Oleh: Muhammad Plato
Mengendalikan amarah menjadi inti dari buku Psikologi Emotion karya David J. Lieberman. Saya amati buku ini mengajarkan tentang logika-logika yang ada dalam kitab suci Al Quran. Sebelumnya saya sudah menjelaskan logika-logika berpikir yang ada dalam Al Quran, jika dipahami polanya akan mengarah pada pengendalian diri.
Saya istilahkan logika-logika yang ada dalam Al Quran sangat menyentuh pada pengendalian hati. Bisa dibilang logika dalam Al Quran lebih melatih bagaimana hati berlogika. Logika-logika yang ditawarkan dalam Al Quran akan mengaduk-ngaduk hati untuk memahami segala persitiwa yang terjadi agar bisa diterima oleh hati.
Al Quran menginformasikan bahwa kehidupan ini ada pengendalinya yaitu Tuhan. Manusia tidak bisa mengendalikan jalannya hidup ini kecuali berserah diri menerima apa-apa yang telah ditakdirkan Tuhan. Matahari bersinar, hujan turun, udara panas, malam berganti siang, semuanya terjadi atas takdir Tuhan. Manusia tidak bisa mengendalikan jalannya alam. Manusia hanya diberi peluang oleh Allah untuk beradaftasi dengan apa yang terjadi di alam.
Allah memang memberi peluang kepada manusia untuk melakukan perubahan, mengikuti proses perubahan yang telah diatur oleh Allah. Manusia hanya bisa berbuat berdasarkan fasilitas perbuatan yang sudah Allah sediakan. Prinsip perubahan bukan mengubah kejadian alam tetapi mengubah keadaan yang ada pada diri sendiri.
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia." (Ar ra'd, 13:11).
Mengubah keadaan pada diri sendiri sangat mungkin terjadi, karena manusia diberi kemampuan oleh Allah untuk mengubah dirinya. Untuk itu inti perubahan bukan pada lingkungan tetapi pada keadaan diri sendiri. Ketika situasi panas, untuk mengubah lingkungan jadi dingin sangat sulit kecuali manusia mengubah situasi panas dengan bergerak ke tempat dingin, atau memanfaakan benda-benda yang ada di lingkungannya untuk menghindar dari situasi panas.
Amarah adalah keadaan yang sering terjadi pada diri manusia. Amarah senantiasa meenyeliputi kondisi hati dan pikiran manusia karena segala sesuatu yang terjadi di muka bumi ini tidak selalu menciptakan kondisi nyaman. Untuk itu hal yang paling banyak dibahas dalam buku Psikology of Emotion karya David J. Lieberman yaitu tentang mengendalikan amarah. Sumber dari segala masalah seseorang di muka bumi ini adalah nafsu amarah.
Al Quran mengabarkan bahwa nafsu manusia terdiri dari dua yaitu nafsu yang buruk (fujur) dan baik (taqwa). Nafsu buruk harus dikendalikan jangan sampai melewati batas, dan nafsu baik harus dihidupkan. Seperti konsep yin dan yang, dua kekuatan ini jika bisa mengendalikannya kehidupan ini akan menjadi baik. Menurut Fritjop Capra dua sifat ini tidak berarti buruk dan baik jika kita bisa menjadi keseimbangannya.
Amarah adalah nafsu fujur, tidak berarti buruk jika bisa mengendalikannya. Maka ada orang yang tidak bisa mengendalikan amarah, dan ada orang yang bisa mengendalikan amarah. Orang-orang yang bisa mengendalikan amarah, hidupnya jauh lebih berkualitas dari yang tidak. Nabi Muhammad dalam sebuah hadis memberi nasihat, "jangan marah, jangan marah, jangan marah". Nasihat ini diulang-ulang oleh Nabi Muhammad karena memang sumber dari segala permasalahan adalah nafsu amarah, dan hal ini sangat berkaitan dengan hati.
Nabi Muhammad juga berpesan bahwa di dalam diri manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging ini baik maka akan baik semuanya, dan jika segumpal daging ini buruk maka akan buruk semuanya. Segumpal daging ini adalah hati. Hati yang buruk adalah yang hati yang tidak bisa mengendalikan amarah.
Peperangan terjadi karena ada nafsu amarah. Peperangan ada yang terkendali ada yang membabi buta. Perang yang dikendalikan oleh nafsu amarah, dalam prakteknya melakukan tindakan-tindakan yang tidak manusiawi seperti membunuh warga sipil, anak-anak, wanita dan orang tua. Nafsu taqwa bertugas mecegah peperangan untuk terciptanya perdamaian.
Pada akhirnya manusia akan kembali pada Tuhan. Sesungguhnya apa yang dilakukan manusia di muka bumi kelak akan mendapati pengadilan Tuhan. Percaya atau tidak, Tuhan sudah menetapkan hukum-hukumnya. Siapa yang berniat baik di muka bumi ini dia akan mendapat keabadian hidup sejahtera selamanya. "Ampunilah kami ya Tuhan kami dan kepada Engkaulah tempat kembali" (Al Baqarah, 2:285)***
No comments:
Post a Comment