OLEH: Muhammad Plato
Pancasila
adalah karya budaya luhur bangsa Indnonesia. Pancasila adalah ideologi negara
yang bisa mempersatukan bukan saja negara tapi dunia. Pancasila memiliki semua
cita-cita yang ada di dalam setiap ideologi negara. Liberalisme, komunisme, dan
khilafah memiliki kekurangan.
“Seperti kita
ketahui, ideologi besar yang berpengaruh di dunia saat ini diwakili oleh
negara super power yaitu, China mewakili ideologi komunis, dan
Amerika Serikat mewakili ideologi liberal. Menurut Ahmad
Basara (2017) dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Cianjur Jawa Barat,
ideologi-ideologi yang ditaiwarkan di dunia masih memiliki kekurangan. Ideologi
liberal dia tidak punya keadilan sosial, komunis tidak punya Tuhan, dan
khilafah yang kemudian muncul tidak punya persatuan.(https://www.logika-tuhan.com/2017/12/dunia-akan-dipersatukan-oleh-cia.html).
Pancasila lahir dari sebuah
pergerakan yang melibatkan agama di dalamnya. Menurut Emerson (1960) dalam
pengalaman Eropa, munculnya nasionalisme berbarengan dengan pudarnya agama.
Namun, dibagian dunia lain, seperti Asia, ketika nasionalisme bergerak dan
menyelimuti daerah-daerah ini isu agama juga bergerak maju. Indonesia mengalami
fenomena yang emerson katakan. K.H. Agus Salim mengkritik keras nasionalisme
Eropa yang menyingkirkan Tuhan. Menurut Beliau nasionalisme harus berangkat
dari nalar religius. Demikian juga, Sukarno dan Soepomo mereka sepakat bahwa
nasionalisme Indonesia harus berlandaskan pada spirit ketuhanan. (Arifin, 2017:217-219).
Sila-sila dalam Pancasila
memiliki cita-cita paripurna yang diinginkan oleh umat manusia di dunia.
Ketuhanan Yang Maha Esa, keadilan sosial, persatuan, damai dalam musyawarah
mufakat, dan keadilan sosial, menjadi inti-inti dari tujuan hidup manusia.
Keunggulan Pancasila dari ideologi lain adalah keberpihakkan ideologi negara ini
terhadap Ketuhanan Yang Maha Esa. Sekalipun kita hidup dalam dunia teknologi
tetapi kita tidak akan bisa mengalahkan kekuasaan Tuhan. Dunia telah diatur oleh
ketentuan Tuhan, sungguh congkak manusia yang eksistensinya tidak sebutir debu
di padang pasir jika ingin mengatur tatanan hidup bernegara di dunia tanpa melibatkan Tuhan.
Sekalipun negara dilandasi
keyakinan kepada Tuhan, ideologi Pancasila tidak menjadikan agama sebagai alat
untuk mengekspolitasi kekuasaan untuk kepentingan golongan atau bangsa, tetapi
untuk kepentingan umat manusia. Agama memiliki tujuan universal yaitu
menciptakan rasa damai dan kesejahteraan umat manusia dan tidak bisa direduksi
hanya untuk kepentingan suatu negara.
Islam bukan agama
diskriminatif. Islam adalah agama kemanusiaan bersifat universal. Sebagaimana
gagasan Sukarno (Arifin, 2017: 33) spirit Islam adalah internasionalisme karena
Islam menaungi seluruh negara di bawah ketuhanan Allah swt. Salah satu bukti ajaran
universal Islam dijelaskan Sukarno dengan mengutif ayat Surat Al Hujurat
(49:13) dalam sidang PBB 30 September 1960, “Hai manusia, sesungguhnya Kami
menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan
kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang
yang paling bertakwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Mengenal.”
Pancasila menjadi simbol betapa
kuatnya spirit ketuhanan yang menapasi seluruh dimensi kebangsaan Indonesia.
Pancasila lahir dari hasil berpikir ilmiah-filosofis yang menunjukkan adanya
kesatuan sistem pemikiran. Founding fathers Pancasila adalah para philosopher
king berkelas dunia. (Arifin, 2017:221). Ulama-ulama pencetus Pancasila
adalah kelompok pembuka Ijtihad. Sukarno (2009:41) berpendapat, “ajaran pokok
agama tidak berubah, firman Allah dan sunah Nabi tidak berubah, tetapi pengertian
manusia tentang hal keberagamaanlah yang berubah. Inilah yang pada hakekatnya adalah
ijtihad”. Sukarno sangat ingin menjadikan ajaran Islam dikenal oleh dunia dengan
pendekatan pengetahuan umum agar membawa kemajuan dalam berperadaban.
Pancasila adalah ideologi kelas
dunia yang lahir dari spirit ketuhanan, inspirasinya dari ajaran Islam yang
universal. Maka dari itu, Pancasila dengan sila satu sampai lima, merupakan
manipestasi ajaran agama yang bisa diterima oleh bangsa Indonesia dan dunia
yang beraneka ragam budaya dan agama. Sudah saatnya bangsa Indonesia berbicara di
kelas internasional untuk memengaruhi pola pikir dunia dalam bernegara dengan
memperkenalkan ideologi Pancasila sebagai dasar nasionalisme religius.
Dalam perjalanan sejarahnya,
ideologi Pancasila sudah dua kali mendapat ujian terpaan badai topan yang sangat
dahsyat dari Tuhan yaitu ketika tragedi tahun 1965 dan 1998. Pada saat itu tatanan
bangsa Indonesia hampir runtuh, namun atas kesadaran nasionalisme religius berdasar
sila Ketuhanan Yang Maha Esa, bangsa Indonesia mampu bertahan dan bisa keluar
dari terpaan badai. Untuk ketigakalinya tahun 2020 sekarang ideologi Pancasil
mendapat ujian berat dari Tuhan. Sebagai bangsa nasional religius Berketuhanan
Yang Maha Esa, bangsa Indonesia selalu optimis atas pertolongan Tuhan YME, kita bersama akan berhasil keluar dari badai kemudian
menjemput kesejahteraan dunia dan akhirat. Indonesia di bawah Pancasila dan
ridha Allah swt dipentas dunia pasti jaya sepanjang masa. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment