OLEH: MUHAMMAD PLATO
Logika adalah pelajaran yang wajib diajarkan pada murid-murid.
Logika sering diperbincangkan dan diucapkan banyak orang, tetapi kalau ditanya apa itu logika? Jawabannya beragam dan belum tentu orang bisa menjelaskan bagaimana
cara berlogika. Ada pula sebagian orang yang menganggap logika adalah
pelajaran yang bertentangan dengan ajaran agama. Ulama-ulama terdahulu ada yang
mengharamkan belajar logika. Mengapa berlogika haram?
Baiklah saya akan menjelaskan logika mana yang diharamkan
oleh para ulama. Logika adalah berpikir sebab akibat. Berlogika adalah
cara kerja atau prilaku organ tubuh manusia bernama otak. Setiap manusia punya
otak. Maka sudah pasti setiap manusia berlogika.
Bahan baku untuk berlogika adalah pengetahuan. Manusia
dilengkapi alat indera yaitu mata, telinga, perasaan, dan peraba. Melalui
inderanya manusia mendapat pengetahuan. Pengetahuan-pengetahuan yang didapat
oleh indera manusia akan diolah oleh otak dengan berlogika. Hasil dari
berlogika adalah pemahaman dan akan jadi pola pikir. Pola pikir manusia sangat
tergantung pada pengetahuan-pengetahuan yang dimilikinya.
Sumber pengetahuan terbagi menjadi dua, pengetahuan nyata dan pengetahuan ghaib (kasat mata). Pengetahuan nyata adalah segala sesuatu yang diindera bersumber dari alam nyata. Pengetahuan ghaib adalah segala sesuatu yang didapat berdasarkan pada yang ghaib yaitu dari Allah swt. Pengetahuan ghaib hanya bersumber pada kitab suci yang diturunkan pada utusan Allah, yaitu pada Nabi dan Rasul. Pengetahuan kasat mata yang bersumber dari mimpi, imajinasi, intuisi manusia termasuk pada pengetahuan alam.
Lalu logika mana yang diharamkan para ulama? Logika yang
hanya mengandalkan kemampuan akal manusia mengolah pengetahuan yang bersumber
dari hasil inderanya. Logika yang diharamkan para ulama adalah logika yang
menjadikan sumber pengetahuan alam sebagai syarat kebenaran, dan pembenarannya mengandalkan
logika alam semata berdasarkan pemahaman manusia. Logika itu dikenal sebagai
logika material. Mengapa logika ini diharamkan? Karena manusia akan terjebak
pada kehidupan duniawi, yang membenarkan kebenaran berdasarkan kenyataan.
Logika ini akan menuntun manusia tidak percaya Tuhan (atheis) karena beberadaan
Tuhan tidak dapat dilihat kenyataannya di alam secara materi. Inilah logika
penyebab manusia menjadi Atheis dan tidak percaya Tuhan.
Sedangkan ulama yang membolehkan berlogika bersumber pada
ketentuan bahwa manusia diperintah Allah untuk berpikir sebagaimana dijelaskan
di dalam Al-Qur’an. Logika yang dianjurkan para ulama adalah logika berserah
diri kepada pengetahuan yang berasal dari Tuhan sebagai dasar kebenaran. Logika
yang dianjurkan para ulama adalah logika yang mengandung keimanan kepada
kebenaran bersumber pada pengetahuan wahyu dari Tuhan yaitu Al-Qur’an.
Maka logika terbelah menjadi dua yaitu logika Tuhan dan
logika alam. Logika Tuhan bersumber pada pengetahuan dari Tuhan melalui Al-Qur’an
yang dikabarkan kepada para Nabi dan Rasul, sedangkan logika alam, murni
mengandalkan pengetahuan dari Alam dan akal manusia. Logika Tuhan adalah logika
berserah diri pada apa-apa yang dikabarkan Allah melalui Rasulnya yang dijelaskan
di dalam Al-Qur’an.
LOGIKA TUHAN = PENGETAHUAN
DARI AL-QUR’AN >>>DIOLAH AKAL>>>KEBENARAN DARI TUHAN
LOGIKA MATERIAL =
PENGETAHUAN DARI ALAM >>>DIOLAH AKAL>>>KEBENARAN DARI ALAM
Logika Tuhan menjelaskan seluruh kejadian alam sebagai ketentuan
dari Tuhan, sedangkan logika alam menjelaskan kejadian alam sebagai ketentuan alam.
Logika alam membenarkan segala ketentuan produk alam, menafikan keberadaan alam
ghaib dan eksistensi Tuhan. Logika Tuhan menjelaskan segala ketentuan alam berasas
pada takdir Tuhan dan mengukuhkan keberadaan Tuhan. Logika alam adalah logika
terbatas, karena tidak menjelaskan alam ghaib. Logika Tuhan adalah logika tanpa
batas karena Tuhan menjelaskan alam nyata dan alam ghaib.
No comments:
Post a Comment