Sunday, July 7, 2024

SEMUA MANUSIA ISLAM

Oleh: Muhammad Plato

Jika kita pikirkan semua manusia terlahir islam (tunduk). Sebenarnya sejak dalam kandungan hingga lahir manusia dalam keadaan tunduk. Tunduk dalam arti tidak bisa menentukan takdir hidupnya. Manusia sejak dalam kandungan hingga terlahir dia tidak mengetahui takdir-takdir hidup yang akan dialaminya. Inilah salah satu makna bahwa manusia sejak lahir sudah islam. 

Beberapa argumen yang memperkuat bahwa semua manusia sudah islam bisa kita temukan di dalam Al Quran. Allah menegur orang yang sudah mengaku diri beriman, dan menyarankan untuk mengatakan kami telah tunduk (islam).

Orang-orang Arab Badui itu berkata: "Kami telah beriman". Katakanlah (kepada mereka): "Kamu belum beriman, tetapi katakanlah: "Kami telah tunduk", karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tiada akan mengurangi sedikit pun (pahala) amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang". (Al Hujurat, 49:14).

Kita ketahui, para ilmuwan tidak layak dikatakan sebagai pencipta, tetapi sebagai penemu. Ilmuwan tidak menciptakan apapun kecuali dia menemukan dan mengolah apa yang telah Allah ciptakan. Air, tanah, batu, tumbuhanm gunung, gas, atom, molekul, elektron, gelombang, semuanya sudah ada. Semua manusia tunduk dan memanfaatkan pada apa yang telah Allah ciptakan.

Kemampuan manusia memanfaatkan benda-benda yang sudah ada juga bukan karena kekuatan manusia. Manusia yang dilengkapi dengan organ otak, mata, telinga, jantung, tangan, kaki, semua sudah ada dan hanya menggunakannya. 

Temuan-temuan yang dilakukan para ilmuwan, hanya melakukan sintesa terhadap benda-benda yang sudah ada. Seperti ketika kita membuat rumah, tidak ada satupun material yang dibuat manusia. Bahan-bahan material rumah hanya mensintesakan bahan-bahan material yang ada menjadi berbagai bentuk dan material sebagai akibat dari sintesa benda-benda yang sudah ada.

Dalam pandangan Allah, tidak ada satu orang pun manusia yang berjasa pada orang lain. Semua kesenangan yang diterima oleh manusia, bahkan manusia yang merasa berjasa pada orang lain, semuanya mendapat ksenenangan atas jasa Allah.

Mereka merasa telah berjasa (memberi nikmat) kepadamu dengan keislaman mereka. Katakanlah: "Janganlah kamu merasa telah berjasa kepadaku dengan keislamanmu, sebenarnya Allah Dialah yang berjasa melimpahkan nikmat kepadamu dengan menunjuki kamu kepada keimanan jika kamu adalah orang-orang yang benar". (Al Hujurat, 49:17).

Manusia hidup dalam batasan-batasan sehingga manusia pada dasarnya islam. Namun, akibat temuan-temuan teknologi yang dihasilkan, manusia kadang melampuai batas, merasa berjasa sebagai pencipta, merasa paling tahu. Seperti Fir'aun yang diberi kekuasaan, pada akhirnya merasa menjadi Tuhan. Gejala psikologi ini bisa terjadi pada para ilmuwan yang merasa telah menjadi pencipta.

Para ilmuwan, kadang merasa diri telah berjasa untuk kehidupan manusia. Merasa berjasa adalah awal gejala psikologi menyeret manusia bergeser hingga melampaui batas, merasa menjadi Tuhan. Allah mengingatkan dalam Al Quran, jangan merasa berjasa tapi katakanlah saya tunduk pada segala yang telah Allah ciptakan. 

Sebenanrya semua manusia seperti "orang-orang Arab Badui". Gambaran orang Arab Badui artinya hakikat semua manusia adalah bodoh, fanatik pada pengetahuan dan kebiasaan yang dimiliki, merasa diri benar, merasa berjasa, merasa sebagai pencipta, dan kadang merasa diri menjadi Tuhan. 

Hakikat sebenarnya, semua manusia pada level tingkatan manapun mereka adalah orang-orang islam, tunduk pada segala ketentuan yang telah Allah ciptakan. Untuk itulah semua manusia islam.*** 

No comments:

Post a Comment