OLEH: MUHAMMAD PLATO
Inilah tiga ayat amalan ilmu orang paling kaya di Indonesia, Aditya Prayoga. Kemungkinan, sedekahnya 500 persen lebih besar dari penghasilannya. Gagasan mendirikan Rumah
Makan Gratis (RMG), bisa dibilang ide yang tidak bisa dipahami nalar
rasional material. Dalam kondisi terbatas, pendidikan hanya sekolah dasar,
rumah petakan kontrak, dan penghasilan tidak menentu, gagasan mendirikan RMG sangat
tidak diterima nalar awam yang mainstream material. Inilah keunggulan
orang-orang yang berpikir mengikuti logika Tuhan. Siapapun pelakunya, dari lapisan
manapun, kalangan manapun dia akan tampil jadi sosok pribadi inspiratif dan
edukatif.
Aditya Prayoga tidak
sekolah khusus tentang agama, tetapi apa yang dilakukannya telah mengikuti apa
yang telah diajarkan dalam pelajaran agama. Adit drop out dari dunia
pendidikan, tetapi dia belajar dari sekolah kehidupan dengan merantau, terjun ke dunia real dan berusaha survival. Tulisan ini akan mengambil pelajaran-pelajaran
penting yang bisa kita tiru dan ajarkan dalam dunia pendidikan. Banyak pesan
moral yang harus kita renungkan dari kesuksesan Adit Prayoga yang berhasil membangun
RMG dan berhasil membuka beberapa cabang di berbagai daerah. Inilah kunci
kesuksesan Adit Prayoga yang bisa kita teladani.
“Dan Tuhanmu telah
memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu
berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di
antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu,
maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
"ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka
perkataan yang mulia”. (Al Israa, 17:23).
Ketentuan ini berlaku
general tidak hanya untuk orang tua kandung, tapi untuk seluruh orang tua. Ketentuan
yang berat ini, berhasil Adit aplikasikan dengan sempurna. Beliau mengurus
seorang nenek yang hidup, sakit, sebatang kara hingga ajalnya tiba. Ketulusan
Adit yang tidak berpendidikan tinggi dalam menghargai, menghormati, dan
memelihara orang tua, telah mengguncang dunia spiritual. Malaikat bersujud dan
Allah memuji prilakunya.
Kedua,
secara faktual Adit tidak menjadikan shalat dan sabar sebagai ritual dan ucapan
tanpa makna, tetapi menjadi alat berkomunikasi dirinya dengan Tuhan ketika
berhadapan dengan kesulitan, dan tempat berkeluh kesah kesah tentang kondisi hidup
yang dihadapinya. Kemampuannya dalam bersabar telah dibuktikan oleh Adit dengan
mengambil ajaran yang terberat dirasa manusia, dan tidak semua orang bisa
melakukannya yaitu:
“Hendaklah orang yang
mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan
rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya.
Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan (sekedar) apa yang
Allah berikan kepadanya. Allah kelak akan memberikan kelapangan sesudah
kesempitan.” (At Thalaaq, 65:7).
Prilaku Adit bertentangan
dengan pola umum tetapi sangat dianjurkan di dalam Islam, yaitu sedekah di kala
sempit. Sedekah dikala tidak punya uang. Sedekah dikala sakit. Sedekah di kala
tidak punya pekerjaan. Sedekah dikala tidak punya uang untuk bayar kontrakkan. Sedekah
dikala hidup dilanda kegelisahan. Cara berpikir ini tidak dapat dijelaskan oleh
cara berpikir rasional materialis, tapi hanya bisa dipahami oleh cara berpikir
rasional religius.
Ketiga, Adit
mengimplementasikan cara berpikir berkelimpahan sebagaimana dijelaskan di dalam
Al-Qur’an, 1-1=700. Ini cara berpikir orang-orang besar terdahulu. Cara berpikir
para Nabi dan cara berpikir para sahabat Nabi. Cara berpikir ini akan
melahirkan semangat jiwa berkorban, semakin mengabdi pada Tuhan, dan semangat
untuk mensejahterakan banyak orang. Ayat ini mengandung rumus bagaimana orang-orang
besar dapat memperoleh keberhasilan yang besar. Rumus ini tidak dapat dipahami
dengan matematika material, hanya bisa dipahami oleh matematika Al-Qur’an yang belum
dapat diketahui turunan rumusnya tetapi bisa dibuktikan adanya secara nyata.
“Perumpamaan (nafkah yang
dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah
serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi
siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui”. (Al-Baqarag, 2:261).
No comments:
Post a Comment