Oleh: Muhammad Plato
Berpikir holistis sangat rumit dan sangat sulit untuk diaplikasikan. Namun ada cara sederhana agar kita bisa mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Berpikir holistis adalah sebuah pendekatan untuk membangun sudut pandang kita terhadap dunia menjadi lebih utuh. Berpikir holistis yang lebih banyak berkembang sekarang sebagai kritik terhadap sekularisme.
Pada abad 20 sekularisme digaung-gaungkan sebagai cara pandang yang paling baik dalam melihat kenyataan alam. Di akhir abad cara pandang sekuler mendapat kritikan karena faktanya membuat banyak konflik terjadi, meningkatknya kemiskinan, peredaran narkoba, kejahatan, dan dehumanisasi.
Pandangan bahwa benda sebuah entitas terpisah menyebakan manusia semakin serakah, egois, dan terjadi ekploitasi alam demi untuk memenuhi hasrat kehidupan dunia. Pandangan sekuler yang memisahkan agama dalam kehidupan nyata, membuat hubungan palsu antara agama dengan ilmu. Agama dan ilmu jalan berbarengan tetapi berjalan masing-masing, tidak saling sapa dan asyik dengan dunianya sendiri.
Hubungan palsu antara agama dan ilmu, menjadi sebuah perselingkuhan yang melahirkan anak-anak haram. Prilaku manusia menjadi tidak konsiten. Ajaran agama yang dianut tidak tercermin dalam kehidupan nyata. Agama mejadi rutinitas ritual sebagai obat penawar racun, sementara racun itu sendiri terus dikonsumsi.
Sekularisem melahirkan cara pandang agama yang ekslusif, mejadi kontra produktif dengan cita-cita ajaran agama itu sendiri. Cara pandang agama yang ekslusif melahirkan konflik antar penganut agama dan menyuburkan konflik antar sesama manusia. Sekularisme dalam beragama telah menyuburkan konflik ke seluruh aspek kehidupan manusia.
Hubungan manusia dengan alam menjadi hubungan eksploitatif yang melahirkan dampak buruk bagi kehidupan manusia. Eksploitasi alam melahirkan kerusakan eksositem kehidupan tidak seimbang. Dampak eksploitasi alam melahirkan pencemaran lingkungan, bencana alam, dan peningkatan suhu bumi. Alam menjadi ancaman bagi kelangsungan hidup manusia.
Memasuki abad 21 terjadi perubahan paradigma, setelah diketahui bahwa kehidupan buat suatu entitas terpisah-pisah. Keberadaan sebuah benda ternyata tidak dapat dipahami sebagai suatu entitas tersendiri. Keberadaan benda dengan benda yang saling ternyata saling berhubungan. Kejadian memiliki hubungan dengan kejadian lain. Dunia ternyata hakikatnya saling berhubungan.
Kenyataan ini mermbuat manusia sadar bahwa keberadaan sebuah benda dapat dipahami dengan menemukan hubungan dengan benda-benda lain. Demikian juga keberadaan manusia dapat dipahami maknanya ketika dia berhubungan dengan manusia lain. Kesejahteraan manusia dapat tercapai dengan saling bekerja sama. Cara hidup terbaik dimuka bumi ini ternyata dengan menjalin hubungan baik dengan seluruh unsur kehidupan.
Keberagamaan seseorang dapat dipandang baik dan mesejahterakan jika keberagamaannya membawa kesejahteraan bagi masyarakat dan menciptakan kehidupan damai. Agama dan ilmu tidak terpisahkan. Seluruh aspek kehidupan tidak dapat dipisahkan dari ajaran agama. Sumber pengetahuan dari alam berhubungan erat dengan sumber pengetahuan dari non alam.
Sebagai sebuah sistem kehidupan nyata di muka bumi tidak terpisah dengan kehidupan manusia setelah kematian. Kehidupan manusia di muka bumi, bukan satu-satunya kehidupan yang akan dialami manusia. Kehidupan manusia di alam lain mulai terungkap secara ilmiah. Keyakinan manusia akan keberadaan kehidupan lain selain di dunia sekarang, dapat membimbing manusia hidup lebih bijaksana dan terkendali.
Menghilangkan pengetahuan pada keyakinan hidup setelah kematian berakibat pada pola pikir sekuler. manusia bisa kehilangan tujuan, putus asa, dan mati dengan cara mengerikan. Berpikir holistis mengembalikan sumber pengetahuan non rasional sebagai dari ontologi keilmuan. Cara berpikir bersumber pada panduan kitab suci Al-Qur'an.
Wajah agama yang sekarang dianggap sebagai sumber kekerasan dan terorisme adalah akibat persepsi yang tidak bersumber pada agama. Buah dari cara pandang manusia yang sesungguhnya tidak bersumber pada pemikiran dari agama. Kekerasan dan terorisme lahir karena cara pandang sekuler yang selalu melihat kebenaran berdasarkan fakta empiris.
Berpikir holistis sederhananya adalah membangun sudut pandang sistem antara kehidupan fana di dunia dengan kehidupan kekal di akhirat. Kehidupan fana harus dilalui dengan kebahagiaan melalui jalan-jalan baik, sebagai akibat kehidupan bahagia dikehidupan akhirat. Pengetahuan dari kitab suci tidak dipandang sebagai mistik atau fantasi tapi pengetahuan yang mampu menjelaskan fenomena kehidupan di dunia sekarang dan masa yang akan datang.
Cara membangun sudut pandang dikemukakan dalam Al-Qur'an, yaitu pada perintah membaca yang tidak boleh lepas dari sudut pandang dari ketuhanan. "Bacalah (atas) nama Tuhanmu Yang menciptakan" (QS. 96:1). Membaca atas nama Tuhan seperti kita berbicara mengemukakan pendapat orang lain, yang memberi mandat kepada kita. Demikian juga beberapa ulama tafsir mengemukakan bahwa mengatasnamakan Tuhan adalah cara membangun sudut pandang pada kehidupan dunia berdasarkan pengetahuan-pengetahuan yang diturunkan Tuhan kepada para utusan.
No comments:
Post a Comment