OLEH: MUHAMMAD PLATO
Tidak ada yang bisa melarang setiap orang untuk berpikir. Larangan berpikir bertentangan dengan kodrat manusia sebagai makhluk berpikir. Melarang manusia berpikir sama dengan pemaksaan terhadap kodrat setiap orang. Melarang berpikir sama dengan menentang perintah Allah yang berkali-kali mengajak kepada seluruh manusia untuk berpikir.
Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir? (Al Baqarah, 2:44).
Ketika seseorang memutuskan untuk menerima atau menolak sebuah pemikiran tentunya dengan pikirannya sendiri. Pada saat adzan berkumandang, apakah dia mau langsung shalat atau menantikannya, berdasarkan pada pemikirannya sendiri. Ketika seseorang memutuskan untuk berbuat baik atau menolak kebaikan, berdasarkan pada pemikirannya sendiri.
Ketika datang seorang penipu merayu seseorang untuk membeli barang hasil curiannya, keputusannya berasal dari keputusan dari pemikirannya sendiri. Ketika Nabi Adam dirayu Iblis untuk memakan buah khuldi, maka Nabi Adam memakan buah khuldi karena hasil keputusan pemikirannya sendiri. Untuk itu Nabi Adam bertobat kepada Allah dengan tidak menyalahkan Iblis.
"Keduanya berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi" (Al A'raaf, 7:23).
Setiap orang bertindak, berprilaku, berdasarkan keputusan pikiran dan hatinya. Di akhirat kelak semua diadili sendiri-sendiri, karena setiap orang bertindak dari hasil keputusan pemikirannya sendiri-sendiri. Untuk itu Allah menurunkan Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dalam berpikir.
Pembelajaran dengan keterampilan berpikir bukan karena sekarang ada di abad 21, tetapi karena keterampilan berpikir adalah subtansi dasar dari pendidikan. Apapun mata pelajarannya, siswa harus diajari tentang kemampuan berpikir. Pendidikan agama, sejarah, sosiologi, matematika, fisika, semuanya melatih manusia berpikir.
Ketika terjadi perbedaan keyakinan, perbedaan pendapat, semuanya berawal dari perbedaan pemikiran. Faktor penyebab terjadinya perbedaan pemikiran dilatarbelakangi oleh perbendaharaan pengetahuan. Sumber pengetahuan dasarnya dua yaitu dari pengetahuan alam (kauniah) dan pengetahuan kitab suci Al Quran (Qauliyah).
Dalam kenyataannya, sebagian besar orang mendapat pengetahuan dari Kauniah, dan sedikit sekali pengetahuan dari sumber Qauliyah. Pemikiran-pemikiran dalam sumber Kauniah melahirkan aliran pemikiran materalistik. Jadi kesalahan berpikir terjadi karena manusia terlalu fokus pada pengetahuan Kauniah, dan sangat miskin pengetahuan Qauliyah.
Kemiskinan pengetahuan Qauliyah salah satunya disebabkan oleh doktrin larangan berpikir yang berujung pada stagnasi orang untuk menggali pengetahuan-pengetahuan Qauliyah dalam menyelesaikan masalah-masalah di alam. Metode membaca Al Quran cenderung pada belajar tajwij, sangat kurang keberanian untuk mendalami, menyelamai, memikirkan, kandungannya.
Maka alih-alih melarang orang memikirkan isi Al Quran menurut pikirannya sendiri, sebaliknya harus dianjurkan kepada semua orang untuk menggali berbagai pengetahuan Al Quran sebagai bahan berpikir untuk menyelesaikan masalah-masalah pribadi seseorang. Diakhirat setiap orang akan diadili sendiri-sendiri. Orang-orang yang belajar memikirkan isi Al Quran pahalanya tinggi. Wallahu'alam.***
No comments:
Post a Comment