OLEH: MUHAMMAD PLATO
Sahabat-sahabat sekalian
jika kita mencari-cari manusia sempurna di muka bumi ini, sampai kapan pun
sahabat-sahabat tidak akan menemukan, jika pandangan kita masih egoistik. Ketika kita berhasil menemukan manusia
sempurna maka dalam hitungan waktu, jam, bulan, dan tahun, maka kekaguman
kepada manusia itu akan hilang. Apa sebab? Karena manusia yang kita anggap sempurna pasti akan mengecewakan kita.
Kekecewaan itu akan selalu
ada jika kita menganggap manusia sempurna adalah manusia baik yang selalu
berbuat baik dan tidak pernah mengecewakan. Pada awalnya kita sangat suka dan
mencintai manusia karena dianggapnya sempurna, suatu saat mengecewakan, lalu kita berubah menjadi pembenci. Inilah pandangan egositik karena padangan kita hanya sebatas prasangka tidak bersumber pada pengetahuan yang benar.
Sepasang suami istri pada
awal pernikahannya bisa berjalan mulus tanpa cela karena masing-masing menganggap
pasangannya manusia sempurna yang diidam-idamkan dan mau sehidup semati.
Tetapi seiring waktu, rumah tangganya berakhir dengan perceraian karena ternyata manusia sempurna yang selalu baik itu tidak ada.
Dari mana awal kebencian
dan hancurnya hubungan silaturahmi kita? Semuanya berawal dari persepsi kita
yang salah tentang pengertian "manusia sempurna". Persepsi
kita yang awam selalu berprasangka bahwa manusia sempurna adalah seperti sosok
malaikat. Kebiasaan kita memandang manusia sempurna berdasar pada ukuran egois yang
kita miliki yaitu manusia yang selalu menyenangkan hati kita. Kita selalu
terjebak, menganggap manusia sempurna adalah seperti malaikat rahmat yang diutus Tuhan yang
selalu menyenangkan dan berbuat baik pada diri kita. Sekali lagi, pandangan ini sangat
egoistis, dan inilah penyebab kita selalu memandang buruk pada orang lain dan
menjadi keburukan karakter kita sendiri.
Allah Tuhan Yang Maha
Esa, telah menurunkan kitab kepada para nabi untuk membantu kita melihat
siapa sebenarnya manusia. Tuhan memberi kabar bahwa manusia adalah makhluk yang
diciptakan paling sempurna diantara makhluk yang ciptaan Tuhan. “sesungguhnya
Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya. (At tiin, 95:4).
“dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya),” (Asy Syams, 91:7). Namun kita tidak pernah menganalisisnya siapa
dan bagaimana ciri karakter manusia sempurna itu?
Manusia sempurna itu
adalah Adam. Kita adalah keturunan Adam, tapi jangan lupa bagaimana kisah Nabi Adam setelah diciptakan Allah dengan sempurna. Adam adalah manusia yang melakukan kesalahan dan
kemudian terusir dari surga atas perbuatannya.
“Maka keduanya memakan
dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah
keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam
kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (Thaahaa, 20:121).
Inilah kisah sejarah manusia
sempurna yang diciptakan Allah bernama Adam. Dia adalah manusia pembuat dosa karena telah melanggar perintah Allah. Lantas apakah setelah kejadian itu Adam menjadi manusia tidak sempurna? Kejadian ini diterangkan oleh Nabi
Muhammad saw bahwa “setiap anak Adam adalah makhuk tempatnya salah”. Dan inilah hakikat manusia sempurna yang telah diciptakan Allah.
Kesalahan kita dalam
memandang manusia sempurna adalah hanya melihat manusia dari sudut kebaikannya
saja, atau sebaliknya memandang manusia dari sudut keburukannya saja. Padahal yang
memandang atau yang dipandang sama-sama memiliki sisi buruk dan baik. Maka
siapa manusia sempurna itu? Semua manusia yang memiliki sisi buruk dan sisi baik. Pandanglah
manusia dari dua sisi ini, sehingga kita akan jadi manusia-manusia sempurna,
yang tidak pernah melihat manusia sebagai malaikat ataupun setan. Sifat manusia manusia ada diantara keduanya.
“Hai orang-orang yang
beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka
itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan
janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah
seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah
kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah
Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang.” (Al hujuraat,
49:12).
Pandanglah manusia dari
sisi-sisi baik yang dilakukannya, dan berhentilah memandang manusia dari sisi-sisi buruk yang telah dilakukannya sebagai mana kita tidak mau dipandang buruk. Jika kamu memandang terus manusia dari sisi-sisi buruk maka kebencian akan selalu ada dalam hati mu. Ajarilah anak-anak kita bagaimana cara
memandang manusia sebagaimana Allah ajarkan. Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer
Logika Tuhan)
No comments:
Post a Comment