OLEH: MUHAMMAD PLATO
“Manusia
hanya bisa berecana dan Allah yang menentukan”. Sepertinya kalimat ini benar,
padahal jika kita kaji dengan ilmu tauhid kalimat ini mengandung kesyirikan. Jika
manusia bisa berencana dan Allah yang menentukan, berarti ada dua kekuasaan
yaitu manusia dan Allah. Manusia perencana dan Allah penentu. Kalimat ini telah
menduakan Allah dan menjadikan manusia berkuasa sebagai perencana.
Semua
gerak gerik manusia ada di bawah kendali Allah. Berencana atau tidak dalam
menentukan hidup manusia di dunia, semua di atas kehendak Allah. “dan yang
menentukan kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk, (Al A’laa, 87:3).
Seluruh
kejadian yang terjadi dalam hidup manusia berada di atas kehendak Allah. Direncanakan
atau tidak direncanakan, terpaksa atau dengan sengaja, diketahui atau tidak, semua
kejadian pada diri manusia berada di atas kehendak Allah. “kecuali kalau
Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan yang
tersembunyi.” (Al A’laa, 87:7).
Nabi
Muhammad saw mengajari, dalam kondisi sempit maupun lapang,
bersihkanlah diri dari dosa dengan ingat Allah dan shalat. “Sesungguhnya
beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman), dan dia ingat nama
Tuhannya, lalu dia shalat”. (Al A’laa, 87: 14-15). Ketika dalam peperangan
kaum muslimin melakukan shalat malam, dan ketika dalam kemenangan kaum muslimin
melakukan shalat malam.
Kemenangan
tidak berarti kita bebas dari dosa, kekalahan tidak berarti kita penuh degan
dosa. Kelapangan tidak berarti kita dimuliakan dan kesempitan tidak berarti kita
dihinakan. Dihadapan Allah kelapangan maupun kesempitan dinilai bukan dari kejadiannya, tetapi Allah menilai manusia, dari akhlak manusia ketika bersikap terhadap kejadian.
Prangsaka
buruk pada setiap kejadian membuat manusia menjauhi Allah. Prasangka buruk
terhadap kejadian membuat manusia menjadi penghuni neraka. Bukankah setiap
kabar berita dari Allah adalah kabar baik? Jika kita percaya bahwa setiap
kejadian adalah kabar dari Allah, mengapa kita tergoda untuk berprasangka
buruk?
Hidup
ini semua skenario Allah, tidak ada kekuatan yang bisa merencanakan, mengatur,
dan menentukan hidup manusia kecuali atas kehendak Allah. Jika manusia beriman
kepada takdir Allah maka apakah ada satu kejadian yang luput dari takdir Allah?
Berprasangka bahwa kejadian-kejadian di muka bumi ini terjadi karena skenario
manusia sama dengan kita tidak percaya kepada Allah yang maha mengatur segala
kejadian.
Jika
kita beriman bahwa segala takdir Allah untuk kebaikan, maka tidak akan ada satupun kejadian yang dikhawatrikan terjadi
pada diri manusia, kecuali kematian dalam kekafiran. Apapun kejadian yang
terjadi menimpa manusia, asal tidak menyebabkan manusia berprasangka buruk dan
kafir kepada Allah, semua kejadian biasa-biasa saja. Seburuk-buruknya kejadian
bukan karena terasa sempit atau lapang tetapi karena kafir atau beriman. Barang siapa
beriman karena kesempitan dan kelapangan maka dialah orang-orang yang dicintai
Allah. Barang siapa kafir karena kesempitan dan kelapangan maka dialah
orang-orang yang akan mendapat kesulitan di dunia dan akhirat.
Hidup
ini semua skenario Allah. Masihkah kita akan terus berprasangka buruk pada Allah?
Sesungguhnya prasangka buruklah yang membuat hati dan pikiran kita terasa
sempit. Prasangka buruk pada kejadian adalah bagian dari kekafiran manusia kepada
Allah yang tidak pernah dirasakan dan dilakukan hampir setiap saat.
Hidup
ini semua skenario Allah! Ada manusia hidup dalam skenario menentang Allah dan
ada manusia yang hidup dalam skenario dicintai Allah. Hati dan pikiran manusia
yang hidup akan cenderung pada skenario hidup yang dicintai Allah. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment