OLEH: MUHAMMAD PLATO
Banyak orang mengatakan, bagi yang percaya dan beriman, “jika
kita berbuat baik maka akan berbalas kebaikan dan jika berbuat kejahatan maka
akan berbalas kejahatan”. Awam berpandangan
bahwa terjadinya ketentuan hukum di atas jika kita percaya atau beriman kepada ketetapan
hukum di atas. Dengan pandangan seperti ini banyak orang mengabaikan berlakunya
ketetapan hukum ini.
Penulis perlu menjelaskan bahwa yang menetapkan hukum bahwa
kebaikan berbalas kebaikan dan keburukan berbalas keburukan adalah Tuhan. Mungkin
pembaca bertanya kepada saya, “dari mana Anda tahu bahwa itu hukum Tuhan? Anda
kan tidak komunikasi dengan Tuhan dan Anda juga bukan Tuhan.
Jawaban saya adalah “saya mengetahui bahwa kebaikan akan
dibalas kebaikan dan keburukan akan dibalas keburukan dari kitab suci Al-Qur’an”.
Kitab suci Al-Qur’an adalah firman Tuhan yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tuhan melalui Jibril telah berkomunikasi
dengan Nabi Muhammad SAW menyampaikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai lisan Tuhan.
Jadi seluruh isi Al-Qur’an adalah lisan Tuhan, ketetapan Tuhan, Takdir-takdir
Tuhan, hukum-hukum Tuhan, pola-pola pikir atau logika Tuhan.
Mungkin ada pertanyaan selanjutnya dari pemirsa, “dari mana bisa tahu bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan?”
Untuk membenarkan Al-Qur’an sebagai firman Tuhan dibutuhkan akal sehat yang
tidak terkungkung oleh egoisme dan prasangka buruk karena pengaruh lingkungan. Untuk
menguji apakah Al-Qur’an firman Tuhan, posisi nalar harus dalam posisi nol
dalam arti tidak memiliki kepentingan apa-apa kecuali ingin membuktikan apakah
Al-Qur’an firman Tuhan atau bukan.
Kebenaran Al-Qur’an dapat diuji melalui filsafat, ilmu-ilmu logika, ilmu alam, ilmu tumbuhan atau hewan, dan ilmu sosial. Seluruh ayat Al-Qur’an mengandung kebenaran nyata. Namun karena keterbatasan akal manusia, ada ayat ayat yang sudah terbukti dan ada ayat-ayat yang belum terbukti karena keterbatasan akal dan pengetahuan manusia. Seiring dengan waktu, dan keuletan manusia dalam memahami dan mengembangkan ilmu, ayat-ayat Al-Qur’an akan terus membuktikan bahwa Al-Qur’an adalah firman Tuhan.
Salah satu bukti bahwa Al-Qur’an firman Tuhan adalah Al-Qur’an
mampu mengabarkan informasi di masa lalu dan mengabarkan informasi di masa
mendatang padahal Nabi Muhammad SAW penerima wahyu yang tidak hidup di masa
lalu sesuai informasi yang diungkap Al-Qur’an dan dan tidak hidup di masa depan
sebagaimana informasi yang disampaikan Al-Qur’an.
Nabi Muhammad SAW menerima wahyu pada usia 40 tahuan. Nabi
Muhammad SAW lahir tahun 570 M. Jika pada usia 40 tahun Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu, maka diperkirakan tahun itu adalah tahun 610 M. “Nabi Musa
diperkirakan hidup tahun 1527 SM”. (https://manado.tribunnews.com). Ini berarti
jarak antara Nabi Musa dan Nabi Muhammad adalah 2097 tahun. Dalam rentang waktu
2097-an tahun Nabi Muhammad SAW yang dikabarkan tidak bisa membaca dan menulis,
bisa mengetahui kejadian 2097 tahun yang lalu dari wahyu AL-Qur’an. Pada saat
itu belum ada arkeolog atau sejarawan yang bisa menghitung atau meneliti
tentang kisah Nabi Musa yang hidup 2097 tahun yang lalu. Padahal informasi yang
disampai di dalam Al-Qur’an termasuk detail karena menyangkut prilaku dan situasi
batin Ibunya Nabi Musa.
“Dan Kami ilhamkan kepada ibu Musa; "Susuilah dia, dan
apabila kamu khawatir terhadapnya maka jatuhkanlah dia ke sungai. Dan janganlah
kamu khawatir dan janganlah bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya dari para rasul.” (Al Qashash, 84:7).
Selanjutnya Einstein lahir 1879 M. Jarak antara Nabi Muhammad
SAW dengan Eisntein adalah 1269 tahun. Einstein
dianggap orang pertama yang mempopulerkan tentang teori relativitas waktu.
Artinya waktu bisa mengalami perbedaan tergantung pada ruang dan tempat yang
kita tempati. Waktu di puncak gunung bergerak lebih cepat dibanding gerak waktu
di lembah. Teori ini diketahui setelah 1269 tahun setelah Nabi Muhammad SAW
menerima wahyu.
“Dan mereka meminta kepadamu agar adzab itu disegerakan,
padahal Allah sekali-kali tidak akan menyalahi janji-Nya. Sesungguhnya sehari
di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (Al Hajj,
22:47).
Jika kita gunakan akal sehat , Nabi Muhammad SAW menerima
wahyu Al-Qur’an yang isinya mengetahui informasi dua ribuan tahun yang lalu dan
mengetahui ribuan tahun yang akan datang. Fakta ini bisa jadi bukti bahwa apa
yang diterima Nabi Muhammad SAW adalah wahyu dari Tuhan, dan Nabi Muhammad SAW
sendiri adalah utusan Tuhan.
No comments:
Post a Comment