OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)
(Master Trainer Logika Tuhan)
Dalam
sebuah webinar saya memberikan pernyataan, “urusan kita dengan pengetahuan dianggap
sudah selesai karena semuanya sudah tersedia di internet”. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah ketertinggalan dalam kemampuan
berpikir rasional, baik dalam beragama maupun dalam pengembangan ilmu
pengetahuan.
Secara
garis besar kemampuan berpikir rasional terbagi menjadi dua yaitu berpikir
rasional empiris dan rasional religius. Hal yang membedakan kedua pola pikir
rasional ini adalah sumber pengetahuan yang dijadikan sebagai dasar kebenaran.
Rasional empiris menggunakan pengetahuan alam sebagai dasar dalam menentukan
kebenaran. Panduan menentukan kebenaran bagi kaum rasionalis empiris
adalah penglihatan terhadap segala kejadian di alam dengan logika sebab akibat. Kelemahan
dari kaum rasionalis empiris adalah dia tidak mampu mengenal kejadian-kejadian
diluar penglihatan empiris. Untuk itulah mereka tidak mengenal surga atau
neraka. Kemampuan berpikir mereka sangat terbatas pada bidang-bidang ilmu kealamaman yang nyata.
Kelemahan selanjutnya adalah terlalu percaya diri bahwa sumber pengetahuan itu
mutlak dari alam dengan mengklaim dirinya Atheis yang sering diartikan tidak
bertuhan. Padahal hemat penulis Atheis adalah kelompok manusia yang menuhankan alam.
Sebaliknya kaum rasionalis religius adalah kelompok yang menjadikan kitab suci
sebagai sumber kebenaran. Logikanya digunakan untuk mengukuhkan keberadaan
Tuhan sebagai penyebab. Kitab suci sebagai firman Tuhan adalah petunjuk bagi hidup
manusia dalam mengetahui sebab-sebab kejadian. Kelemahan kaum rasional religius adalah terlalu fokus menjelaskan kehidupan-kehidupan
ghaib setelah kematian dalam bentuk balasan-balasan atas perbuatan baik dan buruk kepada manusia. Sementara langkah-langkah spesifik di dunia nyata agar tidak terjerumus pada
jalan buruk kurang begitu dikuasai dan cenderung terabaikan. Kaum rasionalis
religius tidak begitu siap menciptakan kenikmatan hidup surga di dunia.
Mereka lebih cenderung melarikan diri dari dunia sekalipun tidak bisa, dan pada
akhirnya terjadi kontradiksi. Cita-citanya masuk surga tidak tercermin dalam
kehidupan dunia padahal segala apa yang terjadi di akhirat tergantung pada apa
yang dikerjakan di dunia. Cita-citanya yang baik di masa depan (akhirat) tidak
sesuai dengan upaya yang dilakukannya sekarang. Terjadi kerancuan (tahafut) dalam
berlogika pada masyarakat rasional religius.
Ibn
Rusyd menganjurkan kepada anak-anak sekolah untuk diajarkan ilmu logika. Al-Ghazali
bukan tokoh penentang logika seperti yang digembor-gemborkan. Ibn Rusyd dan Al
Ghazali adalah dua tokoh yang memiliki perbedaan pandangan dalam filsafat. Keduanya
memiliki persamaan yaitu menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber pengetahuan dalam
berlogika. Sudah jelas kedua tokoh ini adalah filsuf muslim yang sama-sama
berpengaruh. Ibn Rusyd berpengaruh di Barat dan Al-Ghazali berpengaruh di Timur.
Di Barat rasionalisme terseret ke arah empiris, dan di Timur rasionalisme
terseret ke arah mistis atau ghaib. Barat dan Timur kemudian berkembang menjadi
dua kekuatan antagonis. Sampai ada pemeo mengatakan, “east is east, west is
west both never seen”.
Perebdaan
Barat dan Timur sebenarnya bukan pada kemampuan berlogika, tetapi pada pengetahuan
yang digunakan dalam berlogika. Barat
menggunakan pengetahuan empiris, dan timur menggunakan pengetahuan kitab suci yang bercampur mitos. Inilah yang dimaksud Budaya ideasional yang dimaksud Sorokin,
antara budaya Barat dan Timur sama sama bejalan tetapi tidak bergandengan, dan
tidak saling melengkapi. Sorokin berharap ada satu budaya yang bisa
menggandengkan antara Barat dan Timur yaitu budaya idealistik, budaya jalan
tengah yang tidak membunuh Tuhan dan mengakui Tuhan sebagai Tuhan.
Buya
Syakur menegaskan sampai kapanpun orang yang percaya kepada adanya Tuhan tidak
akan pernah memuaskan orang yang tidak percaya Tuhan bahwa Tuhan itu ada, dan
sampai kapan pun orang yang tidak percaya Tuhan tidak akan pernah bisa
membuktikan bahwa Tuhan itu tidak ada. Perbedaan sumber pengetahuan dalam
berlogika telah memecah dunia menjadi Barat dan Timur. Sebagian besar orang Barat menjadi tidak bisa
menemuakan Tuhan, dan sebagian besar orang Timur tidak bisa mengendalikan
dunia. Sebagian besar orang Barat masuk neraka karena tidak percaya Tuhan, dan sebagian
besar orang Timur masuk neraka karena tidak bisa hidup seperti yang diperintahkan
Tuhan.
Jika
sudah begini kita tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Manusia berakal akan
terus berpikir dan menginsyafi kesalahan. Barat dan Timur sama-sama berlogika,
yang membedakan adalah sumber pengetahuan. Logika Barat gagal menemukan Tuhan
dan logika Timur gagal mengelola alam. Timur dan Barat harus bersatu untuk
menyelamatkan manusia dari kebinasaan setelah kematian. Fritjop Capra merasa terpanggil
untuk mendekatkan ilmu pengetahuan dengan agama atau kepercayaan. Jika saling
menghargai kerjasama Barat dan Timur akan jadi keseimbangan. Kerjasama Timur
dan Barat ditandai damainya Ibn Rusyd dan Al-Ghazali. Kedua pemikir ini harus
menyadari bahwa kebenaran milik Allah, dan dunia bukan entitas terpisah-pisah
tapi satu kesatuan yang saling membutuhkan sebagai sebuah sistem. Pemikiran Fritjop
Capra dapat menjadi penghubung antara Barat dan Timur, antara Ibn Rusyd dan Al Ghazali.
Jangan lagi mengklaim kebenaran dan menyangka orang lain salah. Jangan lagi
memisah-misah Barat dan Timur kita hidup satu bumi yang saling membutuhkan.
Dunia
ini rusak karena ada orang yang menghembus-hembuskan keburukan ke dalam pikiran
hingga jadi kecenderungan hati seseorang dan menjadi karakter. Orang-orang yang
berkarakter buruk harus dibatasi ruang geraknya, dan orang-orang yang
berkarakter baik harus diperluas ruang geraknya. Tugas bersama Barat dan Timur
adalah membatasi ruang gerak orang-orang yang berkarakter buruk. Semua hidup
manusia hanya penantian dan antrian menunggu kematian. Bukan kemenangan,
kedudukan, kesejahteraan dunia yang kita fokuskan, tapi upaya manusia dalam
memerjuangkan kebaikan. Kalah dan menang bukan ukuran keberhasilan, karena
Tuhan hanya memperhatikan cara hidup manusia yang harus tetap dijalan
kebenaran. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment