OLEH: MUHAMMAD PLATO
Jepang, Korea, China terkenal
sebagai negara dengan penduduk pekerja keras. Jepang dengan kedisiplinannya
dalam bekerja mereka tidak boleh gagal. Harakiri dianggap sebagai kemenangan.
Korea dengan kegigihannya mereka belajar dari jam 7 pagi sampai jam 11 malam.
China dengan semangatnya jam 3 pagi sudah mulai beraktivitas dan jam 11 malam
mereka baru tidur. Kerja keras mereka diukur dari jam kerja dan belajar.
Indonesia sebagai negara religius
memiliki budaya kerja tinggi. Jam 3 pagi sudah mengawali aktivitasnya dengan
adzan awal berkumandang di masjid. Tahajud bersambung shalat subuh dan dilanjutkan
dengan aktivitas kerja diakhiri dengan shalat isya jam 9 malam. Allah sudah
menetapkan orang-orang terbaik adalah yang paling sedikit tidurnya. Orang-orang
terbaik menurut ukuran negara religius adalah mereka yang cepat tidur dan cepat
bangun.
Kerja keras bukan ukuran waktu
tetapi ukuran pola hidup sebuah bangsa. Ukuran kerja keras bukan masalah waktu
yang dihabiskan untuk bekerja tetapi kualitas pekerjaan yang kita gunakan dalam
beraktivitas. Allah menetapkan ukuran bagaimana seseorang sudah bekerja keras.
Ukuran kerja keras orang Jepang, Korea, China berbeda dengan ukuran budaya kerja keras bangsa Indonesia. Perbedaan itu terletak pada pola pikir masyarakat dalam menyikapi pekerjaan. Perbedaaan pola pikir terletak pada tujuan hidup masyarakat dalam mengarungi kehidupan dunia. Pola pikir orang Indonesia yang membedakan dengan pola pikir orang Jepang, Korea, China adalah religiusitas. Dalam ukuran masyarakat religius bekerja keras bukan hanya menggunakan waktu untuk bekerja, tetapi mengisi waktu demi waktu sebagai wujud dari ketaatan kepada Tuhan.
Belajar, berniaga, menjadi
pekerja bukan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan hidup di dunia, tetapi
sebagai bagian dari kebutuhan untuk hidup di akhirat. Inilah perbedaan nilai
kerja keras antara bangsa religius dengan bangsa sekular. Bangsa religius
memiliki kualitas moral tinggi, karena keberhasilan bekerja bukan diukur dari
keberhasilan dunia semata, tetapi keberhasilan untuk kembali kepada Tuhannya.
Hai manusia,
sesungguhnya kamu telah bekerja keras menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan
menemui-Nya. (Al Insyiqaaq, 84:6).
Pada dasarnya semua manusia
bekerja keras akan kembali kepada Tuhan, disadari atau tanpa disadari. Maka
orang-orang yang menyadarinya yang akan membuktikan kebenaran itu kelak di hari
perhitungan. Bukan bekerja keras tanpa kesadaran kembali kepada Tuhan. Berapa
jam pun kita bekerja keras tanpa ada kesadaran kembali kepada Tuhan maka
bukanlah kerja keras karena dipastikan hasilnya akan mengecewakan.
Mereka yang tidak sadar akan
kembali kepada Tuhan akan mendapat kecelakaan karena pada hari akhir mereka
mendapati tempat kembali yang buruk. “Dan dia akan masuk ke dalam api
yang menyala-nyala (neraka).” (Al insyiqaaq, 84:12). Dan mereka yang menyadari bahwa kerja kerasnya
untuk kemabli kepada Tuhan akan mendapat tempat kembali yang sangat
menyenangkan. “dan dia akan kembali kepada kaumnya (yang sama-sama
beriman) dengan gembira.” (Al Insyiqaaq, 84:9).
Apakah anda sudah bekerja
keras? Belum bekerja keras jika di dalam pekerjaan kita tidak ada kesadaran untuk
kembali kepada Tuhan. Tanpa ada keadaran kembali kepada Tuhan, kita hanya
bekerja keras menghabiskan tenaga yang hanya akan dapat kepayahan dan tidak
akan menikmati hasil dari kerja keras. Kesadaran bekerja untuk kembali kepada
Tuhan menentukan apakah kita bekerja keras atau hanya hidup dalam kesulitan.
No comments:
Post a Comment