Oleh: Muhammad Plato
Menyimak sejarah perjalanan Amerika Serikat dan pola-pola propaganda yang dilakukannya, persis seperti yang dilakukan oleh Israel. Amerika Serikat ketika menyerang Afganistan, Irak, Libya, untuk melegitimasi yang mereka lakukan, Amerika Serikat melakukan propaganda di media untuk mengontrol opini publik.
Melalui media mainstream yang sudah dikontrol untuk kepentingannya, ditampilkan sealami mungkin agar publik tidak merasa sedang dikontrol opininya. Media mainstream mengeluarkan jargon-jargon yang seolah-olah apa yang diberiktakannya berbasis pada fakta. Pada kenyataannya fakta yang sudah di desain untuk tujuan kontrol opini publik.
Setelah ada media sosial, prilaku-prilaku ini bisa terbaca dan di treacer melalui jejak digital. Pola-pola yang dilakukan Amerika Serikat berulang seperti yang terjadi pada kasus invasi Israel ke Palestina, pola pemberitaan media terlihat ada kesamaan. Israel melakukan pemberitaan berdasar pada fakta tetapi fakta yang sudah dikondisikan untuk kepentingannya.
Melihat fenomena ini, ada pertanyaan sebenarnya Israel itu siapa? Meneliti sejarah berdirinya Israel di internet ditemukan tonggak sejarahnya tahun 1948. Negara dibalik berdirinya Israel adalah Inggris. Penduduk Israel yang menempati tanah Palestina sekarang adalah imigran bangsa Yahudi dari seluruh dunia. Bangsa Yahudi di seluruh dunia dijemput oleh pesawat-pesawat untuk didatangkan ke tanah Palestina.
Kemajuan bangsa Israel pada faktanya didukung oleh ilmuwan-ilmuwan Yahudi yang terdiaspora di seluruh dunia. Pembiayaan ekonomi bangsa Israel didukung oleh pengusaha-pengusaha Yahudi yang ada di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat. Kontrol negara-negara di dunia ada di bawah Amerika Serikat dengan dukungan sekutunya.
Sebenarnya apa yang terjadi? Israel bukan negara kuat seperti yang kita bayangkan. Israel adalah satelit Amerika Serikat dan sekutunya untuk menguasai kekuasaan politik di Timur Tengah yang berada di tengah negara-negara Arab yang mayoritas Islam. Sebenarnya kekuatan Israel ada di negara-negara pendukungnya.
Hal ini dibuktikan dengan besarnya bantuan militer Amerika Serikat kepada Israel. Selain itu, Kondisi ini diperkuat fakta ketika sikap Amerika Serikat di PBB, yang selalu membela kepentingan Israel.Namun demikian, di era keterbukaan sekarang, mata masyarakat dunia menyaksikan bagaimana sepak terjang Israel dalam mempertahankan eksistensinya memiliki pola-pola yang sama dilakukan Amerika Serikat di afaganistan, Irak, dan libiya.
Pola ini mulai terbaca oleh penduduk dunia, sehingga mulai muncul kesadaran masyarakat dunia terhadap ketidakadilan yang terjadi di tanah Palestina. Gelombang dukungan terhadap kemerdekaan Palestina datang dari seluruh penjuru dunia. Hal ini tidak menutup kemungkinan akan mengubah tujuan politik Amerika Serikat. Apakah Israel akan ditinggalkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya?
Jika dukungan terhadap kemerdekaan Palestina benar-benar terjadi, apakah Israel akan kembali menjadi bangsa terusir di muka bumi ini? Eksitensi Israel benar-benar dipertaruhkan, dan bisa jadi Israel akan berjuang sendiri di Timur Tengah. Kondisinya bisa terbalik, Israel kembali menjadi bangsa terusir seperti yang ditakdirkan Tuhan dalam sejarah.***
No comments:
Post a Comment