OLEH: MUHAMMAD PLATO
Agama pada era disrupsi ini sering
jadi perbincangan, bahkan perbincangannya kontra produktif, seolah-olah agama
menjadi faktor penghambat perubahan dan persatuan bangsa. Pandangan ini sangat
tendensius bukan datang dari kaum intelektual kelompok manapun, pandangan ini
datang dari mereka yang pikirannya sangat dipengaruhi oleh kepentingan pribadi
dan golongan untuk suatu kepentingan.
Jika manusia terdiri dari ruh dan
jasad, maka ruh adalah inti dari manusia. Berpikir adalah bagian dari aktivitas
yang dilakukan ruh. Pengetahuan adalah makanan ruh yang akan diolah dengan
aktivitas berpikir dan menghasilkan kesimpulan demi kesimpulan sebagai dasar manusia
dalam bertindak, berprilaku dan berkepribadian.
Agama berkaitan dengan kecerdasan
intelektual seseorang. Keberagamaan seseorang akan berbanding lurus dengan
kecerdasan intelektualnya. Edward Said tidak membedakan peran alim ulama dengan
para intelektual, mereka sama-sama memiliki tugas menyebarkan ajaran-ajaran damai
dan kebaikan dari Tuhan atau pewaris para Nabi.
Nabi Muhammad saw dalam hadis
menjelaskan bahwa tujuan dari agama adalah memperbaiki akhak (kepribadian atau
karakter) seseorang. Pembentukkan akhlak dalam ilmu pendidikan meliputi tiga
ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Untuk itu agama dalam kacamata
pendidikan adalah ilmu yang bertujuan membentuk pola pikir, perasaan, dan prilaku
yang sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Allah. Ritual dan kepribadian
yang ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari adalah kegiatan psikomotor sebagai
pengikat pikiran dan perasaan.
Pembentuk perasaan dan psikomotor
adalah kegiatan pola pikir yang ada di wilayah kognitif. Berpikir adalah pekerjaan ruh sebagai inti
dari kehidupan manusia. Ruh adalah daya berpikir kreatif yang ditiupkan langsung
oleh Tuhan sebagai bagian unsur inti dalam diri manusia. Mahmud Thoha (1994)
mengatakan bahwa ruh adalah daya entrepreneurship yang dimiliki oleh setiap
manusia. Pendidikan berkaitan erat
dengan usaha sadar untuk menjadikan ruh manusia berpikir sehat sesuai dengan apa
yang diajarkan oleh para Nabi kepada umat manusia.
Perbedaan pola pikir terletak
pada sumber pengetahuan, dominasi, dan egoisme. Perbedaan pengetahuan membuat perbedaan
persepsi. Dominisasi dan propaganda, membangun persepsi publik hingga jadi pola
pikir bersama. Egoisme membangun persepsi berdasar pada kepentingan-kepentingan
pribadi atau golongan. Sumber pengetahuan agama dari kitab suci Al-Qur’an membebaskan manusia dari keterikatan manusia
pada alam, dominasi tradisi nenek moyang, dan sifat-sifat berlebihan mementingkan
diri sendiri yang dilakukan manusia.
Nabi Muhammad saw pertama kali berdakwah di Mekkah adalah mengajarkan berpikir Tauhid yaitu mengesakan Allah sebagai dzat yang tidak berwujud dan tidak dapat dipersamakan dengan manusia. Cara berpikir seperti ini membutuhkan kecerdasan nalar dengan sumber pengetahuan dari Al-Qur’an. Sebagaimana Allah jelaskan di dalam Al-Qur’an orang-orang beriman melaksanakan shalat dan berbuat baik pada sesama sesungguhnya mereka yang memiiki pikiran sehat.
“Dia-lah yang menurunkan Al
Kitab (Al Qur'an) kepada kamu. Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamaat
itulah pokok-pokok isi Al Qur'an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyaabihaat.
Adapun orang-orang yang dalam hatinya condong kepada kesesatan, maka mereka
mengikuti sebagian ayat-ayat yang mutasyabihat untuk menimbulkan fitnah dan
untuk mencari-cari takwilnya, padahal tidak ada yang mengetahui takwilnya
melainkan Allah. Dan orang-orang yang mendalam ilmunya berkata: "Kami
beriman kepada ayat-ayat yang mutasyabihat, semuanya itu dari sisi Tuhan
kami." Dan tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) melainkan
orang-orang yang berakal.” (Ali Imran, 3:7)
Al-Qur’an adalah sumber pengetahuan
sebagai pijakan berpikir. Berpikir kepada selain sumber dari Al-Qur’an seperti
berpijak pada batu mengambang. Diihatnya batu tetapi ketika dipijak akan
tenggelam. Sumber pengetahuan dan berpikir adalah permasalahan manusia dalam
berpikir. Manusia-manusia yang tidak mengenal Tuhan bukan karena tidak
berpikir, tetapi bermasalah di sumber pengetahuan.
No comments:
Post a Comment