OLEH: MUHAMMAD PLATO
Tulisan ini bukan mengajari tetapi sebuah harapan dari warga negara. Indonesia adalah bangsa besar dengan kekuatan jumlah manusia terbanyak
No. 4 di dunia. Di percaturan politik dan ekonomi dunia negara kita termasuk
negara yang diperhitungkan. Syarat
menjadi bangsa besar kita membutuhkan kebersamaan dalam membangun negara. Bossman
Mardigu mengatakan, seluruh kekayaan alam yang diciptakan Allah di muka bumi
ini semuanya ada di Indonesia. Berjuta-juta ton emas ditambang sejak zaman
Belanda hingga sekarang belum habis. Nikmat apa lagi yang kamu dustakan?
Allah berfirman, “Manusia itu adalah umat yang satu.
(Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi
kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab
dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang
mereka perselisihkan. TIDAKLAH BERSELISIH tentang Kitab itu melainkan orang
yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka
keterangan-keterangan yang nyata, KARENA DENGKI antara mereka sendiri. Maka
Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal
yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi
petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. (Al Baqarah,
2:261).
Untuk mewujudkan kebesaran bangsa, kita hanya butuh
kebersamaan. Perselisihan adalah sebuah realitas yang pasti terjadi dalam
kehidupan manusia. “Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan
manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat.” (Huud,
11:118).
Sekalipun perselisihan menjadi realitas kehidupan manusia yang
pasti terjadi, namun perselisihan itu terjadi bukan tanpa sebab. Allah
mengabarkan bahwa perselisihan itu terjadi karena sifat-sifat dengki yang sama-sama
dimiliki oleh setiap manusia. Hal ini tidak berarti manusia harus berselisih
tanpa ada penyelesaian. Allah memberi petunjuk bagaimana perselisihan itu dapat
diselesaikan, yaitu dengan menekan sifat-sifat buruk dan menghidupkan
sifat-sifat baik yang diajarkan Allah.
Untuk menekan kedengkian, lalu sifat apa yang harus
dihidupkan pada jiwa manusia? Kita kembali kepada apa yang telah diajarkan
Allah kepada umat manusia, “Berakhlaklah dengan akhlak Allah” (hadis).
“Dan orang-orang yang datang sesudah mereka (Muhajirin
dan Ansar), mereka berdoa: "Ya Tuhan kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah
Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman;
Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha Penyayang". (Al
Hasyr, 59:10).
Allah Maha Penyantun dan Penyayang, maka tekanlah dan matikanlah
dengki dengan menjadi pribadi penyantun dan penyayang sebagaimana Allah
menyantuni dan menyayangi makhluknya tanpa melihat latar belakang.
Presiden Jokowi dan HRS adalah pemimpin-pemimpin umat yang
kami hormati dan kami banggakan, apa yang dilakukannya sangat mungkin akan
diikuti oleh warga masyarakat. Ketika kebengisan diperlihatkan oleh para pemimpin
maka akan lahir warga-warga negara yang bengis. Sebaliknya ketika pribadi-pribadi
santun dan penyayang seperti sifat Allah dihidupkan oleh para pemimpin, maka
akan tampil warga-warga negara yang penyantun dan penyayang. James Clear (2020)
penulis buku Atomic Habit mengatakan setiap warga negara selalu meniru
para pemimpin yang diidolakannya. Jadi para pemimpin adalah salah satu pembentuk
karakter bangsa.
Kami butuh Jokowi dan HRS untuk menjadi teladan di Republik ini. Allangkah indahnya Indonesia jika Jokowi dan HRS bergandengan tangan, bahu membahu memimpin membangun bangsa Indonesia menuju puncak peradabannya sebagai negara demokrasi dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Bersatulah bangsa ku, persatukan dunia dengan menjadi bangsa penyantun dan penyayang. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment