OLEH: MUHAMMAD PLATO
Seorang guru agama di sekolah, berdiskusi lama tentang upaya meningkatkan pendidikan agama bagi para siswa. Disimpulkan bahwa pelajaran agama harus lebih banyak praktek dari pada teori. Praktek pelajaran agama yang harus banyak dilakukan adalah berbuat baik dalam kehidupan sehari-hari.
Di akhir diskusi, guru agama bercerita bahwa sahabatnya yang non muslim suka berdiskusi. Ada pertanyaan terlontar dari temannya yang non muslim, "apakah Tuhan di agama mu dengan Tuhan di agama ku berbeda atau sama? Jawaban dari guru agama adalah "sama, jika berbeda maka Tuhan akan bertengkar". Tuhan akan berebut kekuasaan dan antar umat beragama akan terjadi konflik.
Mendengar diskusi guru agama dengan sahabatnya yang non muslim, penulis jadi ingat pada bunyi ayat Al Qur'an. "Sekiranya ada di langit dan di bumi tuhan-tuhan selain Allah, tentulah keduanya itu telah rusak binasa. Maka Maha Suci Allah yang mempunyai `Arsy daripada apa yang mereka sifatkan" (Al Anbiyaa', 21:22).
Penyebab konflik adalah terjadinya perbedaan tuhan yang disembah manusia. Hadirnya tuhan-tuhan yang berbeda adalah akibat dari persepsi manusia. Untuk itulah manusia butuh Nabi pembawa risalah kebenaran. Manusia butuh kitab suci yang teruji kebenarannya sebagai petunjuk hidup.
Ilmu tauhid atau ilmu mengesakan Tuhan adalah ilmu yang akan membawa perdamaain dan persatuan antar umat beragama dan seluruh umat manusia di dunia. Inilah kiranya terminologi ilmu tauhid yang membumi. Islam dikenal sebagai agama tauhid, agama yang menjaga manusia untuk mengesakan Tuhan. Maka dari itu, agama Islam sebenarnya agama yang membawa pesan-pesan damai dan sejahtera untuk umat manusia dengan mengajak manusia tidak membeda-bedakan Tuhan yang disembah. Tuhan esa yaitu Tuhan Yang Ghaib, yang tidak dapat menyerupai atau diserupai, tidak berbentuk dan tidak berwujud, tetapi ada.
"Sesungguhnya ini adalah agama kamu semua; agama yang satu dan Aku adalah Tuhanmu, maka sembahlah Aku" (Al Anbiyaa', 21:92).
Terlalu berisiko bagi kita semua jika menganggap ada tuhan-tuhan yang berbeda yang kita sembah, karena kita akan dianggap menduakan Tuhan. Sementara Tuhan maha pencemburu, karena tidak ingin diduakan. Ketika ada manusia sedang memperbincangkan tentang perbedaan Tuhan yang disembah, maka dia sedang berdebat dengan pikiran dan dibawa oleh hawa nafsunya sendiri. Wallahu'alam.
No comments:
Post a Comment