Oleh: Muhammad Plato
Definisi Tuhan menurut Muhammad Imaduddin Abdulrahim (Bang Imad) adalah segala sesuatu yang mendominasi manusia. Dalam kehidupan sehari-hari dominasi terhadap kehidupan manusia bermacam-macam termasuk dirinya sendiri. Di dalam Al Quran dijelaskan ada manusia yang menjadikan dirinya sendiri sebagai tuhan, yaitu yang menjadikan hawa nafsunya tuhan.
Jika seseorang orientasi hidupnya sudah pada uang maka uang telah menjadi tuhannya. Jika prilaku orang sudah dikendalikan oleh orang yang dikaguminya, maka tuhannya adalah orang. Jika manusia prilakunya dikendalikan oleh keinginan hawa nafsunya, maka dia telah menjadikan dirinya sebagai tuhan. Maka tuhan-tuhan selain Allah di muka bumi ini banyak ragamnya.
Orang-orang yang menjadikan tuhan selain Allah sesungguhnya dia tidak memiliki kemerdekaan. Dia sudah terbelenggu oleh tuhan yang sebenarnya tidak berkuasa dan tidak bisa membebaskan dirinya dari segala kesulitan. Maka kemerdekaan adalah ketika manusia mengatakan bahwa tidak ada tuhan yang ditaati kecuali Allah (lailahaillallah). Kemerdekaan adalah ketergantungan manusia kepada Allah, kepasrahan manusia kepada Allah, atau keikhlasan manusia diatur oleh segala ketetapan yang telah ditetapkan oleh Allah. Orang-orang yang pasrah kepada Allah maka dia akan dibebaskan hidupnya dari segala keterbatasan hidup atas dasar kasih sayang Allah.
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah (membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran? (Al Jaatsiah, 45:23).
Orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, hidupnya didominasi oleh keinginan hawa nafsunya. Dia terlepas dari petunjuk Allah dalam Al Quran. Dia tidak mengikuti segala ketentuan yang telah dibatasi oleh Allah.
Namun demikian bukan berarti orang yang beriman kepada Allah dia tidak mengikuti hawa nafsu. Sebab hawa nafsu terbagi menjadi dua sebagaimana dijelaskan di dalam Al Quran. Ada hawa nafsu yang cenderung pada kerusakkan dan ada hawa nafsu yang dirahmati Allah.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Yusuf, 12:53).
Manusia yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhan adalah mereka yang mengikuti hawa nafsu yang menyuruh pada kejahatan. Hawa nafsu yang menyuruh pada kejahatan adalah hawa nafsu yang melepaskan diri dari petunjuk Allah. Sedangkan hawa nafsu yang dirahmati Allah adalah hawa nafsu yang selalu berusaha taat dan berserah diri pada ketentuan-ketentuan yang sudah Allah tetapkan.
Maka apakah orang yang berpegang pada keterangan yang datang dari Tuhannya sama dengan orang yang (syaitan) menjadikan dia memandang baik perbuatannya yang buruk itu dan mengikuti hawa nafsunya? (Muhammad, 47:14).
Ciri dari manusia yang berkeyakinan pada Allah adalah mereka yang berusaha memahami, mempelajari, dan melaksanakan kitab suci Al Quran sebagai petunjuk hidup. Petunjuk hidup dari Al Quran digunakan untuk membersihkan hati dan pikiran dari ketergantungan kepada selain Allah. Sangat tidak mungkin orang dikatakan bertuhan kepada Allah, jika dia tidak mempelajari petunjuk hidup berdasarkan apa yang telah Allah turunkan pada para nabi dan utusannya yang terakhir Nabi Muhammad SAW yang membawa wahyu Al Quran.
Deklarasi kemerdekaan manusia adalah hidup merdeka berserah diri pada Allah dan terbebas dari tuhan-tuhan selain Allah. Mereka yang berserah diri pada Allah, mereka akan merdeka terbebas dari segala ikatan yang bersifat materi. Inilah kemerdekaan sejati yang harus dicapai oleh seluruh umat manusia jika ingin hidup sejahtera. Wallahu'alam.
Referensi:
Logika Tuhan dalam Al Quran | Bang Imad. https://www.youtube.com/@wakdudulz, https://youtu.be/gDi86CXh80E
No comments:
Post a Comment