OLEH: MUHAMMAD PLATO
(Master Trainer Logika Tuhan)
(Master Trainer Logika Tuhan)
Menarik
kalimat yang disampaikan oleh Koh Steven, “dakwahkan Islam dengan bahasa Qur’an,
bukan dengan ayat Al-Qura’annya”. Jangan salah tafsir, pernyataan Koh Steven ini
bagian dari startegi dakwah. Saya akan membantu menjelaskan apa yang dimaksud
dengan bahasa Qur’an seperti yang dijelaskan Koh Steven.
Umat
Islam percaya bahwa Al-Qur’an adalah kitab suci, tapi sadarkah bahwa banyak
orang di luar sana mereka tidak percaya dan mengolok-ngolok Al-Qur’an. Kata Koh
Steven untuk mendakwahkan Qur’an jangan pakai Al-Qur’an langsung, tapi harus
menggunakan bahasa Al-Qur’an. Jika dakwah dengan langsung membacakan Al-Qur’an
maka yang tidak percaya Al-Qur’an akan mengolok-olok dan melecehkan.
Saya
baru sadar dari cerita Koh Steven, di dunia luar sana Al-Qur’an dikenal sebagai
kitab yang memuat tentang cara merakit bom, petunjuk ritual paganisme, prilaku
pedofil, membunuh orang kafir, dan semua berita buruk tentang umat Islam.
Informasi negatif ini membuat mereka tidak mau membaca Al-Qur’an. Saya tersadar
bahwa informasi-informasi negatif tentang Islam adalah hambatan bagi
orang-orang untuk mengenal kebenaran dari Tuhan. Sudah saatnya mengajarkan Al-Qur’an
dengan bahasa-bahasa Al-Qur’an dalam berbagai aktivitas kehidupan.
Apa
yang dikatakan Koh Steven sangat benar sekali, jangankan orang-orang yang
tidak percaya Al-Qur’an, yang sudah percaya saja kadang mengolok-ngolok
jika ada orang bicara ayat-ayat Al-Qur’an. Mereka akan bilang so suci,
jangan bawa bawa agama, jangan sembarang mengutip Al-Qur’an, banyak syarat yang
harus dipenuhi untuk pelajari Al-Qur’an, berbagai alasan dikeluarkan untuk
merendahkan orang-orang yang banyak bicara dan mengutif Al-Qur’an. Bagitulah
tantangan besar kepada penyebar kebenaran, karena Iblis yang berkomitmen
menggelincirkan manusia tidak akan tinggal diam.
Saya
setuju dengan Koh Steven untuk mengajarkan Al-Qur’an harus mengaktualkan
Al-Qur’an dengan bahasa yang mudah dipahami, bisa disaksikan, dan dirasakan. Berikut
adalah contoh membahasakan Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Koh Steven
ketika mendapat kekerasan dari seseorang hingga giginya rontok dan rahangnya
bergeser, dia tidak memperkarakan ke pihak berwajib dan menganggap masalah selesai. Itulah bahasa Al-Qur’an dalam prilaku sosial. Prilaku yang dilakukan
Koh Steven seperti Nabi Muhammad yang tidak membalas olokan dengan olokan,
tetapi dengan mendoakan.
Bahasa
Qur’an lainnya yang dilakukan oleh Koh Steven adalah ketika
membagikan 500.000 paket sembako saat pandemi virus corona dari uang pribadinya.
Selanjutnya membiayai petani untuk menanam bahan pangan untuk persiapan masa puncak
darurat corona. Bahasa Al-Qur’an lainnya adalah mengukuhkan diri untuk tidak
meminta-minta sekalipun untuk membantu orang lain. Bahasa Qur’an lainnya yang disampiakan
Koh Steven adalah jangan banyak bicara masalah, tapi bicaralah banyak tentang
solusi sebagai wujud rasa syukur. Hampir 80 persen orang bicara tentang masalah,
dunia jadi bermasalah. Jika saja 80 persen manusia berbicara solusi maka akan
banyak masalah diatasi.
Bahasa
Qur’an lainnya dari Koh Steven adalah menjauhkan diri dari pikiran negatif
dengan memperbanyak husnudzon. Ide-ide akan banyak seperti hujan masuk dalam
pikiran. Inilah bahasa-bahasa Qur’an yang dicontohkan oleh Koh Steven.
Intinya
dakwah dengan bahasa Qur’an adalah dengan mengaktualisasikan ajaran Qur’an
dalam bentuk pemikiran, perkataan, tindakan, kebiasaan, dan prilaku. Lebih
banyak melakukan ajaran Al-Qur’an dari pada menceramahkan. Membalas keburukan dengan kebaikan, membebaskan
kesulitan orang lain agar dibebaskan dari kesulitan oleh Tuhan, bersedekah dikala
sempit dan lapang, mengalah demi tercipta perdamaian, berbakti pada ibu bapak, memberi
makan anak-anak yatim dan pakir miskin, taat pada pemimpin, dan lain
sebagainya adalah bahasa Qur'an. Intinya berdakwah tidak terbatas pada ceramah menjelaskan dalil
tetapi harus diimbangi dengan dakwah yang membahasakan Al-Qur’an dalam kehidupan
sehari-hari. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment