Oleh: Muhammad Plato
Kebenaran ilmiah terletak pada metode penelitian yang dilakukan dan data yang dihasilkan. Seperti disepakati para ilmuwan, kebenaran sebuah ilmu terletak pada valisitas data. Dalam penelitian sejarah, kebenaran sebuah fakta sejarah terletak pada validitas data. Data yang punya validitas tinggi, dalam penelitian sejarah adalah data dari sumber primer. Sebelum ada sumber primer lain ditemukan, kebenaran sebuah kesimpulan yang dihasilkan dari sumber primer yang telah ditemukan tidak akan terbantahkan.
Demikian juga dalam ilmu-ilmu eksakta, teori yang dihasilkan dari data riset akan menjadi penemuan terbaru sebelum ditemukan teori dari data riset terbaru dikemudian hari. Kunci dari kebenaran ilmu adalah data hasil riset dengan metodologi yang dapat dipertanggungjawabkan.Data yang valid menjadi modal dasar untuk menyatakan bahwa teori ini mendekati kebenaran atau tidak. Jadi produk berharga dari hasil riset adalah ditemukan data baru, sebagai dasar untuk mengoreksi teori-teori terdahulu.
Riset dilakukan untuk menemukan data valid yang bisa dijadikan dasar dalam mengambil kesimpulan dan menjadi teori. Bertahun-tahun para ilmuwan melakukan riset hanya untuk mendapatkan data valid, yang akan menghasilkan mendekati kebenaran ketika ditafsir. Jadi hal yang paling berharga dalam penelitian adalah data valid yang dihasilkan. Hasil penelitian yang tidak berbasis data valid, kebenarannya diragukan.
Di era teknologi informasi, data-data bertebaran dengan jumlah jutaan sampai tiliunan data. Maka kecerdasan yang harus dimiliki oleh manusia-manusia di era teknologi adalah kemampuan memilah dan memvalidasi data. Kemampuan memilah dan memvalidasi data, dapat dilakukan dengan memperkenalkan penulis, peneliti, atau lembaga-lembaga, yang punya reputasi tinggi dalam kepemilikan data.
Berkaitan dengan data valid, Al Quran adalah kitab suci yang di dalamnya banyak mengandung data. Al Quran berisi data kisah dan fenomena alam yang sudah terbukti dapat dipertanggungjawabkan secara sains. Al Quran adalah anugerah dari Allah untuk manusia, sebab manusia sudah diberi data valid untuk menemukan berbagai ilmu pengetahuan yang ditafsir manusia. Al Quran layak jadi bacaan umat manusia untuk membantu menjelaskan berbagai fenomena kehidupan manusia dan alam di muka dunia.
Persyaratan untuk memahami berbagai kandungan ilmu yang ada dalam Al Quran adalah perbendaharaan berbagai pengetahuan yang harus dimiliki manusia. Mada dari itu, Allah memerintahkan kepada manusia untuk berpengetahuan (Iqra). Kedangkalan manusia dalam memahami isi Al Quran terletak pada kedangkalan pengetahuan manusia.
Seiring dengan pemahaman manusia, validitas dan kebenaran Al Quran akan terus terungkap dan semakin bertambah keimanan manusia kepada Tuhan Pencipta Alam. Kemutlakkan kebenaran hanya milik Allah dan manusia hanya penafsir yang berusaha mendekati kebenaran dari Allah.
Tujuan pendidikan sebagaimana dijelaskan Ki Hadjar Dewantara, untuk mengantarkan manusia kepada kehidupan sejahtera dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya, sebagaimana Allah telah menjelaskan di dalam Al Quran. Allah menghendaki manusia berbuat kebaikan di muka bumi dan menghindari perbuatan-perbuatan yang membawa kerusakan.
Di dalam jiwa manusia ada dua nafsu yang harus dikendalikan, yaitu nafsu perusak dan nafsu pemelihara. Nafsu perusak harus dikendalikan dengan ilmu agar tidak berbuat kerusakan besar, dan nafsu pemelihara harus dibangkitkan agar terciptak kehidupan damai sejahtera di muka bumi. Dunia pendidikan adalah upaya mengendalikan nafsu manusia agar cenderung menjadi manusia-manusia pemelihara.
Nafsu pemelihara harus diarahkan oleh dunia pendidikan untuk mengakses pengetahuan Al Quran yang sudah dijamin valid untuk memvalidasi pengetahuan-pengetahuan yang beredar dikemukakan berbagai latar belakang manusia. Manusia harus mengetahui, dari sudut pandang Al Quran, kehidupan dunia dan kehidupan akhirat tidak terpisahkan. Dengan sudut pandang ini, manusia pasti memiliki moralitas hidup yang tertanam dalam jiwanya, maka segala perbuatannya akan diperhitungkan untuk kebaikan hidup di dunia dan kehidupan setelah kematian. Kepercayaan pada adanya kehidupan setelah kematian, akan mengendalikan perbuatan-perbuatan manusia di dunia.
Bahaya yang harus diwaspadai oleh umat manusia adalah ketika ilmu-ilmu dikembangkan untuk menghilangkan kepercayaan manusia pada kehidupan akhirat. Buku-buku sains yang menafikan keberadaan kehidupan akhirat akan membawa nafsu manusia pada kerusakan karena prilakunya akan sangat bebas mengikuti nafsu perusak tanpa memperhitungkan akibatnya pada kehidupan setelah kematian.
Kehadiran teknologi informasi menjadi berkah bagi manusia, karena manusia bisa memvalidasi, membandingkan, mengkonfirmasi, berbagai pengetahuan yang diaksesnya. Al Quran layak menjadi sumber pengetahuan dengan validitas paling tinggi, untuk mengembalikan manusia pada kehidupan damai dan sejahtera yang dicita-citakan manusia sebagaimana Allah kehendaki.***
No comments:
Post a Comment