OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ketika kita lupa, lalu kembali ingat, siapakah yang memberi tahu? Jawaban tergantung pada pengetahuan
masing-masing. Untuk menjawabnya butuh pengetahuan, kemudian pengetahuan akan
diolah dengan hubungan sebab akibat hingga sampai pada suatu
pemahaman.
Jika pertanyaan di atas
kita hubungkan dengan informasi dari Al-Qur’an, “Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Al ‘Alaq, 96:5). Apa kira-kira
jawaban Anda? Mungkin jawaban Anda sama dengan saya, yang memberi tahu ketika kita lupa adalah Allah, karena Allah mengajarkan kepada manusia apa
yang tidak diketahuinya. Lupa adalah suatu kondisi dimana kita tidak mengetahui, maka
ketika ingat, berdasarkan informasi ayat di atas Allah telah memberitahu.
Dari dialog di atas, kita sebenarnya hanya mendiskusikan suatu kejadian yang secara fisik tidak dapat kita saksikan. Lupa bentuk fisiknya tidak ada, dan Allah gaib, wujud Allah tidak bisa kita saksikan dengan kasat mata. Oleh karena itu, Allah ada dalam kesadaran ingatan manusia. Orang-orang beriman adalah orang yang ingat (sadar) bahwa dirinya diatur dan dikendalikan Allah. Tanpa kesadaran Allah akan tetap ada, tetapi manusia bisa ingat dan merasakan kehadiran Allah setiap saat dengan kesadaran. Jadi ukuran kesadaran manusia adalah ingat dan merasakan Allah mengatur segala kehidupan.
Ingat Allah adalah ukuran
kesadaran manusia paling mendasar. Kesadaran manusia akan meningkat jika pengetahuan
adanya ketentuan-ketentuan alam dan tujuan-tujuan hidup yang Allah tetapkan disaksikan
dan dirasakan dalam kehidupan. Kesadaran
akan meningkat lagi dengan bentuk ketaatan kepada segala ketentuan hidup yang
telah Allah tetapkan.
Tatkala Tuhannya
menampakkan diri kepada gunung itu, dijadikannya gunung itu hancur luluh dan
Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, dia berkata:
"Maha Suci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku orang yang
pertama-tama beriman". (Al A’raaf, 7:`43).
Kesadaran manusia bukan
ketika dia mengenal siapa dirinya, tetapi ketika dia mengenal siapa Tuhannya.
Kesadaran manusia diukur dari seberapa dekat manusia mengenal Tuhannya dan segala
ketentuannya. Tuhan ada dalam kesadaran manusia yang selalu mengingat, menaati,
dan merasa dekat dengan-Nya. Untuk itu, tujuan pendidikan mengajarkan kepada
anak-anak agar mereka menjadi manusia sadar bahwa dirinya makhuk ciptaan Tuhan
dan hidupnya telah ditetapkan dalam segala ketentuan-Nya.
Kesadaran manusia kepada
Tuhan memiiki beberapa tingkatan. Beberapa ukuran kesadaran manusia ditentukan
oleh seberapa banyak ingat Tuhan, seberapa taat kepada Tuhan, dan seberapa
dekat dengan Tuhan. Maka Allah mengajarkan ayat-ayat bagaimana agar manusia
sadar kepada Tuhannya. (Dia-lah) Tuhan masyrik dan magrib, tiada Tuhan melainkan
Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Muzzammil, 73:9).
Kesadran selanjutnya yang
harus ditemukan dan dirasakan manusia adalah, “Sebagai sunnah Allah yang
berlaku atas orang-orang yang telah terdahulu sebelum (mu), dan kamu sekali-kali
tiada akan mendapati perubahan pada sunnah Allah”. (Al Ahzab, 33:62).
No comments:
Post a Comment