OLEH: MUHAMMAD PLATO
Manusia tidak bisa melihat amal baik manusia lain yang
sesungguhnya. Tim penilai amal manusia adalah Malaikat yang telah ditugasi
Allah. Malaikat mencatat kebaikan ketika amal baik masih ada dalam niat, dan
mencatat amal buruk ketika sudah dilakukan.
Mengapa manusia tidak bisa 100 persen menilai amal manusia lain?
Pada dasarnya amal manusia terbagi menjadi dua yaitu amal terlihat dan tidak
terlihat.
Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Lahir dan Yang Batin;
dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Hadiid, 57:3).
Atas dasar itulah prasangka yang harus kita miliki adalah
prasangka baik. Jika kita selalu berprasangka baik maka malaikat selalu
mencatat kebaikan untuk kita. Sekali lagi manusia tidak bisa menilai sepenuhnya
pribadi seseorang karena ada amal-amal yang tidak terlihat yaitu amal batin
atau amal laku diluar penglihatan manusia.
Kita sering terjebak oleh penglihatan mata. Mengukur atau menilai pribadi seseorang berdasarkan penglihatan dan pendengaran. Sementara padangan mata dan pendengaran sangat terbatas. Untuk itu Al-Qur’an adalah petunjuk dari Allah agar manusia terjaga dari keburukan prilaku akibat keterbatasan penglihatan mata dan pendengaran.
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik
bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk
bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (Albaqarah, 2:216).
Bisa jadi kita melihat prilaku-prilaku buruk tentang
seseorang, tetapi sesungguhnya orang tersebut memiliki prilaku baik yang tidak
terlihat oleh pandangan mata kita, yaitu prilaku batin maupun prilaku di luar
penglihatan dan pendengaran kita. Mungkin kita melihat prilaku seseorang buruk
tetapi rezekinya lebih baik dari kita. Bisa jadi kita melihat dan mendengar
prilaku seseorang buruk, tetapi dia terpilih menjadi pemimpin umat. Itulah
tanda bahwa penglihatan dan pendengaran kita terbatas. Padahal Allah
memberi rezeki dan kedudukan pada seseorang pasti dengan kebaikan-kebaikan yang
dilakukannya.
Prilaku mendasar yang cenderung manusia miliki adalah
prasangka buruk. Manusia adalah makhluk pencari makna dibalik setiap kejadian. Kita
selalu terjebak memberi prasangka buruk terhadap segala kejadian. Normalnya
manusia selalu memberi prasangka baik yang terukur baik berdasarkan perasaannya
akibat dari pengetahuan yang dilihat dan didengarnya. Juga memberi prasangka
buruk terhadap kejadian atas dasar perasaan akibat makna dari sebuah kejadian
yang dilihat dan didengarnya.
Allah mengajarkan bahwa setiap prasangka memiliki dua
kemungkinan yaitu benar dan salah. Sebagian besar prasangka manusia adalah
tidak benar. Untuk itu Allah membimbing perasaan dan pikiran kita untuk selalu
berprasangka baik agar manusia terhindar dari prilaku-prilaku buruk. Ketika kita
berprasangka baik Allah mencatat dan membimbing kita dijalan baik, sebaliknya ketika
kita berprasangka buruk, kita telah ada pada resiko untuk berprilaku buruk.
Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari
prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu
mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing
sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging
saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima tobat lagi Maha
Penyayang. (Al
Hujuraat, 49:12).
Apa yang diketahui manusia lebih sedikit dari yang
diketahuinya. Bumi yang ukurannya tidak setitik belum dapat diketahui seluruh
sudutnya, apalagi dengan alam semesta yang terdiri dari tujuh lapis langit dan
tujuh matahari. Untuk itu kita tidak bisa menilai prilaku seseorang yang hanya
kita lihat pada saat kita melihatnya. Banyak prilaku-prilaku seseorang yang
luput dari penglihatan kita apalagi dengan prilaku batin-batin seseorang.
Prangsangka yang dibimbing Allah adalah setiap prilaku buruk
dan baik yang kita lihat pada seseorang adalah kebaikan dari Allah kepada seseorang.
Keburukan adalah pengingat agar manusia selalu berbuat baik, bagi pelaku keburukan maupun
bagi yang melihatnya. Berprasangka baik sesungguhnya amal baik yang harus selalu
diupayakan setiap manusia, sebab prasangka adalah pangkal dari prilaku baik
maupun buruk.
No comments:
Post a Comment