OLEH: MUHAMMAD PLATO
Pertanyaan
ini mungkin sedikit aneh, karena shalat dan sedekah berlaku untuk orang-orang
beriman kepada Allah. Namun jika kita baca dan pelajari Al-Qur’an, ternyata orang-orang
kafir juga shalat dan sedekah. Apa benar? Mari kita kaji dan teliti dengan menyimak
beberapa ayat yang akan saya jelaskan di bahwah ini.
Hai
orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian,
sedang dia akan berwasiat, maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua
orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan
kamu, jika kamu dalam perjalanan di muka bumi lalu kamu ditimpa bahaya
kematian. Kamu tahan kedua saksi itu sesudah shalat (untuk bersumpah),
lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah jika kamu ragu-ragu:
"(Demi Allah) kami tidak akan menukar sumpah ini dengan harga yang sedikit
(untuk kepentingan seseorang), walaupun dia karib kerabat, dan tidak (pula)
kami menyembunyikan persaksian Allah; sesungguhnya kami kalau demikian tentulah
termasuk orang-orang yang berdosa". (Al
Maidah, 5:106).
Ayat
inilah yang melahirkan pengertian baru dari makna shalat. Ahmad Chodzim melihat
kata shalat dalam redaksi Al-Qur’an di atas sebagai komitmen, janji, atau
sumpah. Jadi makna shalat disini adalah sebuah komitmen untuk menjaga atau menepati
janji. Artinya shalat dalam kehidupan sehari-hari sama dengan berjanji dan
menepatinya. Dengan demikian orang-orang kafir pun dapat dikatakan shalat dalam
arti menjaga janji-janji yang mereka ikrarkan di dalam kehidupan sosial.
Shalat
orang-orang kafir adalah komitmen-komitmen mereka dalam menjalani kehidupan
bermasyarakat. Seperti kita saksikan budaya di dunia non muslim mereka lebih
disiplin dan sangat menghargai waktu dan suka dengan ketepatan waktu. Namun
kedisiplinan yang mereka lakukan lebih pada unttuk ketertiban dan keteraturan dalam
menjaga kehidupan di dunia yang sekuat tenaga harus mereka ciptakan sebagai
satu-satunya kehidupan manusia yang harus sangat dihargai. Bagi mereka menjaga ketertiban dan keteraturan serta menepati janji tidak ada kaitan dengan ibadah kepada Tuhan. Itulah shalat orang-orang kafir.
Selanjutnya
apakah non muslim bersedekah? Kita bisa gali informasinya dari Al-Qur’an. “Sesungguhnya orang-orang yang kafir
itu, menafkahkan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.
Mereka akan menafkahkan harta itu, kemudian menjadi sesalan bagi mereka, dan
mereka akan dikalahkan. Dan ke dalam neraka Jahanamlah orang-orang yang kafir
itu dikumpulkan,” (Al Anfaal, 8:36). Jelas orang-orang kafir juga bersedekah,
namun dijelaskan bahwa tujuan mereka untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah.
Apa
pelajarannya untuk kita? Kaum muslimin harus sadar bahwa kebaikan harus
diperjuangkan tidak datang diantar begitu saja oleh Allah. Nabi Muhammad saw
pada masa kerasulannya, Beliau berjuang dengan harta dan dengan prilakunya yang
dapat dipercaya, punya komitmen, menepati janji. Beliau terkenal dengan Al-Amin,
orang yang dapat dipercaya.
Orang-orang
beriman yang sudah ada dalam kebaikan harus memiliki karakter seperti Nabi
Muhammad saw. Beliau selain mengajarkan ritual shalat, juga mengajarkan shalat
dalam kehidupan bermasyarakat yaitu amanah, tepati janji, dan melaksanakan segala
komitmennya kepada Allah untuk tampil menjadi teladan di masyarakat. Selain itu
Nabi Muhammad saw memperjuangkan agama Islam agar tampil sejajar diakui sebagai
agama kebenaran dari Allah, mengorbankan seluruh hartanya, termasuk harta istrinya
yang dulunya saudagar kaya sampai habis digunakan untuk menyebarkan ajaran Islam.
Kesimpulannya,
jika orang-orang kafir mau mengeluarkan harta dan menepati janji-janjinya
untuk menghalang-halangi orang dari jalan Allah, maka sungguh tidak layak bagi
orang-orang yang sudah berada di jalan kebenaran tetapi tinggal diam, tidak mau
berkorban dan tidak menepati janjinya untuk taat pada aturan Allah. Perjuangan tidak
akan pernah ada akhirnya kecuali kematian. Orang kafir saja shalat dan sedekah, apa kata Allah jika orang beriman tidak shalat dan sedekah. Wallahu’alam.
No comments:
Post a Comment