OLEH: MUHAMMAD PLATO
Pundung adalah istilah dalam bahasa Sunda. Menceritakan seorang yang putus asa, lari dari tugas dan tanggung jawab, karena marah. Pundung adalah sebuah karakter buruk yang harus dihindari. Pundung adalah bukan tipe karakter orang baik, khususnya bagi para pendidik. Sebagai peringatan, kasus pundung dikisahkan di dalam Al Qur'an.
Berbagai tafsir terhadap kejadian adalah lumrah dilakukan oleh manusia. Setiap manusia selalu mencari makna dibalik kejadian. Sebaik-baiknya makna yang ada di balik kejadian adalah mengandung pengajaran. Inilah keterampilan berpikir yang harus diajarkan dan dimiliki oleh setiap manusia, keterampilan mencari makna pengajaran dibalik setiap kejadian. Itulah esensi dari pengajaran sejarah.
Al Quran sebagai peninggalan sejarah tulisan, merupakan fakta otentik dan unik. Keunikan Al Qur'an sebagai sumber sejarah primer, tidak ada pengarangnya. Al Qur'an berisi catatan wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Untuk menguji keunikan dan kebenaran data Al Quran dapat dilakukan dengan menguji kandungan isi Al Quran yang ada di dalamnya. Al Quran mengandung fakta empiris dan non empiris yang tidak terjangkau oleh akal material.
Sudah banyak dibuktikan oleh sains, kebenaran dari fakta-fakta yang diberitakan dalam Al Quran. Isi Al Quran mengandung informasi dari masa lalu hingga masa yang akan datang sampai akhirat. Generalisasi hidup manusia berjalan dari masa lalu hingga akhirat. Masa lalu terus berjalan dalam hitungan detik untuk menentukan kehidupan manusia di masa akhirat. Cerita kisah kehidupan akhirat diberitakan di dalam Al Quran sebagai akibat dari perbuatan-perbuatan manusia di kehidupan masa lalu di dunia.
Pendidik Selalu Optimis Berpikir, Kebaikan Selalu Berakhir Dengan Kebaikan |
Di dalam Al Quran terdapat kisah-kisah bagaimana hukum kausalitas terjadi dalam kehidupan dunia, hingga berita akibat akhir di akhirat. Kisah individu maupun kelompok secara kausalitas dijelaskan di dalam Al Quran. Kisah Fir'aun yang melampaui batas karena mengaku dirinya Tuhan, berakhir dengan kebinasaan. Kisah masyarakat di zaman Nabi Luth yang berprilaku menyimpang berakhir dengan kehancuran. Kisah-kisah ini mengandung pelajaran bahwa prilaku-prilaku buruk membawa manusia pada kehancuran dan akibat akhir di akhirat yang menyengsarakan.
Kisah Nabi Yunus mengandung pelajaran bahwa kebaikan harus diperjuangkan tanpa merasa putus asa dan tidak boleh lari dari tanggung jawab. Di kisahkan Nabi Yunus diutus pada sekelompok manusia, namun peringatan Nabi Yunus tidak diindahkan oleh kelompok manusia tersebut. Lalu Nabi Yunus membiarkan kelompok manusia tersebut dalam kesesatan. Nabi Yunus pergi dari kelompok manusia tersebut menaiki sebuah kapal laut. Di tengah laut terjadi badai besar, dan Nabi Yunus dalam kisah tersebut menjadi orang yang harus terlempar ke laut, lalu dimakan ikan. Selama berhari-hari Nabi Yunus berada di dalam perut ikan.
Dan (ingatlah kisah) Zun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya, maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: "Bahwa tidak ada Tuhan selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk orang-orang yang zalim." (Al Anbiyaa', 21:87).
Selama dalam perut ikan, Nabi Yunus memohon pertolongan kepada Allah dengan doa terkenal yaitu ya Allah tiada tuhan selain Engkau, Engkau maha penggerak yang suci, dan sedangkan aku adalah orang yang dzalim, karena tidak bertanggung jawab, dan telah berputus asa dari pertolongan Mu. Nabi Yunus dalam doanya memohon ampun kepada Allah karena telah lari dari tanggung jawab dan telah berputus asa dalam mengajari sekelompok manusia untuk taat kepada Allah.
Maka bersabarlah kamu terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah. (Al Qalam, 68:48).
Kisah Nabi Yunus memiliki pelajaran moral pada para pendidik, jangan pernah lari dari tanggung jawab. Jangan pernah putus asa dari mengupayakan hal-hal baik. Kelak Allah akan memberikan hasil yang menggembirakan apabila orang-orang baik berusaha terus untuk mengajarkan kebaikan dengan sabar. Semua orang harus punya jiwa pendidik, yaitu jiwa yang tidak pernah marah, putus asa dan pundung dalam berbuat kebaikan. Sesungguhnya pundung adalah karakter buruk yang dapat menyebakan kesulitan bagi dirinya dan banyak orang.***
No comments:
Post a Comment