OLEH: MUHAMMAD PLATO
Mana yang benar-benar
firman Tuhan Alkitab atau Al-Qur’an? Kasihan sekali banyak orang di luar sana
tidak percaya bahwa Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan. Dari kurang lebih 7 miliar
penduduk bumi, masih ada 5,5 miliar belum mendapat pengetahuan tentang
kebenaran Al-Qur’an sebagai wahyu Tuhan Yang Esa.
Tahun 2019 Ravi Zacharias
seorang beragama Kristen menulis buku The Logic of God, kemudian tahun
2020 bukunya dinobatkan sebagai buku terbaik. Toto Suharya sudah menulis buku Hidup
Sukses dengan Logika Tuhan jilid 1, terbit pada bulan November 2012. Lalu
pada tahun 2017 Toto Suharya terbitkan lagi buku Sukses dengan Logika Tuhan
jilid 2. Dari urutan waktu ini Toto Suharya
menegaskan bahwa konsep Logika Tuhan tidak mengikuti cara-cara berpikir
umat lain, tapi murni terinspirasi dari apa-apa yang dijelaskan di dalam
Al-Qur’an. Begitulah cara klarifikasi sejarah membuktikan keberadaan siapa yang
paling dahulu memperkenalkan konsep logika Tuhan.
Pendekatan ini berbeda
jika kita gunakan untuk mengklarifikasi kebenaran sebuah kitab suci apakah itu
dari Tuhan atau bukan. Menarik untuk disimak bagaimana umat Kristen
mempertahankan keimanannya. Mereka bekerja keras untuk membuktikan bahwa kitab
yang dibacanya firman Tuhan. mereka gunakan pendekatan sejarah sebagai
klarifikasi untuk membenarkan kitab sucinya.
Zacharias dalam tayangan youtube mengemukakan “Setidaknya ada 99.6% akurasi, tidak ada dokumen kuno yang mendapat dukungan seperti Akitab yang mendapat dukungan 5000 dokumen. Qur’an merupakan kitab yang mengklaim dirinya sendiri. Bagaimana kita tahu tentang itu? Bagaimana tahu Qur’an itu firman Tuhan? karena Muhammad mengatakan itu. Bagaimana tahu Muhammad benar? Karena Qur’an yang mengatakan. Itu yang disebut dengan kewenangan mereferensikan dirinya sendiri. Hanya Qur’an satu stunya dokumen historis yang menolak bahwa Yesus Kristus benar-benar disalib atau mati di sana. Sejarah Yunani mengatakan Yesus mati di salib. Sejarah Romawi mengatakan sama. Sejarawan paganisme mengatakan sama. Sejarawan Yahudi juga sama. Demikian juka sejarawan kekristenan. Dari segi sejarah Qur’an membuat pernyataan yang secara sejarah tidak benar.”
Kitab suci Al-Qur’an
adalah firman Allah. Jika itu benar dari Allah maka kitab suci itu sendirilah
yang harus membenarkannya. Sebagaimana Allah keberadaannya tidak memerlukan
judgment sejarah, logika, atau saksi dari manusia. Maka kitab suci yang
benar-benar dari Allah, kitab suci itu sendirilah yang akan membuktikannya dan
tidak butuh pembenaran dari luar dirinya.
Jika firman Allah harus
dibuktikan melalui pendekatan sejarah yang isinya tafsir manusia maka
akurasinya sangat lemah. Dari kajian filsafat sejarah, fakta sejarah yang benar-benar
terjadi tidak akan pernah diungkap oleh manusia, karena sejarah yang diungkap
adalah hasil dari karya tafsir dan imajinasi manusia. Maka pembenaran terhadap kitab
suci sebagai firman Allah berdasarkan pada kebenaran sejarah semata tidak dapat
dipertanggung jawabkan, karena sejarah hasil karya manusia yang tidak menjamin
kebenaran yang sesungguhnya.
Jika ada orang yang mengatakan Al-Qur’an bukan
kitab suci karena tidak mendapat dukungan dari dokumen-dokumen sejarah, mereka
belum mengenal siapa Tuhannya. Sekalipun sejuta dokumen sejarah tidak memberikan
dukungan terhadap kebenaran Al-Qur’an, maka Al-Qur’an lambat atau cepat akan
menunjukkan mana yang benar dan mana yang salah. Al-Qur’an akan menjawab dengan
sendirinya.
No comments:
Post a Comment