OLEH: MUHAMMAD PLATO
Tulisan
ini didedikasikan untuk kawan-kawan seperjuangan di tempat kerja dimanapun berada.
Terutama di tempat-tempat yang pernah penulis tempati. Semoga kawan-kawan sukses
selalu lahir batin dan tulisan ini menjadi investasi yang mengalir sampai akhirat.
Jadi
apakah hidup? Hidup bersifat individual. Dalam arti lain Ego atau Aku (Khudi). Tuhan
menciptakan manusia dengan rupa-Nya. Tuhan menciptakan manusia sebagai individu,
dan individu-individu yang baik mereka yang menyerap sifat-sifat Tuhannya. Semakin
jauh dia dari Tuhan, semakin kurang individualitasnya. Orang yang paling dekat
dengan Tuhan adalah pribadi yang paling sempurna. Tetapi bukan dia diserap ke
dalam Tuhan, sebaliknya dia menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam dirinya. (Prawiranegara,
1977, hlm. 330)
Hidup
adalah penciptaan yang tiada henti dari keinginan dan cita-cita manusia dengan
indera dan akalnya. Penghalang-penghalang paling besar dalam proses hidup
adalah benda atau alam (materi). Alam bukan merupakan sesuatu yang jahat, sebab
alam membantu mengembangkan kekuatan-kekuatan akal dan batin pribadi manusia.
(Prawiranegara, 1977, hlm. 33).
Kemerdekaan
manusia sebagai individu adalah pembebasan diri manusia dari keterikatan pada materi.
Manusia merdeka adalah manusia individu yang tidak tergantung pada materi.
Kemerdekaan individu dibangun oleh kemampuan bertahan hidup dalam penderitaan, kesedihan,
kesengsaraan, kesabaran, kerja keras, kreativitas, dan optimisme yang dibangun dengan
menggantungkan harapan hidup sejahtera dari Tuhannya. Kelemahan manusia terjadi
jika harapan-harapan kepada Tuhannya menghilang.
Manusia
Pribadi (Aku) mencapai kebebasan dengan menyerap segala perintang dalam
perjalanannya. Dia, Aku adalah pada satu pihak bebas, pada pihak lain terikat
dan mencapai kebebasan yang lebih besar dengan mendekati Pribadi yang paling
bebas, yaitu Tuhan. Hidup adalah untuk mencapai kebebasan yaitu menggantungkan diri
sepenuhnya kepada Tuhan. (Prawiranegara, 1977, hlm. 33).
Cinta adalah energi yang bisa memperkuat
individu untuk hidup merdeka. Cinta adalah ketaatan dan ketergantungan pada
Tuhan. Syafruddin Prawiranegara (1977, hlm. 35) menjelaskan, cinta adalah hasrat
untuk menyerap sifat-sifat Tuhan ke dalam pribadi manusia. Minta-minta
melemahkan kekuatan pribadi. Segala sesuatu yang tercapai tanpa usaha (positif)
termasuk minta-minta. Anak seorang hartawan yang mewarisi kekayaan bapaknya,
adalah seorang ‘pengemis’. Demikian juga orang yang tidak berpikir sendiri
tetapi taklid pada pendapat orang lain dia pengemis. Untuk memperkuat kepribadian
kita harus memelihara cinta yaitu kekuatan untuk menyerap sifat-sifat Tuhan dan
menghindari segala macam minta-minta, yaitu “in-action” hidup tanpa amal.
Mengutif
pendapat Muhammad Iqbal, untuk memperkuat kepribadian harus melalui beberapa
phase atau tingkat yaitu taat kepada hukum (Allah), menguasai diri, dan menjadi
khalifah Allah. Khalifah adalah pribadi sempurna secara fisik dan spiritual
serta memiliki tujuan kemanusiaan. Pada dirinya pertentangan batiniah telah
berakhir menjadi harmoni. Kemampuan yang ada pada dirinya dibangun dengan
pengetahuan yang setinggi-tingginya. Dia adalah penguasa yang sebenarnya dari
umat manusia, kerajaannya adalah kerajaan Allah di bumi ini.
Khalifah
adalah orang-orang sebagaimana dijelaskan di dalam Al Qur’an. “Orang-orang
yang beriman dan berhijrah serta berjihad di jalan Allah dengan harta benda dan
diri mereka, adalah lebih tinggi derajatnya di sisi Allah; dan itulah
orang-orang yang mendapat kemenangan.” (At-Taubah, 9:20).
Musuh-musuh
besar yang membuat manusia lemah bersemayam dalam tubuh manusia itu sendiri. Musuhnya
adalah kejahilan (kebodohan) dan takhayul. Satu-satunya jalan untuk melawan
musuh-musuh ini hanyalah pendidikan, mengajarkan, mengingatkan, dengan penuh
kesabaran.
Syafruddin
Prawiranegara menarik kesimpulan untuk mewujudkan kehidupan yang sejahtera di
dunia jangan sekali-kali menggunakan kekerasan. Piring yang kotor tidak dapat
dibersihkan dengan memecahkannya. Tiap-tiap penggunaan kekerasan dari satu
golongan terhadap golongan lain akan memecahkan bangsa dan memecahkan negara. Hanya
cinta kepada Allah, cinta kepada sesama kaum muslimin, dan cinta kepada sesama bangsa
dapat memelihara persatuan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara.
Maka, untuk memelihara perdamaian antar bangsa-bangsa dan dalam suatu bangsa di dunia ialah dengan mencintai Allah, yang mengandung konsekuensi kita harus mencintai sesama makhluk Allah, terutama sesama manusia. Kewajiban kita masing-masing adalah melatih dan mendidik diri sebagai pribadi yang mendekati atau mirip kepada pribadi Allah swt yang kuat, bebas dan penuh rasa cinta. Pelajaran ini bukan hanya berlaku untuk kaum muslimin tetapi untuk seluruh umat manusia yang mengaku dirinya makhluk dan hamba Allah, Tuhan semesta alam. Sebagaimana dijelaskan dalam hadis Nabi saw. “Ciptakanlah pada dirimu sifat-sifat Allah (takhollaq biakhlaqillah)”. Sesungguhnya Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang.
Selamat tinggal kawan-kawan, lanjutkan perjuangan sampai ujungnya baik. Kita tetap berada di jalan sama, medan yang sama, untuk menuju tempat yang sama. Silaturahmi, kekeluargaan, dan visi yang sama akan selalu mempertemukan kita di tempat tertinggi surganya Allah swt. Salam optimis tanpa batas, fokus pada Allah! Wallahu’alam.
Subhanalloh, aamiin ya robbalalamin terimakasih wejangannya bapak, semoga bapak selalu sukses dunia dan akhirat
ReplyDeleteTerima kasih atas segala infirasinya semoga kami mampu melanjutkan misi bersama meraih ridho illahi tuk mencapai kebahagiaan yang hakiki tempat terindah surga illahi.Optimis tanpa batas.Allahu Akbar.
ReplyDeleteSelamat jalan semoga sukses.Aamiin
semoga lancar semuanya
ReplyDelete