Oleh: Muhammad Plato
Kisah perjalanan hidup Prof. Dadan
Wildan Ketua Yayasan PCI bisa dibilang fenomenal. Takdir hidupnya memiliki
keunikan. Alumni lulusan Pendidikan Sejarah UPI tahun 89, selesai tepat waktu, hanya
menganggur enam bulan, langsung diangkat menjadi dosen Kopertis Wilayah IV. Setelah
menjadi dosen tiga tahun, tahun 1993 melanjutkan kuliah S2, setelah
lulus melanjutkan S3 dan pada Usia 34 tahun sudah menyandang gelar doktor.
Uniknya lagi setelah tiga tahun mendapat gelar doktor mendapat penghargaan guru besar. Dalam waktu 14 tahun menjadi
dosen Beliau sudah menjadi Profesor dalam usia 37 tahun. Selanjutnya pada Usia
38 tahun bertugas menjadi staf khusus di kementerian. Karirnya terus bertahan, di
rezim SBY dan Jokowi. Di organisasi masyarakat Beliau juga menjabat sebagai
sekretaris umum dan penasehat Persis yang membuat darah spiritualnya mengalir
deras.
Seperti takdir sejarah yang tidak
bisa dihindari oleh setiap makhluk, karirnya seperti kilat, Dadan Wildan yang
sekarang mendedikasikan dirinya menjadi Ketua Yayasan PCI, ternyata pernah
mengalami kegagalan bahkan mungkin penderitaan. Pada saat pemilihan rektor di
sebuah universitas swasta di Jawa Barat, Beliau terpilih dengan suara terbanyak
sebagai rektor termuda se-Indonesia yaitu usia 34 tahun. Namun karena alasan usia terlalu
muda pihak Yayasan tidak berkenan melantik beliau jadi rektor.
Darah spiritual yang sudah mengalir deras dalam jiwanya, tidak membuat kegagalan patah arang. Kegagalan disikapinya dengan ketaatan kepada Tuhan dengan melaksanakan ibadah haji. Lalu nasib yang dialaminya diadukan langsung kepada Tuhan dihadapan Ka’bah. Beliau berdoa, “ya Allah jika jabatan rektor tidak pantas untuk ku, maka berikanlah yang pantas”. Doa sederhana ini dijawab langsung oleh Allah, melalui sebuah mimpi, “sebuah mobil plat merah terparkir di Masjidil Haram”. Merinding bulu kuduk mendengar cerita ini, Allah mendengar dan menjawab langsung keluhan hambanya. Tidak lama, sepulang haji dipanggil Menteri, Beliau diminta membantu tugas-tugas menteri, dan dalam waktu singkat langsung bekerja di staf khusus kementerian. Karir Beliau bertahan di dua rezim presiden dan empat menteri.
Di tengah karirnya yang cemerlang,
beliau bercerita bahwa pada saat kuliah bukanlah tipe mahasiswa cerdas, karena
pada saat kuliah pernah gagal matakuiah Sejarah Asia Timur sampai mengulang empat
kali. Namun karena ketekunannya mata kuliah itu Beliau taklukkan hingga
melahirkan sebuah buku tentang Sejarah Asia timur.
Melihat takdir sukses yang
dialaminya, Beliau layak di daulat sebagai Man of The Year, teladan
manusia berkarakter di abad 21. Keberaniannya menghadapi kegagalan, dan caranya
menyikapi kegagalan adalah kekuatan karakter entrepreneur yang dimiliki Dadan
Wildan. Kesantunan, ketekunan dan kesabaran dalam menghadapi kegagalan telah
menggerakkan aras Tuhan untuk menjaga kehormatannya sebagai manusia. Sebagai
akademisi dan birokrat, kecerdasan spiritualnya tidak menjadi sirna. Kekuatan-kekuatan
spiritual selalu melekat membangun visi, semangat dan tindakan-tindakan yang
mengundang kecintaan Allah.
Inilah kisah Indah hidup manusia
yang telah dikisahkan di dalam Al-Qur’an. Manusia tidak boleh berhenti berusaha
untuk mencari takdir-takdir terbaik dari Allah. “Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di
belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak
mengubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada
diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu
kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia” (Ar ra’ad, 13:11).
Ayat di atas menakdirkan bahwa
hidup manusia bergiliran antara keburukan dan kebaikan. Bagi Allah penolakkan
manusia terhadap suatu takdir yang harus dijalani seseorang adalah wujud perlindungan
Allah pada hambanya. Berserah diri pada takdir-takdir hidup dari Allah adalah realitas
kekuatan pribadi seseorang. Allah kemudian menegaskan takdir-Nya untuk manusia, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan
itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka
apabila kamu telah selesai, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh yang lain, dan
hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (Alam Nasyrah, 94:5-8). Inilah
takdir Allah, dan barang siapa berserah diri mengikuti skenario-Nya, maka di
atas kehendak Allah segala bentuk tindak tanduknya.
Dadan Wiladan bercerita bahwa sejak
kuliah sudah sering menulis. Tulisan pertamanya dimuat di koran Pikiran Rakyat,
berjudul Bandung Lautan Api, dan setiap bulan menulis di Suara Daerah PGRI.
Sebagaimana tokoh-tokoh besar dunia, selalu menandai sukses karirnya dengan
literasi tinggi. Inilah bagian dari takdir penyebab sukses yang dijalani ketua
Yayasan PCI.
Berada dalam puncak karirnya, kini
Beliau mendirikan sekolah dengan bangunan sangat modern. Menampilkan sekolah
Islam dalam wajah modern. Tujuannya ingin mewariskan harta yang dimilikinya
untuk dinikmati oleh orang banyak. Sekaligus ingin menjawab kebutuhan
masyarakat yang ingin mendapatkan sekolah Islam dengan sentuhan modern. Kurikulumnya
mendekatkan anak-anak dengan Al-Qur’an. Buku-buku digital dan pembelajaran
lebih banyak berbasis audio visual. Sekolahnya hanya menerima lima kelas. “Sekolah
kecil tapi punya cita-cita besar”, ucap Beliau. Pembelajaran full day dari jam
7 sampai jam 4 sore. Posisi sekolah sengaja di lingkungan pinggiran kota Bandung
Selatan. Biaya sekolah termasuk murah untuk sekolah modern, hanya 750 ribu per bulan, dan
biaya masuk 10-11 juta tiga tahun. Tujuan mendirikan sekolah bukan cari uang
tapi cari untung berupa pahala. Sekolah didirikan dari dana pribadi dengan
menjual aset yang ada. Cita-cita selanjutnya sangat mulia yaitu wafat
khusnul khotimah. Beliau menegatakan, urusan dunianya sudah selesai dan sekarang
hidupnya hanya tinggal menukar kehidupan dunia dengan kehidupan akhirat. Inilah bagian takdir hidup dari manusia utusan. Ketaatannya kepada Allah adalah penyebab semua kesuksesan ketua Yayasan PCI. Semoga menjadi pelajaran untuk dunia pendidikan. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment