OLEH: MUHAMMAD PLATO
Akal itu berpikir, dan
setiap akal memiliki pola berpikir sesuai dengan pengetahuan dan kebiasaanya
yang dia lakukan. Pengetahuan yang sering dioleh oleh akal manusia akan
menentukan arah pola pikir manusia itu sendiri. Jika manusia ini selalu
mengolah pengetahuan berdasar pengalaman dan pendapat orang saja, maka dapat
dipastikan dia sedang berpikir menggunakan pendekatan materialistik.
Ciri dari pola pikir
orang beriman adalah selalu ada konsep akhirat di dalam pikirannya. Akhirat
sebagai dunia yang hidup setelah kematian diyakini menjadi tempat kehidupan
sebagai akibat dari kehidupan dunia. Kabar tentang dunia akhirat adalah kabar
dari masa depan, yang dikabarkan oleh Allah swt kepada manusia.
Dari masa depan Allah
mengabarkan kepada kita bahwa di dunia akhirat kelak bukan mulut yang akan
berkata dan memberi kesaksian, tetapi
tangan dan kaki kita. Di akhirat tangan akan berkata dan kaki akan
bersaksi atas apa yang telah kita kerjakan di dunia sekarang. Maka, kehidupan
yang kita terima di akhirat adalah akibat dari apa yang kita lakukan di dunia
sekarang.
“Pada hari ini Kami tutup
mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah
kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan.” (Yasin, 36:65).
Orang-orang yang
mendustakan adanya Tuhan, menganggap negeri akhirat sebagai dongengan
orang-orang terdahulu. Mereka tidak yakin aka nada kehidupan setelah kematian,
karena keyakinan mereka harus berdasar pada penglhatan dan pengalaman semata.
“yang apabila dibacakan
kepadanya ayat-ayat Kami, ia berkata: "Itu adalah dongengan orang-orang
yang dahulu". (Al Mutaffifiin, 83:13).
Allah kembali mengabarkan
bahwa di masa depan akan ada orang berkata, “alangkah baiknya jika aku menjadi
tanah”. Perkataan ini adalah pealajara bagi kita yang hidup di masa lalu
sekarang. Kabar ini dijelaskan di dalam Al-Qur’an:
Sesungguhnya Kami telah
memperingatkan kepadamu siksa yang
dekat, pada hari manusia melihat apa yang telah diperbuat oleh kedua tangannya;
dan orang kafir berkata: "Alangkah baiknya sekiranya aku dahulu adalah tanah".
(An Naba’, 78:40).
No comments:
Post a Comment