OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ketika orang-orang
berpendidikan tinggi, memiliki jabatan tinggi, dan sama sama berpengaruh, masing-masing
punya sudut pandang berseberangan, maka sudut pandang mana yang akan Anda
pilih? Bisa jadi Anda akan memihak salah satu. Tapi apakah sudut pandang yang
lain yang tidak anda pilih sudut pandangnya salah? Di sinilah fungsinya
petunjuk dari Allah yang sumbernya kitab suci Al-Qur’an.
Orang-orang beriman berdiri
sebagai individu yang independen. Pengertian independen di sini bukan tidak
memihak kepada dua pihak yang berseberangan. Namun demikian bisa jadi ketika
orang beriman mengemukakan pendapatnya atas dasar sudut pandang dari petunjuk
kitab suci, pandangannya memiliki kesamaan dengan salah satu pihak. Pada
poisisi ini orang-orang beriman harus tetap jujur bahwa pandangannya tetap
berdasar pada petunjuk Tuhan bukan karena memihak pada salah satu kubu sudut
pandang yang berseberangan.
Sudut pandang seseorang harus benar-benar
merdeka, bukan karena pengaruh keilmuan, kedudukan, kekeluargaan, pertemanan,
atau jabatan. Kemerdekaan sudut pandang
jika seseorang mempertahankan sudut pandangnya berdasarkan pada kitab suci yang
diimanninya. Kitab suci bukan karya seseorang, kitab suci adalah lisannya
Tuhan. Barang siapa bersudut pandang dengan petunjuk pada kitab suci maka dia
sedang bersudut pandang seperti perintah Tuhannya.
Sudut pandang orang-orang
beriman bukan sudut pandang karena hawa nafsunya. Sudut pandang orang beriman
adalah sudut pandang yang berserah diri kepada petunjuk Tuhan. Sudut pandangnya
tidak untuk memosisikan dirinya benar, sudut pandangnya hanya mengemukakan apa
apa yang sudah djelaskan oleh Tuhan dalam kitab suci.
Sudut pandang manusia terbatas
berdasarkan pada yang dilihat, dengar, dan pikirkan. Apa yang dilihat, dindegar,
dan dipikirkan objeknya adalah pengetahuan. Perbedaan isi kepala dari orang
beriman dan bukan orang beriman adalah masalah isi pengetahuan di kepala. Isi
kepala orang beriman diliputi pengetahuan yang sumbernya dari Tuhan, sedangkan
isi kepala orang tidak beriman sebagian besar pengetahuannya bersumber dari
pengetahuan alam, dan karya pemikiran manusia-manusia lain. Sumber pengetahuan
dari Tuhan yang menjadi petunjuk bagi manusia disepakati sumbernya adalah kitab
suci dan atau perbuatan Nabi Muhammad saw.
Sudut pandang di dalam Al-Qur’an
dijelaskan sebagai prasangka manusia yang bersumber pada pengetahuan yang
dimilikinya. “Ingatlah, sesungguhnya kepunyaan Allah semua yang ada di
langit dan semua yang ada di bumi. Dan orang-orang yang menyeru sekutu-sekutu
selain Allah, tidaklah mengikuti (suatu keyakinan). Mereka tidak mengikuti
kecuali prasangka belaka, dan mereka hanyalah menduga-duga.” (Yunus, 10:66).
Prasangka manusia berdasarkan
pengetahuan, pemikiran dari alam adalah praduga yang sebagian benar atau
sebagian salah. Maka prasangka manusia yang berdasar pengetahuan dari Tuhanlah yang
dianjurkan oleh Tuhan. Setiap prasangka manusia yang berdasarkan pengetahuan
dari Tuhan, maka Tuhanlah yang akan melindungi parasangkanya. Itulah sudut
pandang yang harus selalu dikemukakan manusia.
Kesalahan manusia dalam bersudut pandang selalu melampaui batas, dengan mengakui sebagai pemilik kebenaran. Sudut pandang manusia adalah sebatas sudut pandang, tidak membenarkan dan tidak menyalahkan karena pada diri manusia tempatnya salah dan benar. Sementara Tuhan pemilik segala kebenaran dan tidak pernah mengajarkan kepada manusia untuk memaksakan kebenaran. Allah lah yang akan memberikan penghakiman kepada setiap sudut pandang seseorang. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment