OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ketauhidan adalah inti
ajaran agama. “Dan Dialah Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah)
melainkan Dia, bagi-Nyalah segala puji di dunia dan di akhirat, dan bagi-Nyalah
segala penentuan dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan.” (Al Qashash,
28:70).
Jika semua tindakan
manusia diawali dari hati dan pikiran, maka menjaga hati tetap fokus
pada Allah adalah ketauhidan yang harus dijaga. Hati bekerja dalam dua tindakan
yaitu cinta dan benci. Hati yang akan mengendalikan kemana pikiran bekerja. Indera
manusia penerima stimulus, hati akan mengendalikan informasi hasil indera untuk
ditindaklajuti.
Argumentasi, anilisis,
sintesa, imajinasi, adalah kerja akal untuk mengembangkan informasi
dari hasil indera atas dorongan hati. Kemana hati cenderung maka informasi akan
terus dikembangkan oleh pikiran. Jika hati cenderung cinta maka pikiran akan
mengembangkannya menjadi jalan yang akan terus ditempuh. Jika hati cenderung benci maka
pikiran akan mengembangkannya menjadi jalan yang akan terus ditempuh. Hati dan pikiran letaknya satu sirkuit yang
tidak terpisahkan. Di dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW berkata, maka mata saya melihat, telinga saya mendengar, dan hati saya berpikir.“ (HR. Ad Dzarimi). Jadi antara hati dan akal sama-sama bekerja dalam berpikir.
Ketauhidan adalah
kecenderungan hati dan akal untuk menjadikan Allah satu-satunya Tuhan yang ditaati.
Ada tuhan-tuhan yang selalu menggangu hati dan akal untuk mengganggu
ketauhidan, yaitu alam dengan syihir, dan manusia dengan bisikan.
Pertama, “katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh (Al Falaq, 113:1).
Allah mengisyaratkan bahwa “subuh” adalah alam yang senantiasa mengganggu ketauhidan
manusia kepada Allah. Refresentasi alam adalah segala hal yang bersifat materi.
Manusia hidupnya sangat terikat dengan materi. Prilaku manusia tanpa disadari banyak
dikendalikan oleh keadaan materi. Subuh, siang, malam, gelap, terang, panas,
dingin, lapang, sempit, lapar, haus, memengaruhi setiap tindakan manusia. Ketauhidan manusia kepada Tuhannya, tidak
boleh menyimpang karena kondisi alam. Manusia harus tetap menyembah Tuhan Esa
dalam kondisi sempit dan lapang itulah ketauhidan. Menyembah patung, pohon,
batu, hewan, adalah keterjebakkan manusia karena alam materi.
“dan dari
kejahatan wanita-wanita tukang sihir yang menghembus pada buhul-buhul,” (Al
Falaq, 113:4). Sihir adalah dunia ghaib yang
bertentangan dengan ajaran Tuhan. Sihir adalah ilmu pemikiran manusia yang
ghaib yang tidak memiliki dasar penjelasan dari kitab suci. Ilmu sihir
merupakan spekulasi manusia terhadap kejadian dengan bukti empiris. Banyak
manusia meyakini ilmu sihir, ilmu buatan manusia di alam untuk mencapai
tujuan-tujuan hidup di dunia. Orang-orang ini cenderung dikendalikan oleh alam
dan ilmu buatannya. Alam dan ilmu buatannya
menjelma menjadi Tuhan yang ditaatinya. Penampakkan-penampakkan adalah fenomena
alam yang bisa mengganggu ketauhidan.
Kedua, “Katakanlah:
"Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.”
Allah mengisyaratkan bahwa manusia adalah pengganggu ketauidan manusia dalam
menyembah Tuhan. Manusia-manusia pengganggu ketauhidan adalah manusia seperti
Fir’aun, manusia egois, berkecukupan, berkedudukan, dihormati, dan ditakuti Manusia Fir’aun sangat mendominasi kehidupan manusia,
dan menjelma memaksa menjadi tuhan manusia yang ditaati.
“dari kejahatan
(bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi,” (An
Naas, 114:4). Selain wujud manusianya, pemikiran, ideologi,
gagasan, yang diciptakan manusia dapat menjadi tuhan yang ditaati manusia.
Berbagai pemikiran manusia dipelajari dan dijadikan pedoman dalam hidup
manusia.
Jadi dua hal yang dapat
menggangu ketahuidan manusia adalah alam dengan sihirnya dan manusia dengan pemikirannya.
Manusia kadang hidup di luar kesadarannya, yaitu ketika melakukan sesuatu tanpa
ingat kepada Tuhannya. Manusia-manusia bertahuid adalah manusia yang punya kesadaran
bahwa setiap tindakannya selalu di atas takdir Tuhan, atau manusia yang sadar setiap
tindakannya di atas perintah Tuhan. Manusia-manusia yang tidak bertahuid kepada
Tuhan adalah manusia yang segala tindakannya dikendalikan karena merespon alam dan
hukumnya atau manusia dan ideologi-ideologi yang diciptakanya.
No comments:
Post a Comment