Oleh: Muhammad Plato
Bangsa bangsa besar mecuci otak warga negaranya dengan cerita sejarah. Mereka membangga-banggakan bangsanya dengan merekonstruksi sejarah. Sejarah menjadi ruh bangsa selama bangsa itu berdiri. Semua yang diciptakan manusia berawal dari sejarah dan menjadi sejarah.
Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lalu. Batas antara masa lalu, sekarang dan masa mendatang adalah waktu. Dalam satu detik kejadian terjadi akan jadi sejarah. Jadi kapan masa lalu itu terjadi dan kapan masa depan itu kita temui? Batas masa lalu dan masa mendatang sebenarnya hanya hitungan detik. Manusia yang akan hidup 30 tahun ke depan dia sudah hidup sekarang.
Manusia yang akan hidup di
akhirat dia sudah hidup sekarang mencicil membuat sejarah hidupnya. Tuhan akan
mengadili manusia dengan melihat sejarah hidupnya. Barang siapa membuat catatan
sejarah hidupnya penuh dengan kebaikan, maka dia akan mendapat kebaikan. Barang
siapa membuat catatan sejarah hidupnya penuh dengan keburukan maka dia akan
mendapat penderitaan. Itulah kepastian dari Tuhan. Takdir hidup manusia
ditentukan oleh sejarah.
Begitu pentingnya sejarah, Tuhan mewahyukan berita-berita sejarah kepada utusan-Nya untuk disampaikan kepada umat. Tuhan memerintahkan pelajarilah sejarah manusia di masa lalu dan jadikanlah pelajaran untuk kehidupan mu di masa mendatang. Sejarah adalah kejadian yang terjadi di masa lalu, dan sesuatu yang terjadi di masa lalu tidak bisa kita ubah. Maka sejarah adalah takdir Tuhan karena tidak ada yang bisa kembali ke masa lalu. Jadi tidak ada yang bisa mengubah sejarah kecuali Tuhan.
“Sesungguhnya Kami
menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka
kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami
kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lohmahfuz)” (Yasin, 36:12)
Atas kemurahan Tuhan manusia
diberi kesempatan hidup setelah matinya untuk memperbaiki sejarah hidupnya sebelum
kematian tiba lagi. Masa sekarang adalah masa dimana kita bisa menuliskan
sejarah untuk kebaikan di masa mendatang. Sebuah takdir yang tidak bisa diubah
dari Tuhan, manusia hanya bisa belajar dari masa lalu bukan dari masa
mendatang.
“Maka Kami jadikan yang
demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang
datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa” (Al
Baqarah, 2:66). Mereka yang tidak mewajibkan belajar dari
sejarah bukan golongan dari orang-orang yang bertakwa. Dia golongan pemecah
belah yang menjerumuskan manusia pada perpecahan.
Bangsa Indonesia ada mutlak
karena ada sejarah. Jika bangsa Indonesia tidak belajar dari sejarah, lalu dari
mana generasi demi generasi berikutnya bisa sadar bahwa dirinya ada sebagai
bangsa Indonesia. Naif sebuah bangsa jika tidak mengajarkan sejarah bangsa sebagai
pelajaran wajib bagi generasi bangsa berikutnya. Menghilangkan pelajaran
sejarah sebagai pelajaran wajib dari kurikulum pendidikan adalah tindakan sabotase,
tindakan separatis, yang akan mengancam eksistensi dan persatuan bangsa.
Mereka yang sukses di masa depan adalah mereka yang sukses menciptakan masa lalu. Jika kesadaran sejarah dihilangkan dari anak-anak bangsa ini, lalu bagaimana mereka bisa menciptakan masa depan bangsanya? Perubahan atau penyederhanaan kurikulum adalah sebuah keniscayaan, namun jika menghilangkan kewajiban belajar sejarah bangsanya kepada generasi penerusnya adalah alamat kehancuran bangsa. Jika sejarah kebangsaan tidak ada dalam kolektif memori bangsa Indonesia maka eksistensi bangsa Indonesia sedikit demi sedikit akan hilang dengan sendirinya. Wallahu’aam.
No comments:
Post a Comment