OLEH: MUHAMMAD PLATO
Keberhasilan pertama dari
negara-negara Superior adalah merasa dirinya sebagai bangsa superior.
Mentalitas ini sekalipun mereka miliki secara berlebihan tetapi dengan kolektif
memori mereka sebagai superior dari waktu ke waktu mereka selalu menjadi
pengendali dunia dan bahan perbincangan dunia. Mental superior telah membangun
kepercayaan pada diri sendiri dan selalu memotivasi untuk menjadi bangsa terbaik
di muka bumi.
Bagi siapapun membaca Al-Qur’an,
Allah mengajarkan kepada umat manusia untuk menjadi umat Superior. “Kamu
adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.
Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara
mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik”
(Ali Imran, 03:110).
Mental superior selalu membicarakan
rencana-rencana bukan hanya untuk dirinya dan kelompok, tetapi untuk umat manusia.
Mental superior selalu mengambil langkah-langkah kecil untuk mewujudkan mimpi
besarnya. Mental superior selalu bertekad kuat apa yang direncanakannya harus
bisa diwujudkan.
Sebaliknya, mental ninferior dimiliki oleh orang yang selalu membaca rencana besar orang lain, dan tidak pernah punya rencana besar. Mental inferior dimiliki oleh bangsa yang selalu membaca rencana besar bangsa-bangsa lain. Mental inferior selalu merasa dirinya menjadi objek dari rencana besar orang lain. Pembicaraannya selalu terkait rencana-rencana besar orang atau bangsa lain.
Mental inferior selalu merasa
menjadi objek rencana besar orang atau bangsa lain, hingga hidupnya menjadi
tidak tenang karena merasa dikendalikan, dibyang-bayangi, dan terancam oleh
rencana-rencana besar orang atau bangsa lain. Mental inferior menjadi sebab
sebuah bangsa tumbuh menjadi bangsa busa yang mudah terhempas karena terpaan air
selokan.
Bangsa-bangsa inferior selalu menulis
dalam sejarahnya bahwa penyebab penjajahan adalah adu domba yang dilakukan oleh
bangsa superior. Sejarah bangsa ditulis untuk mengutuk dan menghujat bangsa-bangsa
superior yang telah menjajahnya. Sementara bangsa Superior menulis sejarah untuk
membangun kebanggaan pada generasi penerusnya sebagai bangsa untuk melanjutkan
superioritasnya di muka bumi. Bangsa Inferior sibuk mencari-cari kesalahan dan
kelemahan bangsa lain sebagai dasar untuk dihina, dibenci, dan dicaci maki.
Sementara bangsa Superior sibuk mencari kelemahan-kelemahan bangsa inferior
untuk dikuasai, diduduki, dan dikendalikan.
Jika Allah memerintahkan kita
untuk menjadi bangsa Superior, mengapa kita tidak membicarakan rencana-rencana
besar kita dan bangsa ini untuk menguasai dunia? Mengapa kita harus larut
dengan rencana-rencana besar orang lain atau bangsa lain? Jika bangsa lain
berencana menguasai dunia, bangs akita harus punya rencana besar untuk
menguasai dunia. Sikap dan mentar superior sebagai Allah ajarkan harus
terpelihara dan menjadi kolektif memori bangsa. Rencana besar bangsa untuk
dunia harus jadi obrolan masyarakat di warung kopi, kendaraan umum, diskusi
ilmiah, pengembangan teknologi, dan penelitian-penelitian.
Tanda mental inferior pembicaraannya
hanya membaca ancaman-ancaman besar dari luar seperti ancaman dajjal, elit
global, zionisme, dan iluminati. Hasil
dari pembicaraannya adalah kecewa, rasa takut, curiga, permusuhan, rasa tak
berdaya, dan putus asa. Pembicaraan tentang ancaman dajjal, elit global,
zionisme, iluminati, terus disebar luaskan melalui media informasi dan dibahas
oleh orang-orang mulai tukang beca sampai ilmuwan dan agamawan. Berita-berita horor
ini terus disebarluaskan sampai masuk alam bawah sadar sebuah bangsa, hingga pikiran
manusia-manusia yang ada dalam bangsa itu menjadi tawanan dan tertekan hingga
masuk menjadi bangsa bermental inferior. Inilah penjajahan mental secara halus
terus-menerus terjadi pada manusia-manusia yang sudah kadung bermental
inferior.
Saatnya kita tampil sebagai
manusia, bangsa dengan rencana-rencana besar untuk kehidupan manusia di dunia. Di
bawah bimbingan Tuhan Yang Esa, rencana besar itu adalah mempersatukan seluruh
dunia untuk menyembah satu Tuhan yaitu Allah swt. Rencana besar ini pernah
dimiliki oleh bangsa Indonesia dengan konsep Bhineka Tunggal Ika. Konsep
Bhineka Tunggal Ika bukan hanya untuk kehidupan berbangsa bernegara
dalam suatu wilayah bangsa, tetapi untuk mempersatukan kehidupan bangsa-bangsa
di dunia. Sumpah Palapa bukan untuk mempersatukan manusia dalam satu negara,
tetapi untuk mempersatukan negara-negara di dunia. Inilah dasar historis dan
religius rencana besar bangsa Indonesia yang harus jadi kolektif memori bangsa
untuk menjadi bangsa Superior. Dimana ini harus diajarkan? Di sekolah.
No comments:
Post a Comment