OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Dengan menyebut nama
Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang” (Al-Fatihah,
01:01). Ini terjemah versi standar dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Apakah
salah? Tidak, namun bukan satu-satunya terjemahan dari surat Al-Fatihah ayat
pertama ini. Bahasa Arab sangat kaya kosa kotanya. Buya Syakur sebagai seorang kiai dan berbasis
ilmu filolog, memberi terjemahan lain. Bismilah dapat juga berarti “atas
nama Allah”. Manusia yang seluruh langkahnya mengatasnamakan Allah dia manusia bermoral tinggi.
Terkait perbedaan makna
terjemahan menyebut nama Allah dengan atas nama Allah, Buya Syakur
menganalogikan ketika kita di suruh pidato mengatasnamakan yang disuruh, maka
kita adalah bagian dari yang diatasnamakan, dan dipercaya oleh permberi atas
nama. Ketika Sukarno dan Hatta membacakan proklamasi mengatas namakan bangsa
Indonesia, maka proklamasi punya pengaruh kuat ke seluruh Nusantara. Dunia
tidak melihat sosok Sukarno dan Hatta tetapi mereka seolah-olah melihat bangsa
Indonesia. Ketika orang datang bertamu menyebut-nyebut presiden, tamu itu akan
dianggap biasa-biasa saja. Namun ketika tamu datang bertamu mengatasnamakan
presiden, maka orang itu bukan orang biasa-biasa.
Menyebut Allah sama dengan mengingat Allah, artinya ketika kita mau melakukan sesuatu maka niat dan harapan kita harus karena Allah. Namun menurut Buya Syakur bahasa terjemah “menyebut nama Allah” sebagai terjemahan dari bismillah dalam implementasinya kurang meresap pada jiwa. Berbeda ketika kita mengatakan “atas nama Allah”, rasa dan pemahaman akan terasa mendalam karena seolah-olah kita mewakili Allah. Ini artinya ikatan dengan Allah akan terbangun lebih dekat, dan keinginan untuk menjaga moralitas ajaran agama di masyarakat lebih tinggi.
“atas nama Allah”, adalah
pembuka jiwa agar merasa bahwa setiap apa yang kita lakukan ada di atas kehendak
Allah. Supaya mudah memahaminya, mengatasnamakan Allah berarti kita menjadi bagian
dari kehendak Allah tapi bukan Allah. Sukarno dan Hatta mengatasnamakan bangsa
Indonesia, tapi mereka bukan refresentasi wujud seluruh bangsa Indonesia itu
sendiri. Bayang-bayang kita di pagi hari ketika tubuh kita tersinar matahari adalah
kita, tapi bayang-bayang bukan tubuh kita. Allah adalah pemilik bayang-bayang,
dan bayang-bayang bergerak persis seperti pemilik bayang-bayang, namun
bayang-bayang pemilik bayang-bayang itu sendiri. Manusia itu ketika berkata,
“atas nama Allah”, maka hidupnya akan seperti bayang-bayang, pemilik
bayang-bayang duduk dia ikut duduk, pemilik bayang-bayang berdiri dia ikut berdiri,
dan pemilik bayang-bayang hidup dia hidup.
Mengucap, “atas nama
Allah” (bismillah) dalam setiap tindakan adalah upaya manusia agar hidupnya
selalu merasa dekat, diberkahi, dan berada di atas kehendak Allah. Inilah upaya
manusia agar hidupnya selalu berada di jalan lurus yaitu berada di atas
kehendak Allah.
“bagi siapa di antara
kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki
(menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (At
Takwir, 81:28-29).
Bismillah adalah
upaya membangun kesadaran bahwa Allah selalu hadir dalam setiap gerak langkah
kita. Sebagai manusia hina kita berharap seluruh langkah hidup kita berada di
jalan yang lurus yaitu jalan ketaatan yang dikehendaki Allah.
Bismillah
adalah implementasi dari permohonan petunjuk kepada Allah yang selalu diulang-ulang
umat Islam dalam bacaan shalat setiap hari yaitu, “Tunjukilah kami jalan
yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat
kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat.” (Afatihah, 1:6-7). Permohonan
yang diulang-ulang dalam surat Alfatihah dan pengucapan bismillah yang dianjurkan
Nabi Muhammad SAW dalam setiap awal perbuatan merupakan usaha agar setiap langkah kita
selalu berada di atas niat baik, jika salah diberi tahu kesalahannya, diampuni,
dan diperbaiki oleh Allah. Jika benar diberi pengetahuan serta kemampuan oleh
Allah untuk isitiqomah di jalan itu dan menjadi contoh teladan sebagai pribadi
berakhlak mulia bagi umat manusia.
No comments:
Post a Comment