Oleh: Muhammad Plato
Syekh
Abdul Kadir Jailani berkata, “sesungguhnya berhala itu adalah diri mu sendiri”.
Pemikiran mendalam ini dapat dipahami karena manusia diberi akal dan nafsu
sehingga manusia diberi potensi oleh Allah untuk berkehendak. Fakta ini sering
dipahami oleh kita sebagai kebebasan manusia dalam menentukan kehendaknya.
Sekalipun segala kehendak yang ada di muka bumi ini adalah kehendak Allah.
Namun manusia kadang melupakan Tuhannya dengan mengatakan bahwa manusia punya
kehendak. Padahal sesungguhnya ketika manusia mengatakan bahwa dirinya
berkehendak atas kemampuan dirinya sesungguhnya dia telah menjadi berhala bagi
dirinya sendiri.
Akal
dan nafsu adalah berhala yang ada dalam diri manusia. Kedua berhala ini akan
menyesatkan manusia jika kesadaran eksistensi Tuhan dilupakan dalam setiap
kehendaknya. Manusia itu pada dasarnya pelupa, makhluk tersesat, dikarenakan
akal dan nafsunya kerap lupa kepada Tuhannya. Dalam waktu 24 jam berapa persen
manusia bisa mengingat kepada Tuhan? Orang-orang terbaik adalah mereka yang
bisa menjaga ingatan akal dan nafsunya selalu bersama kehendak Tuhan. Ibadah
rutin yang dilakukan umat Islam 5 kali dalam sehari, ditambah dengan
ibadah-ibadah tambahan adalah kegiatan rutin agar akal dan nafsunya senantiasa
berada dekat dengan Allah.
Jika standar orang Islam setiap hari 5 kali melakukan ibadah untuk mengingat Allah, maka dalam 24 jam jika saja setiap ibadah memakan waktu 10 menit, artinya setiap hari orang Islam bersama dengan Allah hanya 50 menit, sisanya 23,1 jam akal dan nafsunya lupa kepada Allah. Manusia berhala ingatannya banyak lupa kepada Allah.
Jika
kita gali informasi dari Al-Qur’an, keberadaan nafsu dan akal tidak dikotomi
baik dan buruk, karena nafsu dan akal hanya perangkat hidup yang diberikan Allah.
Perangkat ini tergantung pada pemanfaatannya. Pemanfaatan perangkat sangat
tergantung pada tujuan. Pemanfaatan akal dan nafsu akan bermanfaat jika
tujuannya untuk kebaikan bersumber pada informasi dari Tuhan. Kebaikan yang
tidak atas nama Allah, berarti kebaikan tersebut tidak akan kembali pada Allah,
tetapi kembali kepada dari mana sumber kebaikan itu di dapat.
Allah
menurunkan wahyu Al-Qur’an dalam bentuk pengetahuan-pengetahuan yang terkandung
di dalamnya. Hal yang membedakan antara buku dan Al-Qur’an adalah buku yang
ditulis oleh manusia tentang alam kadang mengkondisikan kita lupa pada Tuhan,
namun kitab suci Al-Qur’an yang isinya tentang alam, kejadian, dan manusia,
telah terkondisikan di dalam ingatan bahwa informasi Al-Qur’an dari Tuhan.
Artinya membaca informasi-informasi dari Al-Qur’an akan membimbing pikiran kita
untuk ingat, berkomunikasi dengan Tuhan setiap saat.
Manusia
berhala mengendalikan akal dan nafsunya dengan hanya memanfaatkan informasi
dari apa yang dilihat, didengar, dan dipikirkannya, tanpa memikirkan sumber
informasi yang didapatkannya mengandung kebenaran atau hanya sekedar pengetahuan
alam tanpa ada hubungan dengan Tuhan. Fungsi pengetahuan dari Al-Qur’an adalah
menjaga ingatan agar selalu berhubungan dengan Tuhan. Jika ingatannya selalu
terhubung dengan Tuhan, maka akal dan nafsu akan mengevaluasi setiap kejadian
dengan melibatkan pertimbangan-pertimbangan untung dan rugi berdasarkan
infromasi dari Tuhan.
Aktivitas
ritual shalat dapat menjaga ingatan akal dan nafsu ingat kepada Tuhan. Sebagai
ritual shalat adalah benteng terakhir pertahanan akal dan nafsu untuk selalu
ingat Tuhan. Kekuatan ingatan akal dan nafsu kepada Tuhan, selayaknya dibangun
dengan memperbanyak perbendaharaan pengetahuan tentang alam, hewan, manusia,
dan kejadian yang sumbernya dikombinasikan antara pengetahuan Al-Qur’an, dan
fakta-fakta di alam.
Siapa
manusia berhala? ukurannya adalah antara lupa dan ingat kepada Tuhan. Lupa
terjadi karena semua pengetahuan yang diterima akal dan nafsunya bersumber dari
alam, sementara ingat kepada Tuhan terjadi karena pengetahuan yang diterima
selalu dikaitkan dengan Tuhan dengan bantuan informasi dari Al-Qur’an. Membaca
Al-Qur’an sesungguhnya mengevaluasi segala kejadian di alam dengan
informasi-informasi yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan alam.
No comments:
Post a Comment