OLEH: MUHAMMAD PLATO
Syaifudin Ibrahim dikenal sebagai guru nagji di salah satu
pesantren kemudian pindah agama karena kekecewaan yang dialaminya. Kini beliau menjadi
orang yang getol mengampanyekan kekurangan-kekurangan ajaran Islam. Baru-baru
ini melalui media sosial beliau mengusulkan revisi 300 ayat Al-Qur’an yang
menurut beliau berbahaya.
Mendengar celotehan ini tidak perlu
kita sikapi berlebihan. Tidak perlu juga muncul sikap benci dan dengki didalam
hati kita. Sikap yang harus muncul pada diri kita sebagai muslim adalah rasa
belas kasihan, atas apa apa yang akan menimpa mereka yang mendustakan ayat-ayat
Tuhan. Cukuplah bagi kita berpedoman pada Al-Qur’an.
Barang siapa yang datang
dengan kebaikan, maka baginya yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan
barang siapa yang datang dengan kejahatan, maka tidaklah diberi pembalasan
kepada orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu, melainkan dengan apa
yang dahulu mereka kerjakan (Al Qashshas, 28:84).
Ayat di atas menjelaskan sebuah
ketetapan (takdir) yang tidak akan pernah berubah dari sejak zaman Nabi Adam diciptakan
hingga sekarang.
Di dalam Al-Qur’an banyak kisah-kisah prilaku hidup manusia di zaman dahulu. Kisah Fir’aun mengabarkan bagaiman seorang penguasa sewenang-wenang karena merasa diri sebagai Tuhan yang dapat mengendalikan segalanya. Keuarga Nabi Yusuf mengisahkan bagaimana konflik yang terjadi dalam lingkungan keluarga, hingga berani mecelakai adik kandungnya sendiri. Abu Lahab adalah kisah orang kaya yang menggunakan hartanya untuk mendustakan ajaran Tuhan. Abu Jahal dikisahkan adalah orang yang getol mengolok-ngolok ayat-ayat Allah. Kisah ini akan terus berulang sesuai dengan situasi zaman.
Akan ada Fir’aun, Abu Lahab, Abu Jahal
di setiap zaman. Di abad milenial akan ada manusia memerankan tokoh-tokoh ini. Akan
ada Fir’aun, Abu Lahab, dan Abu Jahal di abad milenial. Umat Islam tidak perlu
risau dan bimbang, karena nasib mereka sudah Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an.
Mereka tidak sedang memerangi kita, tetapi mereka sedang memerangi Allah yang
menciptakan mereka. Tidak ada sedikitpun kesenangan dan kemenangan bagi mereka
yang memerangi Allah.
Binasalah kedua tangan Abu
Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta
bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang
bergejolak. (Al Lahab, 111:1-3).
Kita sudah tahu bagaimana nasib
akhir bagi orang-orang yang memerangi Allah. Mereka akan ada dalam akhir hidup
yang mengerikan.
Ketika kita dihadapkan pada
orang-orang seperti itu, Allah sudah mengajarkan kepada kita semua. Cara sikap
terbaik menghadapi olok-olokkan mereka adalah dengan mengabaikannya.
Dan apabila kamu melihat
orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka
sehingga mereka membicarakan pembicaraan yang lain. Dan jika syaitan menjadikan
kamu lupa, maka janganlah kamu duduk bersama orang-orang yang dzalim itu
sesudah teringat. (Al An’aam, 6:68).
Jadi tetaplah tenang, keburukan
tidak akan terjadi pada diri kita dan umat Islam. Fokuslah pada upaya diri
untuk memperbaiki membersihkan diri dari sifat iri dan dengki. Bebaskan diri
kita dari sifat-sifat pencela, karena apa yang akan menimpa kita semua sangat
tergantung pada prilaku yang kita kerjakan. Jangan merespon keburukan dengan
keburukan, responlah keburukan yang dilakukan orang dengan respon terbaik
sebagai telah diajarkan Allah di dalam Al-Qur’an.
No comments:
Post a Comment