OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sudah 30 tahun lamanya tidak
jumpa kawan semasa SMA, ketika bertemu diskusi tak terasa sampai menjelang
pagi. Diskusi-diskusi menarik sekitar masalah kehidupan pribadi, keluarga, dan
bangsa. Namun diskusi lebih banyak tentang masalah pribadi yang berkaitan
dengan pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya jarang didiskusikan karena tabu.
Saya mengingatkan kawan-kawan bahwa usia kita sudah kepala empat hampir masuk
umur 50. Sudah saatnya kita bertanya mencari pengetahuan tentang hakikat
kehidupan.
Diskusi pun berlangsung hangat
ditemani kopi dan mie baso buatan istri. Pertanyaan-pertanyaan nyeleneh pun
bermunculan. Apakah benar Nabi Muhammad itu ada, dan apakah Nabi Muhammad itu
utusan? Pertanyaan itu pernah ditanyakan pada ustad, lalu dijawab oleh ustad
dengan jawaban yang tidak memuaskan dengan menyuruhnya kembali bersyahadat.
Baiklah saya akan membantu saudara
kita yang memiliki pertanyaana seperti ini. Saya tidak marah dengan pertanyaan-pertanyaan
seperti ini, karena saya merasa bahwa mereka butuh jawaban dan yang ditanya
harus memberi jawaban untuk menolong mereka yang punya pertanyaan.
Saksi Nabi Muhammad SAW sebagai utusan Allah adalah Allah. Ketika Nabi Muhammad bertemu dengan malaikat Jibril di Gua Hira tidak ada saksi manusia. Kejadian bertemunya Nabi Muhammad dengan Malaikat Jibril, saksinya adalah Allah swt. Maka dari itu Allah sebagai saksi kerasulan Nabi Muhammad SAW memiliki kekuatan yang tak terbantahkan.
Berbeda jika saksi kerasulan
seorang nabi saksinya manusia. Derajat kerasulan seorang nabi dengan kesaksian
manusia kebenarannya tidak 100 persen, karena ada faktor yang membuat kesaksian
manusia tidak dapat dikatakan 100 persen benar, yaitu posisi manusia yang punya
potensi salah dan benar. Jadi kesaksian manusia tentang kerasulan sebagai
syarat kerasulan tidak memiliki derajat kesaksian yang kuat, artinya masih bisa
terbantahkan karena kesaksian manusia bisa kemungkinan salah.
Lalu apa buktinya bahwa kerasulan
Nabi Muhammad saksinya Allah swt. Allah kan tidak terlihat, tidak bicara langsung
seperti manusia, tidak menulis kitab sejarah seperti manusia? Bagaimana
membuktikannya bahwa Allah telah menjadi saksi kerasulan Nabi Muhammad? Untuk
membuktikan bahwa Nabi Muhammad sebagai rasul saksinya Allah, kita dapat mengecek
kebenaran kitab suci A-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad sebagai utusan.
Di dalam Al-Qur’an dikatan bahwa
orang-orang menganggap Nabi Muhammad saw tidak sehat akal, karena mengatakan
sesuatu kebenaran tetapi tidak memiliki saksi manusia seorang pun. Kejadian ini
terekam di dalam ayat Al-Qur’an.
“sesungguhnya Al Qur'an itu
benar-benar firman utusan yang mulia”. (At takwir, 81:19). Melalui
ayat ini Allah menegaskan Allah menjadi saksi bahwa Al-Qur’an adalah
benar-benar firman yang disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad saw.
Selanjutnya Allah menjelaskan
lagi, “Dan temanmu (Muhammad) itu bukanlah sekali-kali orang yang gila”.
(A takwir, 81:22). Ayat ini menegakan Allah menjadi saksi bahwa apa yang disampaikan
Nabi Muhammad saw adalah kebenaran dari Allah.
“Dan sesungguhnya Muhammad
itu melihat Jibril di ufuk yang terang”. (At Takwir, 81:23). Ayat ini
menegaskan lagi bahwa Allah menjadi saksi pertemuan antara Nabi Muhammad SAW
dengan Malaikat Jibril.
Sekanjutnya kesaksian Allah
dipertgas lagi, “Dan Dia (Muhammad) bukanlah seorang yang bakhil untuk
menerangkan yang gaib. Dan apa yang dikatakan Muhammad (Al Qur'an) itu bukanlah
perkataan syaitan yang terkutuk,” (At takwir, 81:24:25).
Jadi kenabian nabi Muhammad SAW
sebagai Rasul saksinya bukan manusia tapi langsung Allah swt, dan kesaksian itu
tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an, kemudian Allah juga menegaskan bahwa wahyu
yang dibawa oleh Nabi Muhammad bukan perkataan setan. Artinya Allah ingin menegaskan
bahwa wahyu Al-Qur’an yang dibawa Nabi Muhammad adalah juga kebenaran dari
Allah.
Lalu untuk menujukkan eksistensi-Nya,
Allah menantang atau mengingatkan manusia dengan bersumpah, “Sungguh, Aku
bersumpah dengan bintang-bintang, yang beredar dan terbenam, demi malam apabila
telah hampir meninggalkan gelapnya, dan demi subuh apabila fajarnya mulai
menyingsing,” (At takwir, 81:15-18). Sumpah Allah ini ditujukan untuk
orang-orang yang ingin membuktikan eksitensi Allah, mereka diminta untuk
memperhatikan bagaimana pergerakan bintang-bintang dengan keteraturan dan fenomena-fenomenanya.
sesungguhnya perkataan Muhammad (Al
Qur'an) benar-benar firman Allah dari utusan yang mulia (Jibril), (At Takwir,
81:19). Jadi berdasarkan ayat ini, Allah menegaskan bahwa Al-Qur’an yang dibawa
Nabi Muhammad adalah firman Allah. Untuk itu jika ingin membuktikan kebenaran
bahwa Allah yang menjadi saksi kenabian Nabi Muhammad, maka Allah
mempersilahkan kepada seluruh manusia untuk menguji dan membuktikan
kebenaran-kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an dengan memperhatikan alam semesta
ciptaan-Nya.
No comments:
Post a Comment