Oleh: Muhammad Plato
Menimbang, mengingat begitu banyaknya praktek-praktek ketidakjujuran di negeri ini, memutuskan secara operasional kita harus memahami kembali makna kejujuran. Tanpa pemahaman operasional, tidak mungkin suatu nilai dapat kita laksanakan dengan baik (Hasan, 1996).
Nilai kejujuran sangat penting untuk kita tanamkan sedini mungkin. “Kejujuran adalah sikap menunjukkan adanya kecocokkan antara perkataan dan perbuatan. Ciri orang jujur ditandai dengan selalu berkata berterus terang”. Begitulah makna kejujuran yang ditulis dalam salah satu buku teks pelajaran PKn SD.
Berangkat dari pengertian di atas, selama ini ada pemahaman kurang pas dalam memahami kejujuran. Kita cenderung mengartikan kejujuran sebagai “perkataan terus terang“. Konsep ini tidak salah, namun telah menggiring makna esensi kejujuran menjadi “perkataan” bukan “perbuatan”.
Indikator kejujuran berkata terus terang dinilai kurang tepat sebab dalam situasi tertentu ada aturan, orang boleh tidak terus terang. Misalnya, tidak boleh terus terang jika perkataan bisa mengancam nyawa seseorang atau menjadi sebab konflik. Dalam hal menjaga perasaan seseorang, kita tidak boleh mengatakan kekurangan fisik dan keburukan seseorang, walaupun pada faktanya demikian.
Secara psikologis, orang yang memahami “berkata terus terang” sebagai indikator kejujuran, pribadinya bisa kurang produktif”. Kejujuran menjadi fokus hanya sebatas perkataan bukan pada perbuatan. Kejujuran dalam arti berterus terang, sulit diajarkan di dunia pendidikan.
Hemat penulis, jujur dipahami sebagai “prilaku” bukan perkataan. Dalam kamus bahasa Indonesia salah satu pengertian yang cocok untuk konsep jujur adalah "berprilaku tidak curang". Jadi, jujur artinya kemampuan seseorang untuk berprilaku baik, sesuai nilai, moral dan norma, yang berlaku di masyarakat.
Pemahaman konsep kejujuran sebagai perbuatan taat aturan harus lebih dikedepankan. Korupsi adalah prilaku tidak jujur, karena masuk pada kategori prilaku curang, yaitu perbuatan yang tidak sesuai dengan nilai, moral, dan norma yang berlaku di masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis.
Dengan demikian, kejujuran menjadi sesuatu yang mungkin untuk diukur dan dilakukan oleh setiap orang, kapan saja dan di mana saja. Ini berarti, setiap orang akan bersikap preventif, saling mengontrol, mana kala ada orang tidak jujur karena perbuatannya tidak sesuai aturan.
Menanamkan pemahaman konsep kejujuran sebagai perilaku sejak dini, bisa mendidik seseorang menjadi kritis, cerdas dan dinamis. Dengan pemahaman ini, sebelum bertindak setiap orang akan berpikir nilai dan norma apa yang akan jadi landasaan setiap tindakannya.
Maka dari itu, “jujur adalah berprilaku sesuai dengan nilai, moral, dan norma yang berlaku di masyarakat”. Dengan memahami kejujuran sebagai perbuatan, secara alamiah masyarakat dapat berpartisifasi dan melakukan fungsi kontrol terhadap dirinya. Dalam kehidupan sehari-hari, setiap anggota masyarakat akan terus mendapat ujian kejujuran, dengan ukuran sesuaikah perbuatannya dengan nilai, moral, dan norma, yang berlaku di masyarakat atau tidak? Siapa yang jujur dan siapa yang tidak jujur bisa dilihat dari perbuatannya bukan dari kata-katanya.
Memahami nilai kejujuran sebagai perbuatan, etikanya dapat kita temukan dalam sebuah ayat Al-Qur’an berikut, “amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Ash-Shaff:3).
Artinya, perbuatan baik harus menjadi dasar setiap kata-kata yang akan kita keluarkan. Perbuatan adalah hal yang paling utama bukan perkataan, karena perbuatan harus menjadi dasar dari setiap perkataan yang kita ucapkan.
Secara psikologis kemungkinan besar orang tidak akan berterus terang (bohong) jika perbuatan sehari-harinya menyimpang dari aturan. Jadi, penyebab seseorang berkata bohong adalah karena perbuatan-perbuatannya yang melanggar aturan dan tidak ingin diketahui orang.
Maka, Allah memerintahkan untuk berbuat baik. Berbuat baik diukur dari nilai, moral dan norma yang berlaku di masyarakat baik tertulis maupun tidak tertulis. Setelah itu berkatalah sesuai dengan apa yang telah kamu kerjakan.
Berbuat baik lebih penting dari pada berkata terus terang. Bangsa ini akan berubah kalau orang-orang di dalamnya banyak berbuat kebaikan, bukan banyak berkata baik. Inilah prinsip sesungguhnya yang harus dipegang jika mau jadi orang jujur. Jika setiap orang sudah biasa taat aturan, kemungkinan besar setiap perkataannya jujur karena sesuai dengan yang telah dia kerjakan. Potensi ketidakjujuran itu sebabnya adalah perbuatan melanggar aturan. Inilah menurut saya, logika kejujuran dari Tuhan. Wallahu'alam.***
No comments:
Post a Comment