Oleh: Muhammad Plato
Inspirasi
untuk menulis selalu ada, datangnya kapan saja dan tidak terduga. Ketika subuh
sehabis makan sahur sambil menunggu adzan tiba melihat video seorang perempuan
cantik membacakan ayat Al-Qur’an di media sosial. Nadanya tinggi dan lembut
mengalunkan ayat ayat dalam surah Al-Jumuah. Videonya dilengkapi dengan teks
Arab dan terjemah. Sambil menikmati lantunan merdu ayat Al-Qur’an juga membaca teks bahasa Arab
serta terjemahan. Beberapa menit kemudian terbersit dalam pikiran dan hati
mendorong untuk menulis dalam rangkaian artikel.
Dari
sudut pandang sejarah Al-Qur’an adalah fakta kehidupan dan mentalitas manusia
pada zaman dahulu yang akan terjadi hingga sekarang. Dalam surat Al-Jumuah
terkandung kisah kehidupan manusia pada zaman Nabi Muhammad. Pada saat itu ada
orang-orang yang terlena dengan perdagangannya. Mereka mengabaikan ketaatan
kepada Allah dan Rasulnya. Waktu berdagang menghabiskan seluruh kewajiban yang
seharusnya mereka sisihkan untuk beberapa saat melaksanakan perintah Allah dan
Rasulnya.
Perniagaan
telah menjadi Tuhan yang ditaatinya. Mereka takut meninggalkannya karena takut
kehilangan rezeki dari perdagangannya. Perniagaan telah melupakan ingatan
kepada Tuhannya. Seluruh pikirannya diisi dengan rezeki dari keuntungan-keuntungan
hasil dagang. Pikiran selalu berhitung untung rugi dilihat dari aktivitas
perdagangan. Waktu-demi waktu mereka gunakan dengan teliti hanya untuk berdagang.
Sedikitpun tidak ingin ada waktu yang digunakan di luar dagang. Aktivitas dagangnya
menjadi kewajiban dominan mengyingkirkan kewajiban lainnya.
Kehidupan
masyarakat sekarang tidak jauh berbeda dengan kehidupan masyarakat zaman Nabi
Muhammad saw. Seorang pedagang di pasar bercerita ketika perdagangannya menjadi
besar, aktivitas dagangnya menjadi hampir tidak terbatas. Setiap hari aktivitas
dagang sudah dimulai sejak subuh dan berakhir minimal sampai jam 11 malam. Laporan
keungan harus disusun dengan teliti agar terlihat hasil keuntungannya. Sebesar
apapun kerugian harus dipertanggungjawabkan oleh para karyawannya. Akibat ketelitiannya
yang tinggi dalam mengelola perdagangan, setiap hari waktunya habis untuk
mengelola perdagangan. Aktivitas sosial, keagamaan menjadi berkurang, setiap
hari terlalu disibukkan dengan aktivitas perdagangan. Sehari-hari hidupnya
menjadi terikat dengan mengelola perdagangan demi keuntungan besar dalam
perdagangan. Aktivitas perdagangan mengubur seluruh hidupnya.
Kisah
ini mengabarkan bagaimana perdagangan adalah permainan hidup, bisa melalaikan ketaatan
manusia kepada Allah dan rasul-Nya. Ketika Nabi Muhammad sedang berkhotbah jumat,
dikabarkan ada orang-orang yang terikat dengan perdagangan dan lebih takut meninggalkan
keuntungan dari dagang. Dia meninggalkan Allah dan Rasulnya demi meraih keuntungan
dagang.
Kemudian
Allah menjelaskan bagaimana adab yang baik menjadi seorang pedagang. Allah mengingatkan
jangan tinggalkan segala kewajiban yang telah ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Lakukan
shalat, setelah shalat barulah bertebaran dimuka bumi untuk berdagang. Dagang bukan
untuk mencari keuntungan atau memenuhi kebutuhan hidup tetapi dalam rangka melaksanakan
kebajikan agar mendapat karunia Allah. Untuk itu ingatlah ketentuan-ketentuan
Allah dalam setiap perdagangan. Dimanapun dan kapan pun berdagang berusahalah
untuk taat pada Allah. Orang-orang yang selalu taat dalam segala kondisi
merekalah sesungguhnya pedagang yang akan mendapat keberuntungan besar dari
Allah.
Allah
menegaskan sesungguhnya Allah adalah sebaik-baiknya pemberi rezeki. Siapa yang taat
pada Allah maka dia akan meninggalkan perdagangannya dan lebih memilih
perdagangan dengan ketaatan pada Allah karena menjanjikan keuntungan dalam
jumlah besar.
Allah
memerintahkan manusia untuk berdagang dengan menjamin bahwa perdagangan adalah kegiatan
halal. Allah hanya memeringatkan bahwa ada para pedagang menganggap rezekinya
dari perdagangan. Tanda-tanda orang ini, ketika ajakan shalat datang dia tidak
menunaikan shalat dan larut terus dalam aktivitas
dagang karena takut kehilangan keuntungan. Ajakan shalat sebagai seruan agar tidak meninggalkan Tuhan dalam segala
aktivitas kehidupan terabaikan.
Dalam
kehidupan masyarakat muslim shalat memiliki makna holisitik. Awam memahami
shalat sebagai kegiatan ritual ruku dan sujud. Secara holistik shalat adalah
perjalanan hidup manusia berasal dari Tuhan kembali kepada Tuhan. Setelah
ritual ruku sujud, shalat adalah aktivitas kehidupan, aktivitas dagang yang
harus berlaku jujur, tidak mengejar keuntungan materil, dan tidak menjadikan segala
kegiatan dagang sebagai tuhan pemberi rezeki.
Seluruh
pekerjaan manusia adalah aktivitas dagang. Semua manusia adalah pedagang. Mereka larut
dalam permainan dagang yaitu mencari keuntungan. Manusia bisa terjebak dalam permainan
dagang hanya untuk keuntungan material, sampai melupakan bahwa keuntungan perdagangan
adalah rezeki dari Tuhannya. Untuk itu, Allah memberi peringatan bahwa
sesungguhnya mengingat Allah dalam seluruh aktivitas kehidupan adalah
keuntungan besar. Keuntungan dalam perdagangan adalah ketika manusia bisa taat
kepada Allah dan Rasul-Nya bukan materialnya. Ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya
dalam seluruh aktivitas perdagangan adalah sebaik-baiknya rezeki. Aktivitas
perdagangan adalah seluruh aktivitas manusia sejak awal diciptakan Tuhan sampai
kembali kepada Tuhannya. Aktivitas dagang adalah seluruh rangkaian shalat
manusia untuk menuju kembali kepada Tuhannya. Wallahu ‘alam.
No comments:
Post a Comment