OLEH: Muhammad Plato
“Orang-orang
yang berinteraksi dengan Al-Qur’an mereka termasuk orang terpilih. Ciri mereka
yang telah berinteraksi dengan Al-Qur’an dilihat dari adabnya” (Adi Hidayat).
Pendapat ini didasari oleh keterangan dari Al-Qur’an sebagai berikut:
Kemudian
Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
lebih dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah
karunia yang amat besar. (Fathir, 35:32)
Infromasi ayat di atas mengabarkan bahwa orang yang memelajari Al-Qur’an, mulai dari
membaca dalam bahasa Arab, belajar tajwij, menghafal, memahami terjemah, menafsir
dari asal usul turunnya Al-Qur’an, atau berdasar hadis dan ilmu, mereka tergolong pada orang-orang terpilih.
Orang-orang
terpilih yang diwarisi kitab suci Al-Qur’an oleh Allah dapat digolongkan pada
tiga kelompok. Pertama, kelompok yang “menganiaya diri sendiri” (dolimullinafsih).
Kelompok ini termasuk golongan para sufi yang mengasingkan diri dari kehidupan
dunia agar terhindar dari sifat-sifat buruk karena gemerlapnya dunia. Material
adalah inti dari kehidupan dunia. Alam materi membuat hidup manusia terikat dan
ketergantungan. Mengasingkan diri dari kehidupan dunia adalah upaya membebaskan dan menyucikan
jiwa. Bagi kelompok ini, kehidupan terbaik adalah menghindari dunia materi untuk
mendapatkan kesejahteraan di akhirat.
Kedua,
kelompok pertengahan (muktasid). Kelompok ini adalah golongan yang
menjaga keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka mengatur kehidupan
di alam materi untuk mensejahterakan kehidupannya di dunia dan juga akhirat.
Kelompok ini orientasi hidupnya menginginkan kehidupan sejahtera di dunia dan
akhirat.
Ketiga,
kelompok yang berani berkorban untuk membela kebenaran demi mendapat
kehidupan akhirat (sabiqubilkhoir). Orang-orang ini tidak menghindari kehidupan
di dunia materi, tetapi menggunakan dunia materi untuk mensejahterakan kehidupan
makhluk lain demi kesejahteraan hidupnya di akhirat. Kelompok ini mengelola
dunia bukan untuk dimilikinya tetapi sepenuhnya dikorbankan untuk kepentingan
orang banyak.
Orang-orang
yang terpilih mewarisi Al-Qur’an mereka terbagi menjadi tiga golongan ini. Jika
kita analogikan tiga golongan ini dapat kita identifikasi dari ulama sufi,
ulama ilmuwan, dan ulama para pemimpin termasuk guru. Para pemimpin dan guru bertugas
mensejahterakan umat manusia agar menggunakan kekuasaannya untuk menguasai dan
mengelola materi untuk mensejahterakan manusia dan membatasi untuk kehidupan dirinya
sendiri.
Para
pemimpin dan guru adalah golongan orang-orang yang mendahulukan kesejahteraan orang lain dari pada kesejahteraan untuk dirinya di dunia. Bagi para pemimpin dan
guru orientasi hidupnya lebih besar untuk akhirat dan diraihnya dengan cara
mengorbankan jiwa dan hartanya untuk kesejahteraan orang lain guna mendapatkan
kesejahteraan akhirat.
No comments:
Post a Comment