Oleh: Muhammad Plato
Seorang peserta didik memberi ceramah kepada teman-temannya, diawali dengan pertanyaan, "mengapa umat Islam terlihat tertinggal dalam kehidupan dunia?". Rupanya dia telah paham, bahwa dahulu Islam pernah mengalami kejayaan dalam hal ilmu pengetahuan. Mengapa sekarang jadi tertinggal? Negara-negara mayoritas berpenduduk muslim selalu identik dengan negara miskin.
Terlontar kata-kata, "sekarang ini banyak lembaga penghafal Quran, tapi jarang ada lembaga-lembaga pengamal Quran". Kata-kata ini muncul dari peserta didik usia 17 tahun yang sebentar lagi keluar sekolah SMA. Pikiran kritis semacam ini, pernah saya pertanyakan ketika kuliah semester enam. Pertanyaan ini muncul setelah mempelajari sejarah Islam, dan ada ketidakpuasan melihat kenyataan umat Islam saat ini.
Namun kini, pertanyaan kritis ini dipertanyakan oleh peserta didik seusia SMA. Itulah keunggulan dari membaca, pikiran-pikiran kritis bisa muncul lebih cepat karena bacaan. Sungguh, dengan membaca peserta didik kita bisa lebih cepat tumbuh berpikir dewasa dan mengenali dirinya sendiri.
Saat ini memang banyak didirikan lembaga-lembaga dengan label penghafal Al Quran. Dan betul belum ada lembaga sampai saat ini yang menamakan diri sebagai lembaga pengamal Al Quran. Lembaga-lembaga pendidikan seharusnya memiliki komitmen sebagai lembaga pengamal Al Quran. Namun mengapa saat ini tidak ada yang konsen pada pengamalan Al Quran?
Dari pengamatan penulis, jarangnya lembaga-lembaga yang berkomitmen mengamalkan Al Quran, berangkat dari pemahaman Al Quran yang terlalu kaku dan sempit. Al Quran dijadikan sebagai firman Allah yang tidak boleh dipahami keluar dari teks aslinya. Jadi Al Quran menjadi kurang diminati untuk dipahami.
Selanjutnya, metode yang selama ini diphami dalam mempelajari Al Quran adalah membaca bahasa arabnya dengan aturan tajwid. Alhasil jika orang mau belajar Al Quran identik dengan belajar tajwid atau menghafal.
Pertanyaan kritis dari peserta didik, "mengapa jarang ada lembaga pengamal Quran?" Jawabannya adalah pengajaran Al Quran selama ini kurang dinamis. Metode pengajaran Al Quran di masyarakat tidak mengalami perkembangan karena hanya dikenal metode tajwid dan menghafal.
Di era teknologi informasi saat ini, kebenaran-kebenaran Al Quran banyak terungkap bermunculan di berbagai media. Semua orang bisa belajar Al Quran sesuai dengan masalah dan keilmuan yang melaatarbelakanginya.
Pemikir-pemikir Al Quran banyak bermunculan tidak didominasi oleh satu kelompok atau aliran. Di era sekarang masyarakat pun mulai terdidik dengan perbedaan pendapat. Berbagai sudut pandang tentang pemahaman Al Quran bermunculan.
Bahkan saat ini, menghubungkan Al Quran dengan kehidupan sehari-hari sangat mudah ditemukan. Dengan modal bertanya, apapun yang ingin kita ketahui tentang Al Quran bisa dengan cepat kita temukan.
Berdasarkan pertanyaan kritis dari peserta didik, selayaknya lembaga pendidikan menjadi lembaga-lembaga pengamal Al Quran. Mungkin ada orang berkata, "tidak semua lembaga pendidikan bisa menjadi lembaga pengamal Al Quran". Nah, kata-kata itu tidak akan muncul lagi jika sering membaca dan mempelajari Al Quran dengan tujuan ingin mengetahui bagaimna cara mengamalkannya.
Hasil riset penulis, Al Quran mengandung nilai-nilai universal yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari dimanapun dan apapun latar belakang masyarakatnya. Mengapa Al Quran mengandung nilai-nilai universal dalam kehidupan, karena Al Quran diturunkan dari Tuhan pemilik semesta alam. Jadi semua kebaikan yang terjadi di muka bumi telah dijelaskan di dalam Al Quran, bagi orang-orang yang berpikir.***
No comments:
Post a Comment