikir yang bersumber pada ajaran Islam. Hemat saya, umat Islam harus punya metode berpikir sendiri agar pemikirannya bisa mempengaruhi dunia.

Ketika Kumaila mengemukakan tidak ada agama yang rasional, beliau menggunakan argumen materialis dengan dia memposisikan pandangan semua manusia terhadap agama secara subyektif. Bagi orang Islam agama Islamlah yang rasional, demikian juga akan terjadi dari pengakuan umat agama lain. Itulah pandangan yang menempatkan materi sebagai subjek. 

Kumaila adalah tantangan bagi umat beragama agar dapat mengembangkan cara berpikir yang dapat mengungkapkan semua pemikiran yang ada. Rasionalitas religius yang bersumber pada kitab suci sebenarnya bisa menjelaskan semua pemikiran. 

Rasionalitas religius mencoba menjadikan wahyu Al Quran sebagai cara pandang terhadap suatu persoalan. Ini sesuai perintah Allah, “Bacalah atas nama Tuhanmu Yang menciptakan”, (Al 'Alaq, 96:1). Ini adalah perintah kepada orang-orang yang beriman pada Al Quran sebagai wahyu dari Allah, untuk menjadikan Al Quran sebagai sudut pandang terhadap berbagai kejadian di muka bumi.

Dengan latar belakang Kumaila cantik, anak profesor, sejak di sekolah juara olimpiade, kuliah di jurusan tafsir Al Quran, tetap saja kita harus berakal sehat dan tidak tersihir oleh materi tampilan. Kita harus tetap menjadi manusia pembelajar sepanjang hayat dan harus terus membuka wawasan keilmuan sampai berakhir diliang lahat.*** 


Wednesday, January 29, 2025

KELEMAHAN PENDIDIKAN PESANTREN

Oleh: Muhammad Plato

Kegagalan pendidikan pesantren adalah tidak menghasilkan ulama-ulama terbaik di zamannya. Doktrin guru kepada para santri terlalu kuat, hingga mengunci kemampuan berpikir para santri. Narasi guru sebagai orang paling berilmu, penghormatannya menjadi terlalu berlebihan sehingga menghilangkan sisi kemanusiaan dari sang guru. 

Kadang posisi guru di pesantren seperti pendeta. Guru menjadi orang yang harus didengar, dipatuhi, pemikiran, ucapan, dan tindakannya. Superioritas guru di pesantren kadang membuat akal para santri tidak berkembang, hanya membebek, dan keberaniannya hanya mengandalkan emosi. 

Tidak aneh jika kita sering menyaksikan sikap-sikap emosional santri ketika membela gurunya. Kemampuan santri mengendalikan emosi rendah karena akal kurang bekerja. Olah pikirnya kurang terlatih, karena harus mendengar satu narasi dari gurunya.

Kita juga sering melihat tindak-tanduk santri yang tidak masuk akal ketika memperlakukan gurunya. Jalan bebek ketika ketemu guru, mencium tangan bolak balik, dan memperlakukan guru sebagai orang suci yang tidak pernah salah.

Kondisi inilah yang membuat para santri rentan terhadap penyimpangan-penyimpangan yang terjadi di pesantren. Sebagai contoh, pimpinan ponpes cabuli puluhan santri (detikcom, 8/08/24). Pimpinan ponpes cabuli santriwati hingga hamil dan aborsi (tempo, 2/12/24). 

Ilmu yang diajarkan di pesantren bersifat turun-temurun, sehingga para santri kurang adaftif dengan perubahan zaman. Pendidikan pesantren terlalu kuat memegang madzab pemikiran sehingga memunculkan sikap curiga dan benci kepada pemikiran lain.

Bisa dipahami di dalam pendidikan agama ada hal-hal yang tidak berubah dari dulu hingga sekarang, yaitu ayat suci Al Quran. Namun pemikiran para ulama mengalami perkembangan. Ulama-ulama terdahulu mengembangkan pemikiran-pemikirannya untuk mempertahankan keyakinan dan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar tetap eksis dalam perubahan zaman.

Pendidikan pesantren kadang lebih terlihat ekslusif, sehingga menimbulkan sikap-sikap percaya diri santri berlebih. Hasilnya kadang mereka sering melihat orang lain tidak berilmu, dan tidak pantas ketika membahas agama dari sudut pandang lain, karena dirinya merasa lebih berhak.

Dalam pendidikan pesantren kultus kepada guru harus dikembalikan pada hal wajar. Guru adalah manusia biasa yang bisa salah, sehingga antara guru dan santri bisa saling belajar. Pesantren harus melatih santri-santri menjadi manusia-manusia bertauhid dan tetap kritis dalam menyikapi perubahan zaman.

Kita berharap dari pesantren lahir pemikir-pemikir hebat yang bisa mengimbangi perubahan zaman dengan tetap beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pendidikan pesantren adalah aset masyarakat dunia dalam menjaga akal manusia di dunia tetap sehat.***

Tuesday, January 28, 2025

TAFSIR KONTEKSTUAL TENTANG PEMIMPIN

Oleh: Muhammad Plato

Di era informasi, kita semakin sadar bahwa kita hanya sedikit tahu tentang dunia ini. Bagi orang-orang yang ingin terus belajar, selalu muncul kepenasaran untuk mencari tahu lebih dalam tentang sesuatu. Salah satunya saya ingin lebih tahu lebih dalam tentang kandungan makna dibalik ayat Al Quran. 

Ada infromasi dalam Al Quran, bahwa Al Quran tidak akan pernah habis memberikan inspirasi kepada siapa saja yang ingin menggali lebih dalam tentang makna-makna dibalik ayat Al Quran.

Katakanlah: "Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu. (Al Kahfi, 18:109).

Jika kita berpedoman pada data Al Quran ini, jadi masih banyak makna yang belum terungkap di dalam Al Quran. Budaya riset semestinya dimiliki oleh orang yang beriman pada Al Quran. Untuk itu, saya memanfaatkan kecerdasan teknologi informasi saat ini untuk melakukan riset, untuk menggali makna-makna yang terkandung dalam kata, kalimat, paragraf, dalam Al Quran.

Saya mulai dari kepenasaran yang ada dalam hati dan pikiran. Sebelumnya saya sudah menulis perihal tentang ilmu dasar dalam menafsir. Saya sampaikan sangat sederhana sekali. Ilmu dasar dari menafsir adalah "niat baik atas nama Tuhan". Para ulama, filsuf, ilmuwan, saya yakini mereka semua setuju. 

Ulama, cendekiawan muslim, saya yakin sepakat, niat baik atas nama Tuhan adalah dasar dari segala tindakan-tindakan manusia yang pada akhirnya akan mendapat kebaikan dari Tuhan.

Surat Al Falaq terdiri dari lima ayat. Untuk memahami ayat ini, saya mencari tahu dari arti kata dasar. Kata "falaq" sering diterjemahkan dengan kata "subuh". Berdasarkan arti dari kata dasarnya Fa-la-qa artinya memecah atau membelah. 

Bi Rabb pada umumnya diterjemahkan dengan Tuhan. Asal katanya "bi rabb" yang artinya pemelihara, pengatur, atau pemimpin. Sekarang kita lihat terjemah pada umumnya dari surat Al Falaq ayat pertama.

"Katakanlah: "Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh, (1)

Menurut pendapat saya, agar kita bisa memahami surat Al Falaq lebih kontekstual dan bisa dipahami dalam kehidupan sehari-hari, saya berangkat dari arti kata dasar yang terkandung. Saya memberi makna surat Al Falaq ayat 1 sebagai berikut:

"Katakanlah: "Aku belindung kepada Tuhan, dari pemimpin-pemimpin pemecah belah". (1*).

Penafsiran ini tidak keluar dari konteks ketauhidan, karena kita tetap minta perlindungan kepada Tuhan. Faktanya dari dulu hingga sekarang, kejahatan-kejahatan yang berbahaya itu datang salah satunya dari para pemimpin pemecah belah, dicontohkan seperti dalam kisah Fir'aun.

Kemudian kita saksikan saat ini, hancur leburnya sebuah negara, dan jatuh korban hingga ribuan anak-anak, perempuan, orang tua, adalah akibat kejahatan para pemimpin. Doa dalam surat Al Falaq layak dibacakan untuk jadi peringatan bahwa para pemimpin harus jadi pemelihara, pengatur, kehidupan damai dan sejahtera untuk umat manusia.

Pada ayat kedua, sering kita dapati terjemahan sebagai berikut:

"dari kejahatan makhluk-Nya, (2)

Terjemahan ini menurut pendapat saya terlalu abstrak dipahami karena kata terjemah "makhluk-Nya", menjadi sangat abstrak jumlahnya banyak dan kurang fokus, berlindung kepada Tuhan dari makhluk apa, dan apa sebenarnya yang harus diwaspadai.  Saya memberi makna pada ayat kedua sebagai berikut:

"dari kejahatan dan keburukan yang diciptakannya. (2)

Jadi kalau kita baca dari ayat 1 hingga ayat 2, artinya menjadi lebih bermakna, "Katakanlah, saya belindung kepada Tuhan dari pemimpin pemecah belah, dari kejahatan dan keburukan yang diciptakannya,". Pemimpin dapat menciptakan kejahatan dan keburukan.

Para pemimpin adalah para pengambil kebijakan di dunia, yang berasal dari tangannyalah penyebab keburukan dan kebaikan bisa terjadi. Maka, keberadaan pemimpin sangat penting, dan memilih, menyeleksi, memverifikasi, calon pemimpin lebih penting lagi. 

Ciri dari pemimpin punya niat baik adalah pemimpin yang selalu mengajak untuk bersatu, hidup damai, daalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Pemimpin-pemimpin ini dapat diidentifikasi dari ucapan dan tindakannya. 

Saya tidak menyalahkan terjemahan yang selama ini sudah kita sering baca. Saya tidak punya kapasitas membenarkan dan menyalahkan. Apa yang saya kemukakan hanya penafsiran dan tidak menjadi absolut benar. Diterima atau ditolak pendapat ini, terletak pada keputusan pribadi masing-masing, kelak semua orang akan diadili berdasarkan keputusan-keputusan yang pernah diambilnya selama di dunia.

Jika kemungkinan pendapat saya bisa berdampak buruk saya sarankan jangan diambil, sebalik jika pendapat saya bisa menambah pemahaman dan ke depan bisa hidup lebih baik, silahkan ambil. Pada akhirnya segala keputusan yang diadili kelak tergantung niat-niatnya. Saya menjaga selalu berniat baik dan supaya membawa dampak baik bagi kehidupan manusia.***

Tuesday, January 14, 2025

LOGIKA TUHAN BENCANA LOS ANGGELES

Oleh: Muhammad Plato.

Apa sebab terjadinya bencana di Los Anggeles Amerika Serikat? Jawaban umumnya merujuk pada gejala alam. Di surat kabar Media Indonesia dijelaskan beberapa sebab terjadinya bencana. 

Pertama karena kekeringan ekstrim. Kondisi ini membuat tanaman, pohon, menjadi kering. Kedua, Angin Santa Ana yaitu angin yang bertiup kecang dari daratan menuju pantai California Selatan mempercepat penyebaran api. Ketiga, perubahan iklim ikut mendukung terjadinya bencana. Kemarau panjang, suhu tinggi, sangat mendukung terjadinya bencana kebakaran.

Jawaban mengapa terjadi bencana kebakaran di Los Anggeles, narasinya berhenti sampai di gejala alam dan bencana. Lalu apa yang harus kita lakukan? apakah kita harus membuat dingin suhu bumi? bagaimana caranya? Menanam hutan kembali? Siapa yang menanam?

Photo Udara Los Anggeles (Sumber CNBC Indonesia, Sabtu, 11/1/2025)

Kejadian-kejadian di muka bumi ini adalah pelajaran untuk manusia. Apakah cukup puas dengan jawaban bahwa ini hanya gejala alam karena perubahan iklim? Narasi kitab suci perlu kita sampaikan pada umat manusia.

Di dalam kitab sucinya, orang kristen mempercayai hukum tabur tuai. Dalam Al Quran, banyak diberitakan, setiap perbuatan baik akan menghasilkan kebaikan dan setiap perbuatan buruk akan menghasilkan keburukan. Di dalam agama Hindu ada hukum karma. Para ilmuwan mengatakan sebagai hukum tarik menarik. Ketiga hukum yang dijelaskan dalam ajara agama dan sains konteknya sama seperti dijelaskan dalam Al Quran.

"Barang siapa yang datang dengan (membawa) kebaikan, maka baginya (pahala) yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa yang datang dengan (membawa) kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan (seimbang) dengan apa yang dahulu mereka kerjakan." (Al Qashshas, 28:84).

Jika kita perhatikan apa yang dilakukan para pemimpin Amerika Serikat terhadap rakyat Palestina? Pembantaian telah dilakukan sejak 7 Oktober 2023 hingga sekarang belum berakhir. Mereka tidak lagi berprikemanusiaan, anak-anak, perempuan hamil, orang tua, mereka bunuh menggunakan senjata mematikan. Rumah sakit, tempat ibadah, fasilitas umum, jalan-jalan, mereka hancurkan. 

Berita kekejaman ini tersebar luas di seluruh dunia. Ini zaman teknologi informasi. Kekejaman Amerika Serikat terhadap rakyat Palestina disaksikan anak-anak, remaja, dan orang tua. Ini fakta bukan cerita fiksi yang dibuat-buat untuk film. 

Hukum tabur tuai, hukum karma, kebalasan dibalas kejahatan, kebaikan dibalas kebaikan, bukan hanya terjadi dalam skala negara, kita bisa membuktikan dalam skala kecil kehidupan pribadi kita. Anda bisa lakukan perbuatan buruk konsisten bertahun-tahun, lalu apa yang akan terjadi pada anda? Jika anda merasa menjadi orang sukses dan terpandang dari perbuatan buruk anda, itu hanya prasangka anda yang sementara.

Saya hanya ingin mengingatkan para pemimpin Amerika Serikat, kebijakan-kebijakan buruk yang bertujuan merusak tatanan kehidupan manusia di muka bumi, akan berdampak buruk pada negara mu sendiri. Jika kejadian di Los Angeles tidak membuat pemimpin Amerika Serikat berpikir reflektif, ada hukuman kedua, sampai suatu bangsa menuju kebinasaan.

Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyaknya generasi-generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu), telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (Al An'aam, 6:6).

Allah tidak kejam, Allah tidak menghinakan orang, Allah tidak menghukum orang. Manusia menerima setiap apa yang dikerjakannya, Allah sudah menetapkan dan pemilik hukum dalam kehidupan. Manusia telah dianugerahi akal oleh Allah dan Allah memerintahkan untuk menggunakannya.***