Saturday, June 15, 2024

MEMBACA PSIKOLOGI ORANG ISRAEL

Oleh: Muhammad Plato

Orang Israel selalu menarasikan dirinya sebagai umat pilihan Tuhan. Pengakuan ini sebenarnya telah menimbulkan ego kelompok, suku, atau bangsa bagi orang-orang Israel. Pemahaman sepihak ini dinarasikan oleh orang Israel melalui berbagai cara diantaranya media informasi, sains dan teknologi.

Setiap manusia diberi kelebihan dan kekurangan orang Tuhan. Terlepas dari orang Israel semua keturunan dan bangsa memilikinya. Secara spesifik, Bani Israel di dalam Al Quran dijelaskan memiliki kelebihan dari umat lain. 

"Hai Bani Israel, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya Aku telah melebihkan kamu atas segala umat". (Al Baqarah, 2:47).

Secara fakta, orang-orang Israel memiliki kelebihan dalam hal intelektual. Budaya di keluarga orang Israel mereka sangat menhargai kecerdasan intelektual. Mereka bisa mengembangkan sains dan teknologi. Mereka bermanfaat bagi kehidupan manusia. 

Tradisi menjaga generasi cerdas intelektual terpelihara dalam tradisi keluarga orang Israel. Bayi-bayi sejak dalam kandungan, mulai dari makanan, minuman, kebiasaan, sudah disiapkan sebagai generasi cerdas secara intelektual. Fakta ini menunjukkan secara empiris bahwa Allah menyimpan kecerdasan intelektual pada orang Israel.

Namun di sisi lain, tentang prilaku orang Israel diceritakan di dalam Al Quran, mereka memiliki kelemahan di karakter. Gambaran secara psikologi orang Israel dijelaskan pula di dalam Al Quran.

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israel (yaitu): Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebahagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (Al Baqarah, 2:83).

Secara psikologis, kecerdasan intelektual mendorong sifat-sifat manusia ke arah destruktif. Kemampuan intelektual yang dimiliki manusia dapat menjadi pemicu sifat-sifat buruk. Pemisahan sains dan teknologi dengan etika, moral agama, menimbulkan sikap ego tinggi. 

Sesungguhnya Kami telah mengambil perjanjian dari Bani Israel, dan telah Kami utus kepada mereka rasul-rasul. Tetapi setiap datang seorang rasul kepada mereka dengan membawa apa yang tidak diingini oleh hawa nafsu mereka, (maka) sebagian dari rasul-rasul itu mereka dustakan dan sebagian yang lain mereka bunuh. (Al Maa'idah, 5:70).

Karakter buruk dilekatkan pada golongan Israel. Hanya sebagian kecil dari orang-orang Israel yang tetap menepati janjinya. Sunatullah manusia, di sisi lain ditinggikan dan di lain hal memiliki kekurangan. Kisah Bani Israel diberitakan dalam Al Quran sebagai pelajaran bagi manusia yang mau berpikir.

Kisah hidup orang Israel merupakan sepenggal kisah yang dapat ditiru seluruh umat manusia dalam meningkatkan kecerdasan intelektual. Namun perlu diingat, kepemilikan kecerdasan intelektual harus dibarengi dengan kepemilikan kecerdasan emosi dan spiritual.

Rasa kemanusiaan, sikap adil, saling menghargai dan menghormati antar manusia, cinta lingkungan, menjadi kecerdasan wajib dimiliki manusia. Allah menciptakan manusia setara, sama-sama punya hak-hak asasi yang melekat pada setiap diri manusia.***




No comments:

Post a Comment