OLEH:
MUHAMMAD PLATO
Tersenyum melihatnya, “ibadah kurban mejadi ajang riya. Saat
hewan mau dipotong ribut jadi masalah atas nama siapa”. Ajaran agama macam apa
yang kalian terima? Kurban bukannya jadi puncak spiritual seseorang dalam
meraih takwa kepada Allah, tapi malah jadi masalah atas nama siapa hewan
dikurbankan. Kurban bukan ritual pemotongan hewan. Kurban bukan untuk pamer
nama. Allah tahu siapa yang kurbannya karena Allah, dan Allah tahu atas nama
siapa hewan dikurbankan. Allah tahu siapa yang mengeluarkan hartanya untuk
berkurban, dan Allah tahu siapa yang hanya menumpang nama di atas hewan kurban.
“Tidakkah mereka mengetahui bahwa Allah mengetahui segala yang mereka
sembunyikan dan segala yang mereka nyatakan?” (Al Baqarah, 2:77).
Apakah kalian tidak mendengar kabar dari Rasulullah, barang
siapa bersedekah mengatasnamakan orang lain, maka yang bersedekah dan orang
lain yang di atas namakan akan mendapat pahala yang sama dari Allah tanpa sedikitpun
saling mengurangi kebaikannya. Demikian juga dalam berkurban.
Kurban adalah pendidikan bagi manusia agar menyembelih hawa
nafsunya yang cenderung egois. Kurban adalah puncak ketaatan manusia bahwa
dirinya berserah, taat, tunduk, dan patuh, pada apa yang Allah tetapkan. Tidak ada
kurban bagi mereka yang akhlaknya tidak berubah setelah kurban. Kurban adalah
komitmen kepada Allah bahwa segala egoisme dalam hidupnya telah disembelih, dan
berkomitmen untuk menjadi manusia-manusia pemurah pengasih dan penyayang meneladani
Rasulnya yang selalu berusaha hidup dengan meniru akhlak Allah.
Kurban kita hanya sebatas ibadah ritual. Kurban ritual tidak mengubah
kita menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang total berserah diri kepada
Allah. Kurban ritual tidak membunuh sifat-sifat setan dalam diri manusia. Kurban
ritual tidak menekan nafsu-nafsu busuk dalam jiwa manusia. Kurban ritual tidak
mematikan sifat-sifat egois dan rakus yang ada dalam setiap jiwa manusia.
Apakah manusia tidak berpikir, Allah telah mengabarkan sebuah
kisah dua anak Adam. Keduanya berkurban tetapi ada yang diterima dan ada yang
tidak diterima. “Ceriterakanlah kepada mereka kisah kedua putra Adam (Habil
dan Kabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban,
maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima
dari yang lain (Kabil). Ia berkata (Kabil): "Aku pasti membunuhmu!"
Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa". (Al Ma’idah, 5:27).
Tidak ada spiritualitas kurban bagi mereka yang masih berebut
daging pada saat kurban. Berebut daging kurban pada saat kurban adalah bukti
bahwa kurban yang kita lakukan hanya sebatas ritual. Kurban adalah prosesi
pembunuhan terhadap nafsu-nafsu manusia yang cenderung buruk. Kurban adalah
prosesi pembunuhan terhadap nafsu-nafsu serakah manusia kepada hal-hal yang material.
Tidak ada spiritualitas kurban bagi mereka yang masih merasa paling
benar dan egois dalam prilakunya. Tidak ada spiritualitas kurban pada mereka, jika
sikap hidupnya masih bengis dan penuh benci terhadap sesama. Tidak ada
spiritualitas kurban pada mereka, jika hidupnya masih kikir dan sombong atas
kedudukan dan harta kekayaan yang dimilikinya.
Spiritualitas kurban, Allah berikan kepada mereka yang
melaksanakan kurban karena rasa cinta kepada Allah. Spiritualitas kurban akan
Allah berikan kepada mereka yang melaksanakan kurban sebagai bentuk ketaatan,
harapan dan takut kepada Allah. Spiritualitas kurban akan Allah berikan kepada
mereka yang setelah melaksanakan kurban akhlaknya menjadi mulia, membalas
keburukan dengan kebaikan, berbakti pada orang tua, bersabar tanpa batas, tidak
menyalahkan orang lain, selalu optimis, menjadi pribadi pemaaf, penyayang, dan penyantun.
Allah tidak melihat berapa harga kambing yang dikurbankan.
Allah tidak melihat seberapa besar sapi yang dikurbankan. Allah tidak melihat atas
nama siapa kambing atau sapi dikurbankan. Allah hanya melihat kepasrahan diri
kepada kehendak Allah dari siapa saja yang rela berkurban. Kabil tidak diterima
kurbannya oleh Allah, karena Kabil hanya melaksanakan kurban sebagai ritual, hanya
sebatas tindakan fisik, egois, hanya memperlihatkan cangkang dan fatamorgana.
Kurban adalah prosesi pegorbanan diri seperti apa yang
dilakukan oleh makhluk kecil bernama sel. Prosesi perngorbanan diri yang
dilakukan oleh sel bertujuan untuk menghidupkan sel lain. Menurut ahli DNA, fakta
bahwa di dalam diri manusia ada gen (naluri) egois (selfish gene) yang
hanya mementingkan diri sendiri, takut kekurangan harta dan suka
mengumpul-ngumpulkan harta. Di sisi lain dalam diri manusia ada gen altruis
yaitu sifat selalu ingin menolong orang lain dan melakukan sesuatu untuk orang
lain lagi. Altruis merupakan kesitimewaan bawaan lahir manusia (dari Allah) yang
ditetapkan dalam gen. (Murakami, 2015, hlm. 86).
Belajar dari hasil penelitian DNA, makna kurban adalah sarana
untuk menghidupkan naluri rela berkorban untuk menghidupi orang lain yang ada
pada setiap diri manusia. Murakami (2015, hlm. 87) menyimpulkan, orang-orang
yang hidup dengan spiritualitas tinggi, akan memikirkan keuntungan untuk
dirinya dengan lebih mementingkan kepentingan orang lain. Orang dengan
spiritualitas tinggi paham, dengan mengusahakan kepentingan orang lain,
keuntungan yang didapatkan akan lebih dalam dan besar. Inilah spiritualitas
dalam ibadah kurban yang harus kita pahami.
No comments:
Post a Comment