OLEH: MUHAMMAD PLATO
Allah tidak bisa dipersepsi secara sempurna oleh pikiran manusia. Namun setiap manusia diberi kemampuan untuk mengenal Allah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Siapa Allah? Al Quran memperkenalkan banyak konsep untuk mengenal lebih dekat siapa Allah.
Berdasarkan informasi dari Al Quran para pemikir muslim mengembangkan nama-nama yang diberi label sebagai sifat Allah. Sifat Allah pengasih, penyayang, pemberi, pemelihara, dan sifat-sifat lainnya diperkenalkan hingga 99 nama.
“Tidak ada Tuhan Melainkan Allah. Dialah Allah yang memiliki Asmaul Husna atau nama-nama yang terbaik.” (QS. Thaha ayat 8).
Allah memperkenalkan dirinya dengan nama-nama terbaik. Asmaul Husna adalah patokan bagi orang-orang yang ingin mengenal Allah, maka Allah ingin dipersepsi dengan sifat-sifat yang baik.
Allah sudah mengenalkan diri dengan nama-nama terbaik. Mana yang akan kita kenali dari sifat Allah? Setiap orang punya kebebasan untuk mengenal Allah dari sifat yang mana. Manusia sangat terbatas dengan ruang dan waktu, maka manusia akan mengenal Allah berdasarkan situasi dan kondisi yang dihadapinya.
Orang yang sedang mengalami kesulitan, hatinya akan merasa senang ketika mengenal Allah sebagai sebagai pemberi kemudahan. Bagi orang berdosa hatinya akan merasa senang jika Allah maha pengampun. Namun ada orang yang fokus mengenal Allah dengan sifat-sifat baper.
Allah tidak tergantung pada situasi dan kondisi. Allah bisa hadir dalam setiap aktivitas kehidupan manusia sesuai dengan apa yang manusia butuhkan. Allah bisa hadir sebagai teman, penyemangat, penyelamat, penjamin kehidupan, dan sebagainya. Maka dari itu manusia-manusia yang mengenal Allah akan menjadi manusia tangguh karena selalu optimis.
Manusia yang mempersepsi Allah dengan sifat baper akan jadi manusia-manusia baperan. Allah jadi baper jika dipsersepsi dengan sifat-sifat antagonis. Allah dipersepsi membalas hinaan, membalas tipu daya, membalas olok-olokkan, membalas dosa dengan balasan yang pedih, dsb. Persepsi antagonis pada Allah, menjadi sebab Allah di mata orang itu jadi Allah yang sensitif, mudah tersinggung, ekslusif, dan kaku. Allah yang dipersepsi baper, bisa jadi sebab lahirnya manusia-manusia yang tidak toleran, ektrim, dan main hakim sendiri.
Allah pengendali sifat manusia. Bagaimana cara orang mempersepsi Allah, maka akan menjadi karakter orang tersebut. Jika Allah dipersepsi dari sifat-sifat yang lembut, pemurah, pemelihara, pengampun, maka karakter orang akan jadi seperti mereka mempersepsi sifat-sifat Allah. Sebaliknya jika Allah terlalu dipersepsi orang dengan sifat baper, maka orang itu akan jadi baperan, mudah tersinggung dan sulit bergaul.***
No comments:
Post a Comment