OLEH: MUHAMMAD PLATO
Setelah
rapat usai, saya duduk menghampiri sosok yang sudah saya kenal pernah mencapai
puncak karir sebagai seorang abdi negara di sebuah kabupaten. Sekarang beliau
menduduki pabrik terbesar di sebuah kabupaten di Jawa Barat dengan karyawan ribuan.
Pabrik ini tidak mencetak barang, tetapi
mencetak manusia-manusia unggul sebagai pewaris bangsa di masa mendatang.
Saya
seperti reporter yang memawancara seorang tokoh fenomenal. Saya benar-benar
konsen menyimak kisah demi kisah bagaimana beliau sukses dalam meniti karir,
sekalipun beliau dari keluarga petani biasa.
Kisahnya
dimulai sejak beliau kuliah di salah satu universitas swasta di Bandung. Sejak
kuliah jiwa entrepreneurnya sudah tertempa. Dengan modal dua jongko di pasar
dari modal orang tua, beliau memulai karir bisnisnya dengan berjualan beras di
pasar. Pekerjaannya bisnisnya dilakukan berbarengan dengan masa studinya di
universitas. Aktivitas sehari-harinya berbeda dengan mahasiswa-mahasiswa
lainnya. Sejak jam 02 dini hari aktivitas bisnisnya di pasar sudah dimulai
sampai tutup jam 07 pagi. Setelah itu beliau tidak pernah istirahat. Setelah jongkonya
tutup aktivitasnya dilanjutkan dengan kuliah. Demikian hari demi hari
dilaluinya dengan tekun.
Ide
bisnis beras berawal dari hasil panen orang tuanya yang melimpah. Naluri
bisnisnya jalan dengan niat memasarkan hasil panen milik orang tuanya. Aktivitas
bisnisnya di masa kuliah berkembang pesat dan beliau berhasil menjadi mahasiswa
mandiri dan membiayai kuliahnya sendiri. Bahkan dari hasil aktivitas bisnisnya
beliau berhasilkan membiayai dua kakaknya sampai lulus menjadi sarjana.
Ketika
lulus kuliah ijazahnya digunakan untuk daftar menjadi seorang abdi negara.
Beliau berhasil lolos dan ditempatkan di lembaga pemerintah daerah penghasil Tauco.
Ketika menjadi abdi negara tentu saja kehidupannya sudah mapan karena hasil
dari aktivitas bisnisnya. Ketika pegawai-pegawai lain masih menggunakan roda
dua, beliau sudah menggunakan mobil sedan mewah dengan harga yang jarang
terjangkau oleh seorang abdi negara.
Rahasia
suksesnya kemudian beliau ungkap dengan filosofi sederhana yaitu logika tukang
photo. Rupanya filosofi ini mengandung ajaran tinggi karena menggambarkan
sebuah pola logika yang tidak bisa dipahami oleh ilmu matematika di sekolah. Beliau
katakan logika tukang photo ini seperti logika Tuhan. Tukang photo tidak pernah
berhasil menjawab perkalian seperti matematika biasa. Bagi tukang photo 2 x 4 =
8, 10, 12, 24, dst. Melalui logika tukang photo ini beliau ingin menjelaskan
bahwa rezeki datang dari Allah tidak disangka-sangka.
Rezeki dari Allah layaknya umpama logika tukang photo, datang tidak disangka, tidak
masuk akal rasional empiris, karena semuanya berada atas kehendak Allah Yang Maha
Kuasa.
Rezeki
seperti logika tukang photo sebagai mana Allah kabarkan kepada manusia bahwa
rezeki itu datang tidak disangka-sangka, acak, tidak tentu, dan bisa datang
dari arah mana saja. Rezeki dari Allah datang dengan perkalian dan berlipat
ganda dengan sekehendak-Nya. “…Barang siapa yang bertakwa kepada Allah
niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan memberinya rezeki
dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barang siapa yang bertawakal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya Allah
melaksanakan urusan (yang dikehendaki) Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan
ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (At Thalaaq, 65:2-3).
Rezeki
itu ghaib seperti logika tukang photo, yaitu datang tidak disangka-sangka
diluar ekspetasi pikiran manusia. Filosofi logika tukang photo ternyata
menjelaskan sebuah ayat Al-Qur’an bahwa Allah mendatangkan rezeki datang tidak
disangka-sangka, ghaib dan diluar jangkauan nalar manusia biasa.
Untuk
mendapatkan rezeki dari Allah tentu saja cara-caranya berbeda dengan
hitung-hitungan material manusia. Jika rezeki itu sifatya ghaib maka cara-cara
mendapatkannya pun harus dengan cara-cara ghaib yang diajarkan Allah. Cara-cara
ghaib yang dimaksud bukan dengan cara-cara syirik tapi dengan bekerja keras di
jalan Allah (takwa), dan bertahan hidup di atas aturan yang telah ditetapkan
oleh Allah (tawakal).
No comments:
Post a Comment