OLEH: MUHMMAD
PLATO
(Master Trainer logika Tuhan)
(Master Trainer logika Tuhan)
Prof. Moshe Sharon dari Hebrew University of Jerusalem
mengatakan dalam sebuah tayangan di media sosial bahwa, “keseluruhan sejarah
adalah sejarah Islam. Tokoh-tokoh besar terkemuka adalah muslim”. Sejarah Islam
adalah tentang ketauhidan manusia kepada satu Tuhan. Karen Amstrong (2013, 27)
menjelaskan pada mulanya manusia meyakini satu Tuhan penyebab pertama bagi segala
sesuatu dan penguasa langit dan bumi. Perlahan-lahan dia memudar dari kesadaran
umatnya. Pada akhirnya menghilang dari keadaran manusia.
Sejak manusia lahir ke bumi, kisah manusia diawali dengan perjuangan
manusia dalam mempertahankan keyakinannya kepada satu Tuhan. Alam kadang jadi tuhan-tuhan
selain Allah yang selalu menampakkan diri dalam berbagai macam cara. Nabi-nabi
utusan dari Tuhan ditugaskan untuk mengembalikan keyakinan manusia kepada satu
Tuhan. Setelah Nabi meninggal manusia kembali menyembah selain tuhan yang hadir
dalam persepsi manusia berwujud manusia, benda, dan kekuatan alam.
Peperangan terjadi dilandasi oleh kebencian karena perbedaan
persepsi tentang Tuhan. Para penyembah tuhan selain Tuhan selalu bernafsu
mengalahkan para penyembah satu Tuhan Ghaib yang jumlahnya selalu lebih sedikit
dari pada penyembah selain Tuhan. Para penyembah selain Tuhan pada akhirnya
selalu berhasil dikelahkan oleh para penyembah Satu Tuhan Ghaib sekalipun
jumlahnya sedikit.
Tergelincirnya Adam pada perbuatan dosa karena hadirnya tuhan
selain Tuhan dalam persepsi Adam. Adam telah menuhankan hawa nafsunya hingga
melanggar larangan Tuhan. Pertumpahan darah pertama di antara anak Adam terjadi
karena hadirnya tuhan selain Tuhan pada salah satu anak Adam. Sejak saat itu pertempuran demi pertempuran
antar sesama manusia tidak lepas dari ketaatan manusia pada selain Tuhan. Dalam
catatan sejarah tuhan selain Tuhan hadir dalam nafsu, ego, dan super ego
manusia.
Sejarah manusia di muka bumi secara garis besar terbagi
menjadi dua, pertama;
kisah tentang pemimpin dzalim yang dikisahkan dalam sistem pemerintahan absolut.
Sistem pemerintahan ini ditandai dengan kekuasan absolut seorang pemimpin yang
mentakdirkan dirinya sebagai tuhan. Kejadian ini lazim terjadi dalam sistem
pemerintahan kerajaan, kekaisaran, militeristik, chauvinistik dan feodal. Kekuasan pemimpin yang terlalu dominan
menggiring para pemimpin menjadi penguasa mutlak seperti Tuhan dan bahkan
mengukuhkan diri seperti Tuhan. Inilah yang diberitakan Allah sebagai pemipin-pemimpin
melampaui batas dan pembuat kerusakan.
Sejarah para pemimpin tidak lepas dari kedzaliman para
pemimpin yang merasa dirinya tuhan. Fir’aun Ramses II dikisahkan sebagai contoh
pemimpin berlebihan karena telah menjadikan dirinya seperti Tuhan. Kebijakannya
merusak tatanan kehidupan manusia dengan membunuh setiap bayi laki-laki yang
lahir. Hukum dan keadilan dikendalikan di bawah kekuasaannya. Tuhan YME diganti
dengan menjadikan dirinya sebagai tuhan yang harus disembah. Masyarakat tidak
berdaya atas kekuasaan para penguasa dzalim.
“Fir'aun berkata: "Sungguh jika kamu menyembah Tuhan
selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang
dipenjarakan". (As Syu’araaa, 26:29)
“Berkatalah pembesar-pembesar dari kaum Fir'aun (kepada
Fir'aun): "Apakah kamu membiarkan Musa dan kaumnya untuk membuat kerusakan
di negeri ini (Mesir) dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Fir'aun
menjawab: "Akan kita bunuh anak-anak lelaki mereka dan kita biarkan hidup
perempuan-perempuan mereka dan sesungguhnya kita berkuasa penuh di atas mereka".
(Al ‘Araaf, 7:127)
Kisah sejarah Fir’aun adalah sepenggal kisah tentang
kedzaliman-kedzaliman para pemimpin di muka bumi dan akan selalu terjadi. Tidak
ada sistem pemerintahan yang paling baik apapaun namanya di muka bumi ini. Tujuan
dari kepemimpinan adalah menjaga kehidupan masyarakat tetap berkeyakinan kepada
Tuhan Ghaib dan merasakan hidup sejahtera dengan taat kepada Tuhan.
Kisah sejarah kedua, tentang kisah masyarakat dzalim. Kehancuran masyarakat dalam
sebuah bangsa disebabkan oleh penyimpangan sosial yang dilakukan masyarakat dan
bertentangan dengan aturan-aturan dari Tuhan YME. Kedzaliman dilakukan oleh
masyarakat bukan oleh pemimpin. Kedzaliman memasyarakat di mana-aman dan
menjadi ciri khas sebuah bangsa atau negara. Masyarakat dikuasai oleh
tuhan-tuhan yaitu hawa (keinginan) dan nafsunya (naluri) yang terus berusaha mencari
kesenangan dunia menurut aturan yang ditetapkan oleh keinginan dan nalurinya.
Kisah ini dijelaskan di sebuah negeri dan dikisahkan di dalam
Al-Qur’an. “Dan tatkala utusan Kami (para malaikat) datang kepada Ibrahim
membawa kabar gembira, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami akan
menghancurkan penduduk (Sodom) ini, sesungguhnya penduduknya adalah orang-orang
yang dzalim". (Al ‘Ankabuut, 31)
Pemimpin tidak berdaya karena penyimpangan sosial seperti menjadi
budaya masyarakat. Kekuasaan dikendalikan oleh rakyat yang memiliki kekuatan
dan kekayaan melebihi kekuatan negara. Kondisi ini bisa kita saksikan di
negeri-negeri yang rakyatnya diberi kebebasan dan kebebasan itu diatur oleh undang-undang.
Negara menjadi tidak memiliki kekuatan untuk mengontrol dan menghakimi
rakyatnya. Kondisi ini terjadi pada pemerintahan yang menganut demokrasi liberal,
demokrasi konstitusi yang menjamin kebebasan rakyat berdasar undang-undang
namun lemah dalam penegakkan.
“dan Kami telah mendatangkan kepada mereka tanda-tanda
(kekuasaan) Kami, tetapi mereka selalu berpaling daripadanya, dan mereka
memahat rumah-rumah dari gunung-gunung batu (yang didiami) dengan aman. Maka
mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur di waktu pagi,”. (Al hijr,
15:81-83).
Nabi-nabi diutus Tuhan kadang untuk memeringatkan pemimpin
yang dzalim kadang untuk memperingatkan masyarakat yang dzalim. Kondisi kita di
bumi saat ini mungkin saja sedang berada pada masyarakat dzalim. Para penguasa
tidak lagi mengontrol dan mengendalikan masyarakat, tetapi masyarakat lebih dominan
mengontrol para penguasa. Terjadilan kedzaliman di mana mana baik level
penguasa maupun masyarakat.
Para pendidik adalah penerus para utusan untuk
menyampaikan kebenaran demi kebenaran. Pelajaran sejarah bukan ilmu tentang
cerita yang disusun berdasar fakta-fakta sejarah belaka, tetapi pelajaran yang
harus jadi pedoman masyarakat untuk tetap taat dan patuh kepada Tuhan Yang
Satu, Tuhan maha pengasih penyayang, yang mencintai manusia, dan yang mensejahterakan
manusia. Semua mata pelajaran tema besarnya adalah tentang kekuasaan Tuhan YME.
Tugas semua pendidik adalah mengajarkan keykinan kepada tuhan YME, lebih khusus
mata pelajaran sejarah. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment