OLEH: MUHAMMAD PLATO
Ustad Abdul Somad
mengatakan syariat ibarat sampan, hakikat ibarat laut, tarekat ibarat berenang menyelam,
makrifat ibarat Mutiara. Mengutif Al-Ghazali, makrifat adalah cahaya yang
ditembakkan Allah ke hati hamba. (youtube, 08/01/2018, diakses, 21/02/2020). Prof.
Buya Syakur berpendapat syariat itu artinya jalan besar atau aturan, tarekat adalah
jalan kecil atau etika. Hakikat dia tidak hidup lagi dengan aturan tetapi
menghormati yang punya aturan yaitu Allah. Nabi Khidir membunuh anak kecil,
tidak dlihat dari aturan tapi perintah pemilik aturan. Syariat adalah pintu
gerbang. (youtue, 15/09/2019, diakses, 22/02/2020).
Dua penejalasan ulama di
atas, belum memberikan penjelasan lengkap karena dijelaskan dalam bentuk lisan
dan terbatas. Perlu pengkajian lagi apa yang dimaksud keempat konsep yang
berkembang dalam komunitas muslim.
Dari hasil penelurusan
beberapa pendapat di internet terdapat
pengertian ke empat konsep hampir sama, salah satunya dalam situs berikut; http://syiarislam1234.blogspot.com/2013/10/pengertian-syariat-tariqat-hakikat-dan.html
SYARIAT adalah hukum dan
aturan islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. TAREKAT adalah
jalan atau metode. HAKIKAT adalah kebenaran atau yang benar-benar ada, berasal
dari kata al haq dalam arti pemilik. MAKRIFAT adalah pengetahuan yang hakiki
tentang ilahiyah.
Ditelusuri dari situs
internet lain terdapat persamaan dan sedikit perbedaan. http://satriopinayunganasrorrr.blogspot.com/2016/10/apa-itu-syariat-tarekat-hakikat-makrifat.html
pemilik situs ini berpendapat;
SYARIAT adalah hukum dan
aturan (Islam yang mengatur seluruh sendi kehidupan umat Islam. . TAREKAT
adalah jalan untuk menjadi orang taqwa. Tarekat wajib adalah amalan wajib.
Tarekat sunnah adalah amalan sunnah. HAKIKAT adalah kepercayaan sejati
(mengenai Tuhan) pekerjaan hati. Dari bahasa dan istilah hakikat artinya
kebenaran. MAKRIFAT adalah pengetahuan atau pengalaman. Makrifat adalah pandai, mengerti,
paham dan melaksanakan dengan sempurna.
Informasi situs lainnya https://www.alkhoirot.net/2015/12/tasawuf-syariat-tarekat-hakikat-dan.html#2
keempat istilah itu dijelaskan sebagai konsep konsep dalam ajaran tasawuf. Pemilik
situs ini berpendapat;
SYARIAT adalah sisi
praktis dari ibadah dan muamalah dan perkara-perkara ubudiyah. TAREKAT adalah
kesungguhan hati dan meningkatkan kualitas karakter hati. Tarekat adalah
jembatan yang menjadi perantara syariat menuju hakikat. Contoh shalat adalah
sisi fisikal dan ada sisi ruh. MAKRIFAT adalah maqam tertinggi di kalangan
penganut tarekat. Menurut kalangan sufi makrifat adalah anugerah Allah kepada
kalangan orang yang mencapai makrifat, berupa ilmu, rahasia, dan kelembutan.
Bedasarkan situs http://ngajibarengyu.blogspot.com/2017/01/pengertian-syariat-tarekat-hakikat-dan.html
pendapat tentang syriat, tarekat, dan hakikat hampir sama dengan pendapat pada
umumnya. Namun situs ini memberikan penjelasan para ahli tentang makna makrifat
sebagai berikut;
MAKRIFAT adalah
mengetahuai atau mengenal sesuatu. Dalam tasawuf berarti mengenal Allah ketika
sufi mencapai maqam tasawuf. Kemudian menurut
para ulama, Dr. Mustaf Zahri, makrifat adalah ketetapan hati, dalam mempercayai
unsur yang wajib ada. Al Kadiriy mengatakan makrifat adalah hadirnya kebenaran
Allah, dalam keadaan hatinya selalu berhubungan dengan nur ilahi. Imam
Al-Qusyairy berpendapat makrifat merupakan ketenangan hati sebagaimana ilmu
pengetahuan membuat ketenangan dalam pikiran. Makrifat menurut bahasa, mengetahui Allah, dan menurut istilah sadar kepada Allah.
Dari beberapa situs di
atas penulis punya pendapat lain mengenai keberadaan istilah syariat, tarekat,
hakikat, dan makrifat. Keempat konsep ini bisa kita olah untuk membantu semua orang agar bisa mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidupnya. Penulis
mengunakan metode qiyas (analogi) untuk menemukan pemahaman lain tentang keempat
konsep ajaran tasawuf tersebut.
TABEL 1.
PERBANDINGAN
KONSEP
TASAWUF
|
KEYAKINAN
|
FILSAFAT
|
Syariat
|
Ilmal Yaqin
|
Axiologi
|
Tarekat
|
Ainul Yaqin
|
Epistemology
|
Hakikat
|
Haqqul Yaqin
|
Ontology
|
Makrifat
|
Haqqul Yaqin+
|
Ontology+
|
Pengertian tentang tiga konsep keyakinan
dikemukakan Al Ghazali, (dalam Thoha, 2004, hlm.77), pendekatan akal dalam
menemukan kebenaran dalam tingkat keyakinan dikategorikan sebagai ilmal
yaqin. Sedangkan tingkat keyakinan yang diperoleh melalui indera dapat
dikategorikan sebagai ainalyaqin. Selanjutnya kesimpulan yang ditarik
dan tingkat keyakinan atas realitas yang dibangun melalui pendekatan
deduktif-logik dan induktif-empiris ini dapat dikategorikan sebagai haqul-yaqin.
Menurut Al-Gazali derajat haqul yaqin di dapat sebagai sebuah sintesa dari
kebenaran akal dan empiris. Logika ini sama dengan pendekatan yang dikemukan Hegel,
yaitu tesis, antitesis dan sintesis. Artinya orang-orang yang telah mencapai
keyakinan haqul yaqin yaitu yang sudah menemukan kebenaran sesuai antara kebenaran
akal dan empiris.
Penulis sedikit berbeda dengan Al-Gazhali mengenai konsep keyakinan.
Konsep keyakinan yang diperkenalkan oleh Al-Gazhali sebenarnya diambil dari
Al-Qur’an. Kunci keyakinan bersumber pada pengetahuan yang dimiliki. Sumber
pengetahuan penulis kategorikan menjadi tiga yaitu dari hasil penalaran akal
(rasio), pengalaman nyata empiris, dan keterangan kitab suci. Untuk itu, bagi
penulis ilmal yaqin adalah keyakinan yang diperoleh dari penalaran akal,
ainal yaqin berdasar pada pengalaman, dan haqul yaqin berdasar
pada wahyu.
Atas dasar itu pengertian syariat, tarekat,
hakikat, dan makrifat merupakan suatu tahap atau pengelompokkan dalam tata cara
memperoleh kebenaran atau keyakinan. Syariat adalah suatu proses mencari
keyakinan (kebenaran) berdasarkan pada aktivitas akal diawali dengan membaca
untuk mengetahui hukum atau aturan hidup. Tarekat adalah proses penemuan
keyakinan melalui jalan khusus melalui pengalaman dengan melakukan percobaan
atau pendalaman pemahaman pada hukum atau aturan yang ditetapkan. Hakikat
adalah proses penemuan keyakinan berdasarkan akal dan pengalaman. Makrifat
adalah proses memperoleh kesimpulan akhir bahwa apa yang dipikirkan dan diaalaminya
adalah sesuai dengan keterangan kitab suci.
Pada tataran syariat manusia hanya
mengetahui aturan-aturan, hukum, yang harus dilakukan dalam menjalani hidup.
Pada tataran tarekat manusia tertarik untuk belajar membuktikan salah satu
aturan yang ingin didalami, dipahami untuk menemukan kebenaran yang hakiki.
Pada tahap hakikat manusia bisa menemukan mana yang benar dan salah. Pada tahap
makrifat manusia sudah tidak lagi membedakan antara benar-salah, baik-buruk, tetapi
semuanya dipersespi sebagai sebuah sistem kebenaran Allah, yang menciptakan
seluruh makhluk dengan kebaikan-Nya. Seluruh makhluk dan kejadian di muka
bumi ini bertujuan untuk mengarahkan manusia agar seluruh kehidupannya berada di
jalan kebenaran dan menuju kesejahteraan. Manusia-manusia makrifat seluruh pikirannya
dibangun dengan prasangka baik, sebagaimana Allah dan Nabi memerintahkannya.
Pada tahap makrifat, membagi kehidupan
dunia dengan dua kutub berlawanan antara baik dan buruk adalah sebuah prasangka
buruk kepada Allah. Jika Allah maha baik mencitptakan kehidupan alam semesta
dengan takdir-takdirnya, sangat tidak beralasan jika baik dan buruk ada pada
posisi berlawanan. Baik dan buruk dua duanya adalah sistem yang harus
dipersepsi sebagai ketetapan hidup dari Tuhan untuk menjaga sistem hidup dalam menuju
kebaikan.
Pada tahap makrifat tujuan hidup bukan membelah
kehidupan menjadi dua kutub belawanan, tetapi menjaga kesimbangan. Keadaan ini
diagendakan dengan mengedepankan cara-cara damai melalui dialog, musyarawarah, saling
menghargai, menghormati, dan toleransi. Tujuan hidupnya sebagaimana yang dijelaskan
di dalam Al-Qur’an, “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan
hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jemaah hamba-hamba-Ku, dan
masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al Fajr, 89:27-30).
Tujuan hidup pada tataran makrifat adalah
menciptakan ketenangan jiwa, untuk merasakan rindu dan ridha kembali kepada Tuhan dan menempati surga-surga yang dijanjikan-Nya. Wallahu’alam.
(Penulis Master Trainer Logika Tuhan)
👍🙏👍
ReplyDelete